"Terima kasih Raff. Coklatnya enak." Elsa berkata jujur.
"No prob. Itu coklat favorit ibu saya. "
"Ibu kamu pinter milih coklat ya, Raff. Hangat dan manis."
Elsa tak bisa memungkiri jika coklat itu benar benar melegakan bathinnya. Ia justru mendapatkan kelegaan dari hal yang tidak diduga sebelumnya. Pengap itu perlahan hilang melalui mok coklat hangat.
"Almarhumah ibu, Sa. Ibu saya meninggal lima tahun lalu."
Raffa mengoreksi. Sambil tersenyum pada Elsa, lalu kembali menghadap ke jendela. Dan  ada keterkejutan di wajah Elsa. Hanya satu kalimat namun itu menerangkan segalanya. Mendadak Elsa mengerti arti coklat hangat itu. Mendadak pula Elsa tau akan apa yang ada dihati laki laki itu saat ini.
Kebisuan kembali menghampiri mereka. Tidak ada kalimat yang terucap selanjutnya. Tidak ada tatap mata. Namun kedua hati itu tau akan arti kehadiran masing masing saat ini.
Kedua insan itu masih duduk bersanding menghadap jendela masing masing. Masih pula dengan mok di tangan yang tak kunjung dihabiskan. Menit demi menit berlalu hanya untuk menjadi saksi mentari pagi yang kian terik. Pagi yang indah dengan dua potong hati yang sama sama merapal doa untuk yang telah tiada.
#7
"Ini cokelat buat kamu Sa. Bubuknya, jadi kamu bisa bikin dimanapun kapanpun kamu merasa butuh."
Elsa tertegun melihat Raffa yang membawakannya satu kemasan besar berisi coklat bubuk. Bukannya Elsa tidak suka. Ia hanya menimbang, layakkah ia menerimanya? Dan buat apa? Elsa paham betul akan arti coklat itu. Dan ia mendadak merasa tidak layak menerimanya untuk alasan apapun.