Â
Kenangan bermunculan dalam benaknya, bukan sebagai tanda kelemahan, melainkan sebagai sumber kekuatan. Hari-hari bermain di pedesaan, tawa riang bersama teman-teman sebayanya, bukanlah masa lalu yang dirindukan dengan penuh penyesalan, melainkan fondasi yang telah membentuknya menjadi pemimpin yang tangguh.Ia telah meninggalkan kesederhanaan itu, bukan karena terpaksa, melainkan karena pilihan. Pilihan untuk memimpin, untuk melindungi rakyatnya.
Â
Suara langkah kaki terdengar. Â Seorang dayang menyampaikan pesan dari Sultan: Â pertemuan mendesak dengan para menteri. Â Zahra tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh keyakinan. Â Ia bangkit, mahkota berat itu terasa seperti simbol kekuatan, bukan beban. Â Ia akan menghadapi para menteri, bukan dengan keraguan, melainkan dengan strategi yang matang. Â Kesendiriannya bukanlah kelemahan, melainkan kesempatan untuk merencanakan langkah selanjutnya. Â Ia adalah ratu, dan ia akan memerintah dengan tangan besi yang terbalut sutra. Â Perjuangannya, memang baru dimulai, namun ia siap. Â Ia akan menulis ceritanya sendiri, dengan tinta keberanian dan strategi yang tak tergoyahkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI