Mohon tunggu...
Muhamad NabilI Ilham
Muhamad NabilI Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif UIN Syarif Hidayatullah

Saya adalah seorang yang hobi membaca buku dan senang menganalisis sesuatu. Saat ini, saya sedang berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tawaran Ilmu Manajemen Dakwah dalam Membangun Hubungan Antar Umat Beragama

5 Januari 2024   20:50 Diperbarui: 5 Januari 2024   20:53 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia sebuah negara kepulauan yang terpahat indah di peta dunia. Tidak hanya kaya akan alamnya yang memukau, tetapi juga berlimpah dengan keragaman budaya dan agama yang merupakan jantung dari dinamika sosialnya. Di tengah kemajemukan ini, terdapat sebuah jalinan kompleks antara berbagai keyakinan dan tradisi, sebuah mozaik yang terus bergerak dan berubah, menyajikan sebuah tantangan sekaligus peluang yang unik.

Di sinilah ilmu manajemen dakwah memainkan peranannya yang vital. Bagaimana pesan dakwah disampaikan, bagaimana dialog antaragama dijalin, dan bagaimana konflik-konflik kecil dapat diredam sebelum berkembang menjadi perpecahan yang lebih luas, menjadi pertanyaan-pertanyaan kunci yang terus mengemuka. Artikel ini membuka jendela pemahaman baru tentang bagaimana manajemen dakwah tidak sekadar menjadi alat penyebaran ajaran agama, tetapi juga sebagai jembatan penghubung yang memperkuat kerukunan dan persaudaraan antarumat beragama.

Di Indonesia, di mana setiap sudut jalan bisa menjadi saksi bisu pertemuan antara masjid dan pura, gereja dan vihara, kebutuhan untuk sebuah pendekatan dakwah yang inklusif dan menghargai perbedaan menjadi lebih mendesak dari sebelumnya. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami lebih dalam bagaimana strategi manajemen dakwah dapat diterapkan dalam konteks sosial Indonesia yang unik ini, menjelajahi inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan, dan membuka diskusi tentang langkah-langkah strategis ke depan untuk membina kerukunan umat beragama.

Dalam setiap kata dan analisis, artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang tidak hanya berakar pada teori, tetapi juga pada praktik nyata di lapangan, mencerminkan kenyataan sosial Indonesia yang dinamis dan penuh warna. Dengan demikian, "Tawaran Ilmu Manajemen Dakwah dalam Membangun Hubungan Antar Umat Beragama" bukan hanya sekadar judul, melainkan sebuah pemicu untuk memahami, merenung, dan mungkin, mengambil bagian dalam menulis ulang narasi kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Oleh karena itu, untuk menciptakan sebuah masyarakat yang harmonis dan damai diperlukan strategi manajemen dakwah yang mampu membangun toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, termasuk dalam hal berdakwah.

A.  Landasan Teori Manajemen Dakwah Terkait Harmonisasi dan Kerukunan


   1.   Mengukuhkan Kerukunan Umat Beragama Melalui Metode yang Esensial Ilmu Manajemen Dakwah 

Kerukunan umat beragama adalah suatu kondisi di mana berbagai kelompok agama berinteraksi dalam harmoni dan saling menghormati, tanpa konflik atau ketegangan berbasis keyakinan. Ini adalah aspek fundamental dalam menjaga stabilitas sosial dan keharmonisan dalam masyarakat yang pluralistik, seperti di Indonesia (Fatih, 2018). Kerukunan ini bukan hanya mengacu pada ketiadaan konflik, tetapi juga pada adanya dialog aktif, toleransi, dan pengertian timbal balik antara berbagai kelompok agama.

Ilmu manajemen dakwah berperan penting dalam menciptakan dan memelihara kerukunan umat beragama. Sebagai cabang ilmu yang berkaitan dengan penyebaran dan pengelolaan ajaran agama, manajemen dakwah tidak hanya fokus pada internal komunitas agama tertentu, tetapi juga pada interaksi antarkomunitas agama (Setiawati, 2012).

Dalam konteks ini, ilmu manajemen dakwah mengintegrasikan prinsip-prinsip komunikasi efektif, diplomasi antaragama, dan pendidikan lintas budaya untuk mempromosikan pengertian dan kerjasama antar berbagai kelompok keagamaan (Kamaruzzaman, 2023). Hal ini tidak hanya terbatas pada komunikasi internal dalam sebuah kelompok agama, tetapi juga melibatkan interaksi dengan kelompok agama lain. Dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen dakwah, kerukunan antarumat beragama dapat dipromosikan melalui beberapa cara:

  • Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan edukasi kepada para dai (pendakwah) mengenai pentingnya kerukunan interagama, dan melatih mereka dalam komunikasi antaragama yang sensitif dan inklusif.
  • Pengembangan Materi Dakwah: Menciptakan dan menyebarkan materi dakwah yang menekankan pada nilai-nilai universal seperti perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap keberagaman agama.
  • Dialog Antaragama: Mendorong dan memfasilitasi dialog antaragama sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi prasangka.
  • Manajemen Konflik: Menggunakan pendekatan manajemen dakwah untuk menyelesaikan potensi atau konflik aktual antarumat beragama dengan cara yang konstruktif dan damai.
  • Kolaborasi dan Kegiatan Bersama: Menginisiasi dan mendukung kegiatan atau proyek yang melibatkan berbagai kelompok agama, untuk membangun kemitraan dan kerjasama.
  • Dengan demikian, ilmu manajemen dakwah memberikan alat dan metode yang esensial untuk membangun dan memelihara kerukunan umat beragama, yang penting tidak hanya untuk kohesi sosial tetapi juga untuk pembangunan berkelanjutan dalam masyarakat yang beragam secara agama.

    2.   Integrasi Aspek Doktrinal dan Kultural

Manajemen dakwah membuka awasan bahwa agama tidak hanya sekumpulan doktrin tetapi juga dipengaruhi oleh konteks budaya dan sejarah. Ini berarti memahami agama dalam kerangkanya yang lebih luas, melihat bagaimana agama mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya lokal.

Dalam praktiknya, pendekatan ini membantu para pemuka agama dan masyarakat untuk menghargai keragaman agama sebagai bagian integral dari kekayaan budaya masyarakat, bukan sebagai sumber perpecahan (Kurdi, 2019). Pendekatan ini juga mencakup pengembangan kesadaran bersama tentang pentingnya kerukunan antarumat beragama, melalui pendidikan dan program-program sosialisasi.

 

    3.   Pentingnya Dialog Antaragama

Dialog antaragama dianggap sebagai jantung dari manajemen dakwah. Melalui dialog, masyarakat dapat mengeksplorasi dan memahami perbedaan serta persamaan antaragama (Awang, Kasan , & Faruk, 2019). Dialog ini tidak hanya tentang bertukar informasi, tetapi juga tentang membangun rasa hormat dan empati.

Ini membantu mengurangi prasangka dan kesalahpahaman yang sering menjadi akar konflik agama. Manajemen dakwah juga menekankan pada pentingnya pendekatan yang inklusif dalam dialog, mengundang berbagai kelompok agama untuk berpartisipasi, termasuk mereka yang sering terpinggirkan atau tidak didengar. Kesediaan mereka untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat dan kemampuan untuk menerima perbedaan (Putri, 2020).

    4.   Penerapan Praktis dalam Konteks Sosial

Manajemen dakwah mendorong penerapan prinsip agama dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam konteks ibadah tetapi juga dalam kegiatan sosial yang memperkuat hubungan antarkomunitas. Praktik ini juga melibatkan pengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi pemimpin agama dan masyarakat.

Program-program ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan dalam diplomasi agama, resolusi konflik, dan manajemen komunitas. Di era digital, manajemen dakwah juga mengeksplorasi penggunaan teknologi untuk memperluas jangkauan dan efektivitas pesan dakwah, memfasilitasi dialog antaragama, dan mempromosikan program pendidikan agama yang lebih inklusif.

Manajemen dakwah di Indonesia, dengan pendekatan interdisipliner yang menggabungkan aspek doktrinal, kultural, dan praktis, menunjukkan potensinya sebagai alat yang ampuh dalam mempromosikan kerukunan antarumat beragama. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pemahaman agama tetapi juga memperkuat jaringan sosial dan komunitas, membuka jalan bagi masyarakat yang lebih harmonis dan toleran (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014).

B.   Memperkuat Harmoni Antarumat Beragama: Peran Penting Manajemen Dakwah di Indonesia 

   1.   Membangun Jembatan Keberagaman: Transformasi Manajemen Dakwah untuk Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan umat beragama, khususnya dalam konteks manajemen dakwah, merujuk pada suatu keadaan harmonis di mana berbagai kelompok beriman berinteraksi dengan saling pengertian dan toleransi. Ilmu manajemen dakwah, dalam hal ini, bertindak sebagai alat vital dalam mempromosikan dan mempertahankan kerukunan ini. Ini melibatkan beberapa aspek kunci  (Setiawati, 2012):

  • Edukasi dan Kesadaran: Manajemen dakwah mengedepankan pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman lintas agama. Ini mencakup menyampaikan ajaran agama dengan cara yang menghormati dan memahami kepercayaan lain, serta menanamkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan.
  • Komunikasi Inklusif: Aspek penting lainnya adalah pengembangan dan penggunaan strategi komunikasi yang inklusif. Ini melibatkan penggunaan bahasa dan metode penyampaian yang tidak menyinggung kelompok lain, serta aktif mendengarkan dan menghargai perspektif berbeda.
  • Dialog Antaragama: Manajemen dakwah mendorong dialog antaragama sebagai cara untuk membangun jembatan pengertian. Melalui dialog, berbagai kelompok agama dapat saling berbagi pemahaman, meredakan kesalahpahaman, dan meningkatkan hubungan.
  • Manajemen Konflik: Manajemen dakwah juga memainkan peran dalam menangani konflik agama, dengan cara menyediakan platform untuk mediasi dan solusi damai. Ini mencakup mengidentifikasi akar masalah dan bekerja bersama semua pihak untuk mencapai resolusi yang adil.
  • Kolaborasi dan Kegiatan Bersama: Melalui kegiatan yang melibatkan berbagai kelompok agama, manajemen dakwah membantu memperkuat hubungan dan membangun komunitas yang lebih kooperatif dan harmonis.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah bukan hanya tentang penyebaran ajaran agama, tetapi juga tentang bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi dengan kelompok agama lain dengan cara yang memperkuat kerukunan dan pemahaman bersama.

   2.   Pendekatan Interdisipliner dalam Manajemen Dakwah

Manajemen dakwah di Indonesia telah mengalami evolusi signifikan, dari berfokus pada aspek internal komunitas agama menjadi sebuah pendekatan yang lebih luas dan interdisipliner. Hal ini tercermin dalam implementasi Peraturan Bersama Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri No. 8 dan 9 Tahun 2006, yang merepresentasikan sintesis antara studi agama dengan praktik manajemen (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014).

Pendekatan ini mengakui bahwa interaksi antarumat beragama tidak hanya berlandaskan pada teologi, tetapi juga pada dinamika sosial, budaya, dan politik. Dalam konteks Indonesia, di mana agama sering terjalin dengan identitas etnis dan regional, ini menjadi sangat penting. Manajemen dakwah, dalam bentuknya yang baru, tidak hanya bertugas mengatur kegiatan keagamaan, tetapi juga mengelola dialog dan kerjasama antar komunitas agama.

Dua aspek utama kemajemukan di dalamnya: budaya dan sosial. Kemajemukan budaya mencakup ras, etnis, suku, budaya, bahasa, agama, kasta, dan wilayah. Sementara itu, kemajemukan sosial berkaitan dengan kelas, status, lembaga, dan kekuasaan. Manusia beriman disebut memiliki dua dimensi hubungan: vertikal dengan Allah SWT dan horizontal dengan sesama manusia. Tekanan diberikan pada perlunya menjaga harmoni dan keseimbangan dalam hubungan ini. (Putri, 2020)

   3.    Dampak Regulasi terhadap Harmoni Sosial

Regulasi terkait manajemen dakwah telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan lingkungan yang kondusif untuk toleransi dan kerukunan beragama. Meskipun menghadapi tantangan, regulasi ini telah menunjukkan bagaimana kebijakan yang berdasarkan pada prinsip manajemen dakwah dapat meningkatkan kerukunan antarumat beragama (Setiawati, 2012). Regulasi ini juga menekankan pentingnya kegiatan keagamaan yang terorganisir dengan baik, mengarahkan setiap aktivitas untuk mempromosikan kerukunan dan menghindari potensi konflik.

   4.    Kontribusi Manajemen Dakwah dalam Hubungan Antarumat Beragama

Peran manajemen dakwah dalam menjaga hubungan keagamaan di Indonesia adalah signifikan. Ini mencakup pengelolaan efektif dalam pengaturan kegiatan keagamaan dan pembangunan hubungan antarumat beragama. Selain itu, manajemen dakwah juga telah menjadi alat penting dalam penanganan konflik keagamaan (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014). Pendekatan yang menggabungkan manajemen dengan pemahaman agama telah membantu mencari solusi yang adil dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.

   5.   Studi Kasus: Praktik Manajemen Dakwah dalam Pembangunan Rumah Ibadah

Pembangunan rumah ibadah sering menjadi sumber ketegangan antarkomunitas beragama di Indonesia. Manajemen dakwah, dengan pendekatannya yang terpadu, telah menunjukkan bagaimana pendekatan yang bijaksana dan inklusif dapat membantu dalam menangani masalah praktis yang muncul dalam hubungan antarumat beragama (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014). Sebagai contoh, dalam proses pembangunan rumah ibadah, prinsip manajemen dakwah menekankan pada keterlibatan semua pihak, memastikan bahwa ada dialog dan kesepakatan yang mencerminkan kebutuhan dan kepentingan semua komunitas yang terlibat.

 

   6.   Manajemen Dakwah Sebagai Alat Diplomasi Agama

Manajemen dakwah telah berperan sebagai alat diplomasi agama yang efektif, menggabungkan aspek organisasi dan manajerial dengan sensitivitas keagamaan dan budaya. Ini termasuk menghargai tradisi lokal, membangun jembatan pemahaman, dan merayakan keragaman. (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014).  Manajemen dakwah juga menekankan pada kebutuhan pendidikan dan pelatihan bagi pemimpin agama, agar mereka mampu mengelola diskusi yang sensitif secara keagamaan, menyelesaikan konflik, dan mempromosikan kerukunan.

   7.   Pengembangan Manajemen Dakwah Melalui Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan dalam manajemen dakwah telah menjadi kunci dalam mengembangkan pemimpin agama yang kompeten dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Program-program pendidikan ini bertujuan untuk melengkapi para pemimpin agama dengan pemahaman yang mendalam tentang berbagai tradisi agama dan keterampilan dalam manajemen dan diplomasi agama (Kusnawan, 2008). Melalui pendidikan ini, pemimpin agama di Indonesia diajarkan untuk menjadi perantara dalam dialog antaragama dan berkontribusi secara proaktif dalam pembangunan masyarakat yang harmonis.

Di era digital, teknologi informasi telah menjadi alat penting dalam manajemen dakwah (Suhadi, 2019). Media sosial dan platform online menawarkan cara baru untuk menjangkau dan berinteraksi dengan umat beragama. Teknologi ini memungkinkan penyebaran pesan dakwah yang lebih luas dan efektif serta memfasilitasi dialog antarkomunitas yang tidak terbatas oleh batasan geografis.

 

   8.   Masa Depan Manajemen Dakwah di Indonesia dengan Harmonisasi Umat

Masa depan manajemen dakwah di Indonesia tampak cerah, dengan potensi yang lebih besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam masyarakat. termasuk meningkatnya polarisasi dan kesalahpahaman tentang agama. Namun, ini juga membuka peluang untuk inovasi dan pendekatan baru dalam membangun kerukunan (Arifuddin, 2016). Prospeknya adalah mengembangkan pemahaman yang lebih inklusif dan holistik tentang agama dalam konteks masyarakat yang beragam.

 Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin dinamis, peran manajemen dakwah akan semakin penting dalam menjembatani perbedaan dan mempromosikan pengertian serta kerjasama antarumat beragama. Pendekatan ini juga memiliki potensi untuk diadopsi dan disesuaikan di negara-negara lain dengan keragaman agama yang serupa, menawarkan model yang dapat diaplikasikan di berbagai konteks sosial dan keagamaan.

   9.   Peran Manajemen Dakwah dalam Masyarakat Majemuk dengan Instrumen Kerukunan 

Manajemen dakwah memainkan peran penting dalam masyarakat majemuk Indonesia. Ini bukan hanya tentang mengelola kegiatan keagamaan tetapi juga tentang menciptakan ruang untuk dialog dan pemahaman bersama. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, ini berarti mengakui dan menghormati keberagaman agama dan budaya sebagai aset, bukan sebagai sumber konflik.

Hal ini juga terkait erat dengan pembangunan masyarakat. Ini tidak hanya tentang mengelola urusan keagamaan tetapi juga tentang berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi yang inklusif (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014). Program dan kegiatan yang dirancang dalam kerangka manajemen dakwah sering bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan.

KESIMPULAN

Keberadaan ilmu manajemen dakwah tidak hanya memiliki konsep dan teori keilmuan saja, tetapi juga mempraktikkannya di lapangan (praksis) dalam upaya menjembatani hubungan antar umat beragama menjadi lebih baik. Manajemen dakwah di Indonesia memegang peran krusial dalam mempromosikan kerukunan dan harmoni antarumat beragama. Dengan pendekatan interdisipliner yang menggabungkan aspek doktrinal, kultural, dan praktis, manajemen dakwah mampu mengintegrasikan agama dalam kerangka yang lebih luas, menekankan pentingnya dialog antaragama, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Regulasi yang ada mendukung upaya ini dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi toleransi dan kerukunan. Melalui pendidikan, pelatihan, dan penerapan praktik di berbagai inisiatif masyarakat, manajemen dakwah tidak hanya relevan secara nasional tetapi juga memiliki implikasi global.

DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin, A. (2016). DAKWAH THROUGH INTERNET: CHALLENGES AND OPPORTUNITIES FOR ISLAMIC PREACHERS IN INDONESIA. Ar-Raniry International Journal of Islamic Studies, 40.

Awang, J., Kasan , H., & Faruk, U. (2019). INTER-RELIGIOUS DIALOGUE AS A MEDIUM OF CONTEMPORARY ISLAMIC DA'WAH. MIMIBAR Agama Budaya, 3-11.

Fatih, M. K. (2018). DIALOG DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA DALAM PEMIKIRAN A. MUKTI ALI. RELIGI JURNAL STUDI AGAMA-AGAMA, 33.

Kamaruzzaman. (2023). OPTIMALISASI SISTEM KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PENYAMPAIAN PESAN DAKWAH ISLAM. ENCOMMUNICATION. Journal of Communication Studies, 10.

Kurdi, A. J. (2019). DAKWAH BERBASIS KEBUDAYAAN SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI DALAM SURAT AL-NAHL: 125. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur an dan Hadis 19(1):21, 33-34.

Kusnawan, A. (2008). Konsep Manajemen Pelatihan Dakwah. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 2-4.

Noor, S., Hidayatullah, M., Nilamsari, W., Tasman, & Jamal, F. (2014). Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi. Tawaran Ilmu Manajemen Dakwah dalam Membangun Hubungan antar Umat Beragama di Indonesia, 5-20.

Putri, N. A. (2020). Strategi Dakwah dalam Meningkatkan Kerukunan Masyarakat di Kelurahan Campang Raya Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung. Kerukunan Masyarakat, 33-35.

Setiawati, N. (2012). Tantangan Dakwah Dalam Perspektif Kerukunan Antar Umat Beragama. Jaminan Islam dalam Kebebasan Agama, 1-9.

Suhadi, S. (2019). Manajemen Dakwah di Tengah Perkembangan Teknologi Informasi. Al-Din Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan, 1, 4.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun