Namun entah, aku masih saja bergeming. Tak ingin menyakiti meski tau ini akan menyakitkan untuknya. Bahwa berharap padaku -- berharap pada manusia -- adalah berharap pada seutas tali tipis yang bisa putus kapan saja. Lalu meninggalkannya dalam palung kekecawaan yang teramat dalam. Membekas menjadi luka, sekaligus pengalaman yang kudoakan agar bisa ia ambil hikmahnya. Bahwa hidup tak melulu soal iya dan penerimaan. Bahwa ada kalanya tidak dan penolakan justru laksana obat - getir dan pahit namun ampuh menyembuhkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!