Mohon tunggu...
Nada TsabitaNursabrina
Nada TsabitaNursabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang

There is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dekat: Disleksia dan Cara Penanganannya.

22 Juni 2021   15:57 Diperbarui: 22 Juni 2021   16:10 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Anak saya perempuan 7 tahun. Dia mengalam keterlambatan bicara dan sampai saat ini masih ada beberapa kata yang belum tepat diucapkan dan 6 & 9 yang bentuknya mirip. Apakah anak saya mengalami disleksi?"

Mengapa sih anak saya belum bisa membaca? Kok anak saya belum lancar berbicara ya padahal teman-teman sebayanya sudah sangat lancar berbicara? Tidak sedikit orang tua yang bertanya-tanya tentang keterlambatan yang dialami oleh anaknya, entah keterlambatan dalam berbicara, menulis maupun keterlambatan dalam membaca. Apa sih penyebab keterlambatan tersebut?

Keterlambatan tersebut sering kali dikaitkan dengan disleksia. Disleksia adalah gangguan yang dialami oleh seseorang dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan dalam membaca, menulis atau mengeja.disleksia bukanlah penyakit, melainkan sebuah kelainan. Secara filogenetik, otak manusia telah berkembang sedemikian hingga, dalam perbandingan dengan bobot tubuh, bobot otak manusia relatif lebih besar daripada otak berbagai jenis Mamalia lainnya. Mengutip kidshealth, penelitian telah menunjukkan bahwa disleksia terjadi karena adanya kelainan pada cara otak dalam memproses informasi. Jadi, anak-anak dengan disleksia menggunakan otak bagian lain ketika menulis, membaca dan mengeja.

Disleksia dapat dijelaskan dalam sudut pandang Biopsikologi. Biopsikologi adalah studi ilmiah tentang biologi perilaku. Menurut tinjaun biopsikologi pada kasus disleksia anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami stress psikis berat. Mengutip dari jurnal " Tinjauan Biopsikologi pada Kasus Disleksia Anak yang Dilahirkan oleh Ibu yang Mengalami Stress psikis Berat ( Ambar Sulianti, Maulana H. Basri, Gulan Gumelar)" , hasil penelitian menunjukkan kejadian disleksia pada anak disebabkan karena kegagalan ibu dalam mengelola stress berat yang dialami ketika mengandung. Kondisi stress ini berdampak kepada kurangnya asupan nutrisi untuk bayi di dalam kandungannya dan kurang istirahat sehingga melalui mekanisme peningkatan CRH, epinefrin dan norepinefrin menyebabkan persalinan prenatal dan berat badan lahir rendah. Para peneliti juga menemukan bahwa penyebab disleksia juga merupakan faktor neurobiologis dan faktor genetika. Faktor neurobiologis adalah faktor kinerja sistem saraf, fisiologi dan hubungannya dengan manusia sedangkan faktor genetika adalah faktor keturunan dari generasi sebelumnya.

Dalam faktor neurobiologis, setelah dilakukan penelitian terhadap fungsi otak dan anatomi. Ditemukan bahwa adanya perbedaan pada perkembangan dan fungsi otak anak yang menderita disleksia. Sedangkan dalam faktor genetika, apabila ada anggota keluarga yang mengalami disleksia maka kemungkinan besar anggota lainnya juga mempunyai risiko yang sama.

Mari mengenal ciri-ciri disleksia pada anak!

Tanda-tanda disleksia cukup sulit untuk diketahui sebelum anak-anak memasuki usia sekolah, namun beberapa gejala awal dapat menjadi indikasi adanya kelainan pada anak.

Dikutip dari laman DosenPsikologi.com.Ciri-ciri disleksia yang mudah dikenali:

  • Mengalami masalah mempelajari nama-nama benda dan bunyi dari huruf-huruf.
  • Kemampuan mengeja tidak konsisten dan tidak bisa ditebak.
  • Menaruh kata dan bentuk dengan urutan yang salah, misalnya menuliskan angka 6 menjadi 9, atau menuliskan huruf B padahal yang dimaksud adalah D.
  • Bingung dengan urutan dari huruf-huruf dalam suatu kata.
  • Membaca sangat perlahan atau membuat kesahalan ketika membaca keras-keras, dan kemampuan membacanya di bawah rata-rata anak seusianya.

Disleksia memiliki dampak bagi kehidupan anak seperti menyebabkan masalah belajar, masalah sosial, dan masalah sebagai orang dewasa. Permasalahan dalam belajar yang dihadapi oleh anak dengan disleksia yaitu keterlambatan anak dalam membaca dan mengeja serta bisa menimbulkan permasalahan dengan teman sebayanya. Dalam kehidupan sosialnya, anak dapat merasa rendah diri dan pada akhirnya menarik diri dari teman-teman, orangtua dan guru.

Anak dengan disleksia juga beresiko mengalami hyperactivity disorder atau gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas yang cenderung berlebihan. Hyperactivity disorder juga dapat menyebabkan kesulitan memfokuskan diri karena kebiasaan aktivitas berlebihan.

Lalu bagaimana cara menangani disleksia pada anak?

Salah satu bentuk cara mengatasi disleksia adalah dengan edukasi khusus seperti dengan edukasi yang berfokus pada kemampuan fonologi untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis anak. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Motode ini disebut dengan fonik, yang dimulai dari pembelajaran dari elemen-elemen dasar seperti belajar mengenali satuan bunyi terkecil dalam kata, memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut, memahami bacaan, membaca cara membunyikan kata, hingga membangun kosakata.

Dikutip dari laman halodoc.com. Orang tua juga sangat berperan penting untuk meningkatkan kemampuan anak. Langkah yang bisa kamu lakukan antara lain:

  • Bekerjasama dengan sekolah. Kamu bisa membicarakan kondisi anak dengan guru atau kepala sekolahnya untuk mendiskusikan cara yang paling tepat untuk membantu anak mengikuti pelajaran di sekolah.
  • Membacakan buku untuk anak-anak. Kamu bisa mulai membacakan buku, saat anak berusia 6 bulan, atau bahkan lebih muda. Ketika anak sudah berusia lebih besar, kamu bisa mencoba membaca bersama dengan anak.
  • Memberikan waktu lebih banyak untuk membaca di rumah. Pengulangan ini bisa meningkatkan kemampuan anak untuk memahami cerita yang kamu bacakan. Sehingga anak tidak lagi merasa asing dengan tulisan dan cerita. Kamu juga bisa memberikan waktu untuk anak kamu membaca sendiri tanpa bantuan kamu dan buatlah suasana belajar yang menyenangkan.
  • Menyemangati dan membujuk anak untuk membaca buku, kemudian mendiskusikan isinya bersama-sama.

Penanganan terhadap anak dengan disleksia memerlukan waktu yang tidak sebentar dan juga memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Maka dari itu dibutuhkan kesabaran penuh dalam menghadapi dan menangani anak dengan disleksia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun