Mohon tunggu...
Nabila Afira Quraina
Nabila Afira Quraina Mohon Tunggu... Konsultan - Female

bebas menulis sesuai dengan ide, pengalaman, dan gaya bahasaku

Selanjutnya

Tutup

Worklife

"People Come and Go Whenever They Want"

27 April 2019   08:18 Diperbarui: 27 April 2019   08:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : entrearchitect.com

Hari-hari ini menjadi terasa sepi setelah aku sakit beberapa hari tidak masuk. Kebetulan salah satu teman kuliahku memutuskan untuk resign dan melanjutkan jenjang kariernya di ibu kota Jakarta. Dia diterima di salah satu perusahaan yang cukup keren dan gajinya jelas lebih tinggi. 

Sedih rasanya ketika harus kehilangan salah satu partner kerja. Tadinya aku nyaman sekali pulang pergi kantor karena aku merasa ada teman sepantaran.

Namun, berbeda untuk saat ini. Ketika berangkat di pagi hari rasanya males banget. Seperti tidak ada penyemangat dan kembali sendiri lagi. Dulu ketika temanku belum bergabung, aku merasa tidak apa-apa walaupun sendirian. Tapi, kau mengerti maksudku kan? 

Ketika kita terbiasa ditemani oleh teman sepantaran diantara ibu-ibu/bapak-bapak, kemudian teman kita resign jadi merasa kesepian dan sendirian lagi, bukan?

Sebenarnya ada dua temanku yang bergabung. Nah, salah seorang temanku yang lain ini juga sudah memiliki niatan untuk resign bulan ini. Fix lah aku mungkin akan kesepian tanpa teman-teman sepantaranku. Eh..ada deng teman muda disini. Tapi lebih tua setahun dibanding aku. 

Teman teknisi dan office boy di kantor ini. Tapi ya begitu, aku susah sekali mengakrabkan diri. Mungkin aku yang terlalu kaku untuk bergaul. Tapi bagaimana lagi? Itulah aku..

Jujur aku ini susah sekali diajak bergaul atau sekadar berkomunikasi dengan orang-orang baru. Bukannya aku males ataupun sombong. No! Aku bukan tipe orang yang seperti itu. 

Hanya saja yang membuatku tetap memilih untuk bungkam adalah karena aku tidak tahu bahan apa yang harus diperbincangkan. Aku diam bukan karena aku bisu. Tapi aku paling susah untuk memulai seebuahpembicaraan.

Aku tidak kesulitan bicara. Hanya saja aku bingung cara ngobrol dengan orang yang lebih tua dan dewasa. Apa yang harus kami perbincangkan, kata-kata apa yang sebaiknya aku ucapkan untuk membuat mereka tetap ramah denganku. Hati-hati sekali. 

Kalaupun ngobrol dengan orang-orang kantor, aku mungkin akan membicarakan hal-hal yang tidak jauh masalah pekerjaan. Selebihnya, biar mereka dulu yang memulai bahan pembicaraan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun