Jika keadilan merupakan keadaan sehat jiwa, maka ketidakadilan ialah penyakit jiwa yang membutuhkan perbaikan melalui hukuman. Hukuman akan mengambil enam bentuk yaitu: kematian, hukuman fisik, penjara, pengasingan, hukuman moneter, dan tidak menghormati.
Untuk Plato, keharmonisan psikologis, kebajikan, dan kesejahteraan semua saling berhubungan. Karenanya, benar-benar tegas yang tidak bisa disembuhkan akan selalu berada dalam keadaan tidak harmonis psikologis dan tidak akan pernah berkembang. Kematian lebih baik daripada hidup dalam kondisi seperti itu, seperti merugikan bagi orang lain.
Pemahaman tentang kebaikan dan kejahatan yang akan menjadi persetujuan untuk mencapai kebahagiaan.Â
Tujuan dari setiap hidup yang di utamakan adalah usulan dalam pemikiran terakhir yang diberikan oleh Plato di dalam dialognya. Pemahaman tentang kebaikan dan kejahatan bisa menggantikan apa yang sudah diutarakan oleh Kritias sebagai sains universal.Â
Namun berbeda dengan potensi universal yang di ambil oleh Kritias. Hal ini sebagai pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan yang membantu tiap pengetahuan agar menemukan tujuan dasar dari dalam dirinya, sehingga bisa mendapatkan kebaikan.Â
Dalam proses berbicara, sebenarnya kesederhanaan sudah di libatkan dengan pengetahuan kebaikan dan kejahatan. Maka kesederhanaan sikap seseorang merupakan sebuah tindakan yang melakukan urusannya sendiri, dalam melakukan kebaikan dan melibatkan diri sendiri. Perbuatan yang dilakukan untuk mengurus diri sendiri sebagai definisi kesederhanaan sikap yang dibimbing oleh pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan.
Plato menyadari bahwa untuk mencapai keberhasilannya, manusia akan lebih banyak menghadapi rintangan dan hambatan. Materi merupakan suatu penghalang terbesar karena terkadang seseorang yang memiliki materi akan bertindak sesuka hati, dan meskipun hal tersebut dapat disingkirkan, namun hambatan tersebut tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, karena wujud manusia sangat terbatas.Â
Dengan kemampuan kecerdasan yang dimilikinya, dengan begitu, manusia dapat mengatasi suatu hambatan yang terdapat pada diri sendiri, namun untuk menyingkirkan hal yang tidak diinginkan ada rintangan yang harus dihadapi dengan sangat berat. Manusia harus berjuang membebaskan ruang lingkup rasionalnya dari pengaruh fisik yang bertentangan antara baik dengan buruk. Dari sinilah, keluar ucapan menurut Plato, yang munculnya teori etika.
Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa dunia yang sesungguhnya bagi Plato ialah dunia ide. Sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia pengetahuan yang di dapat dari luar lingkup kehidupan hanyalah merupakan realitas bayangan.Â
Selama manusia berada di dunia pengetahuan, dengan mendapatkan ilmu dari luar lingkup tersebut membuat sesorang bersemangat untuk menjalankan hidup yang semakin maju dan berkembang untuk mencapai kesejahteraan ke dunia ide.Â
Maka selama ia hidup, ia harus memiliki pengetahuan yang di dapatkannya oleh pemahaman yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ia harus mengusahakan semaksimal mungkin apa yang akan ia capai untuk mendapatkan pengetahuan yang jelas dan benar, karena hanya orang yang mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang jelas dan benar yang disebut bijaksana dan berbudi baik.