Kabupaten Wonosobo saat ini berada dalam kondisi darurat sampah, dengan TPA Wonorejo yang sudah mengalami over kapasitas sejak tahun 2022. TPA tersebut setiap hari menerima 70 hingga 125 ton sampah, yang sebagian besar didominasi oleh sampah organik. Menanggapi permasalahan ini, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 117 Kelompok 241 dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menginisiasi program pengelolaan sampah berbasis budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) di Desa Banjar, Kecamatan Kertek. Program ini bertujuan memberikan solusi yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan memiliki nilai ekonomi.
Program KKN ini menggunakan pendekatan partisipatif, di mana masyarakat terlibat langsung dalam setiap proses. Berikut adalah tahapan yang telah dilakukan:
- Sosialisasi dan Edukasi Awal:
Tim KKN mengundang perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo dan praktisi lokal dari BSF Farm Wonosobo sebagai narasumber. Kegiatan ini diikuti oleh 73 partisipan, termasuk perangkat desa, kader PKK, dan tokoh masyarakat. Mereka diberikan pemahaman tentang krisis sampah dan potensi maggot BSF sebagai solusinya.
- Pelatihan dan Praktik Budidaya:
Warga diajak praktik langsung membuat instalasi budidaya dan mempelajari siklus hidup maggot. Mereka juga dilatih cara menetaskan telur, memberikan pakan, hingga memanen. Pakan maggot berasal dari sampah organik rumah tangga seperti sisa sayuran dan nasi.
- Pendampingan dan Monitoring:
Setelah pelatihan, tim KKN melakukan pendampingan intensif kepada warga dan perangkat desa. Kunjungan berkala dilakukan untuk memantau pertumbuhan maggot dan memastikan sistem pengumpulan sampah organik berjalan optimal.
Program ini telah menunjukkan hasil yang signifikan, mengubah sampah menjadi sumber daya bernilai:
- Pengurangan Volume Sampah: Rata-rata timbulan sampah organik harian di Desa Banjar mencapai 40 kg. Melalui budidaya ini, 10-15 kg sampah organik per hari berhasil diolah menjadi pakan maggot, yang berarti terjadi pengurangan sampah sebesar 35% yang dibuang ke TPA.
- Keberhasilan Budidaya: Tim KKN dan warga berhasil menetaskan 5 gram telur maggot, yang setara dengan 20.000--30.000 larva. Dalam waktu 15 hari, larva ini dipanen dan menghasilkan 2,1 kg maggot hidup pada siklus pertama.
- Manfaat Ekonomi: Selain mengurangi beban lingkungan, maggot juga memiliki nilai jual.Â
Program ini tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga pondasi untuk sistem pengelolaan sampah mandiri di tingkat desa. Jika terus konsisten, potensi pengurangan sampah di Desa Banjar bisa mencapai 4 ton per tahun.
Ketua KKN UIN Sunan Kalijaga, Dwi Rif'an Kurniawan, mengungkapkan harapannya agar "Komunitas Maggot BSF" ini dapat terus berjalan secara mandiri. "Kami berharap warga dapat terus mengembangkan inisiatif ini, sehingga pengelolaan sampah organik di desa menjadi tanggung jawab bersama dan membawa manfaat ekonomi bagi semua," ujarnya.
Dengan keberhasilan pada tahapan ini, Desa Banjar berpotensi menjadi contoh praktik baik (best practice) bagi desa-desa lain di Wonosobo dalam mengatasi krisis sampah dan mewujudkan ekonomi sirkular.