Mohon tunggu...
Nabilah Anis Muthmainnah
Nabilah Anis Muthmainnah Mohon Tunggu... @byla.naaa

Dia seseorang yang selalu tenggelam dalam kata. Membaca baginya seperti bernapas, menulis baginya seperti berbicara pada dunia. Matanya menangkap detail kecil, hatinya menyimpan banyak cerita, dan setiap kata yang ia tulis terasa seperti bagian dari dirinya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Tentang Pesona Indonesia

16 Oktober 2025   08:40 Diperbarui: 16 Oktober 2025   09:08 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Begitu pula di Banyuwangi, kata "Gandrung" bukan hanya nama tarian. Ia adalah lambang cinta dan kebanggaan. Gandrung berarti 'terpikat', dan begitulah para penari mengajak penonton untuk jatuh cinta pada budaya mereka. Bahasa menjadi jembatan emosional antara pelaku budaya dan pengunjung, antara masa lalu dan masa kini.

Namun, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, bahasa daerah kita perlahan mulai tersisih. Di banyak kota wisata, generasi muda lebih fasih berbicara bahasa asing demi pelayanan, tapi lupa pada tutur nenek moyang mereka. Padahal, kekuatan pariwisata Indonesia justru terletak pada keberagaman bahasanya yang hidup berdampingan --- antara selamat datang dan welcome, antara terima kasih dan matur nuwun.

Melestarikan bahasa daerah bukan hanya tugas para budayawan, tapi juga bagian dari strategi pariwisata berkelanjutan. Sebab, wisatawan datang ke Indonesia bukan hanya untuk melihat pemandangan, tapi untuk merasakan atmosfer yang tidak mereka temukan di tempat lain. Dan bahasa, dengan segala kehangatannya, adalah bagian dari atmosfer itu.

Cobalah bayangkan: berjalan di pasar tradisional Ubud, lalu disapa dengan lembut oleh seorang penjual yang berkata, "Sampun dhahar?" (Sudah makan?)

Ucapan itu terdengar sederhana, tapi hangatnya menembus kulit, mengingatkan kita bahwa di negeri multibahasa ini, keramahan selalu punya cara untuk melintasi batas tutur.

Bahasa adalah wisata jiwa. Ia menuntun kita mengenali manusia lain tanpa perlu peta. Dalam pariwisata Indonesia, bahasa berperan ganda: sebagai alat komunikasi sekaligus cermin identitas. Ketika wisatawan mendengar sapaan lokal, mereka tak sekadar memahami maknanya, melainkan juga merasakan vibrasi budayanya.

Di Manado, misalnya, kalimat "Torang samua basudara" (Kita semua bersaudara) bukan slogan kosong. Ia menjadi napas yang menyatukan penduduk dan wisatawan, membangun kesadaran bahwa pariwisata sejati bukan tentang siapa datang dari mana, tapi tentang bagaimana kita berbagi rasa di tanah yang sama.

Bulan Bahasa menjadi momen yang tepat untuk meneguhkan kembali peran bahasa dalam memajukan pariwisata. Bahasa Indonesia sebagai lingua franca adalah tali yang menghubungkan semua perbedaan itu --- dari Aceh yang berkata "Keu beu teuka?" hingga Papua yang menyapa "Selamat datang di tanah surga." Bahasa Indonesia menyatukan, namun bahasa daerah memperindah. Bersama, keduanya menciptakan harmoni yang membuat wisatawan jatuh cinta, bukan hanya pada tempat, tetapi pada manusia di baliknya.

Tak heran, UNESCO menempatkan beberapa warisan budaya Indonesia yang berakar dari bahasa dan tradisi sebagai Intangible Cultural Heritage. Dari Pantun Melayu hingga Wayang Jawa, semuanya hidup karena tutur, karena narasi, karena keindahan kata yang mengalir di antara generasi.

Pariwisata tidak bisa lepas dari bahasa, sebab setiap cerita perjalanan bermula dari percakapan: antara pemandu dan wisatawan, antara penjual dan pembeli, antara tanah dan pengunjung yang datang untuk menyapa.

Sebagai penutup, izinkan aku mengutip pepatah Minang yang begitu indah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun