Sarapan bukan berarti harus mewah. Roti gandum, buah, atau telur sudah cukup memberi energi seimbang. Kebiasaan sederhana ini membuat anak terbiasa menghargai tubuh dan pikirannya sejak pagi.
3. Membaca sebentar sebelum beraktivitas
Menurut The Read-Aloud Handbook karya Jim Trelease, membaca di pagi hari meski hanya sepuluh menit dapat merangsang imajinasi dan memperluas kosakata anak. Otak mereka seperti dipanaskan sebelum menghadapi pelajaran di sekolah.
Banyak orang tua hanya membacakan cerita malam hari, padahal pagi bisa jadi momen emas. Saat otak masih segar, anak lebih mudah menangkap nuansa bahasa dan ide-ide baru. Bahkan satu halaman cerita bisa memicu diskusi kritis sepanjang hari.
Membaca pagi bukan sekadar menambah wawasan, tetapi juga membangun kedekatan emosional. Di sela rutinitas ini, orang tua bisa menyelipkan nilai dan logika sederhana yang nantinya memperkuat cara berpikir anak.
4. Olahraga ringan atau peregangan
Dalam Spark: The Revolutionary New Science of Exercise and the Brain karya John J. Ratey, terbukti bahwa aktivitas fisik meningkatkan suplai oksigen ke otak, menumbuhkan neuron baru, dan memperbaiki suasana hati.
Anak yang berangkat sekolah setelah duduk diam cenderung lesu, sementara anak yang sempat bergerak lebih aktif dan ceria. Tidak perlu olahraga berat, bahkan berjalan kaki atau peregangan ringan sudah cukup memberi efek positif.
Selain menyehatkan tubuh, kebiasaan ini melatih anak mengenali ritme tubuhnya. Mereka belajar bahwa otak yang sehat tidak bisa dipisahkan dari tubuh yang bugar.
5. Berbicara tentang rencana hari itu
Dalam How Children Succeed karya Paul Tough, komunikasi sehari-hari terbukti meningkatkan grit, rasa percaya diri, dan pemahaman anak tentang tujuan. Menyusun rencana kecil di pagi hari membantu mereka mengembangkan pemikiran strategis.