Tersimpan dunia yang tidak semua orang bisa pahami dibalik tatapan kosong, gerakan berulang atau diam yang panjang. Artikel ini dibuat sebagai rambu untuk berhenti sejenak, melihat lebih dalam, dan mengenal mereka yang berjalan dengan irama berbeda. Autisme bukanlah kekurangan melainkan bintang yang berbeda yang pantas untuk dipahami, diterima, dan dicintai.
Pengertian AutismeÂ
      Autis berasal dari kata autos yang memiliki arti sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi, autisme didefinisikan sebagai (a) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal, (b) merespon dunia berdasarkan penglihatan, harapan sendiri dan menolak realitas. (c) keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Autisme merupakan gangguan perkembangan anak yang disebabkan adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. (Desiningrum, 2016).
     Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku individu. Umumnya muncul sebelum usia 3 tahun dan memiliki spektrum yang luas, sehingga tiap individu dengan autisme menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda (Fatihah, 2024).
Sejarah AutismeÂ
     Leo Kanner dikenal sebagai peneliti awal autisme, pada tahun 1943 berdasarkan observasinya terhadap 11 anak yang memiliki ciri-ciri extreme autistic aloneness, keinginan yang obsesif mempertahankan kesamaan, kemampuan menghapal yang luar biasa, dan terbatasnya jenis aktivitas yang dilakukan (Ginanjar, 2007). Kanner membuat kesimpulan untuk membedakan anak -anak tersebut dari anak-anak penderita schizophrenia dalam tiga hal yaitu: (1) anak skizophrenia menarik diri sedangkan 11 anak bahkan tidak pernah menunjukkan hubungan sosial dengan orang lain, (2) terlihat pola bahasa yang unik seperti pronouncitacion reversals dan echolalia, (3) serta anak yang diobservasi tidak menunjukkan semakin memburuknya cara berfungsi seperti skizophrenia (Desiningrum, 2016).
    Tidak berselang lama pada tahun 1944, Hans Asperger melakukan publikasi penlitiannya tentang autistic psychopathy di Wina. Asperger melakukan studi kasus terhadap 4 orang anak yang menunjukkan kesulitan dalam interaksi sosial dan hanya menunjukkan ekspresi wajah yang terbatas. Hal ini mirip dengan yang ditemukan Kanner, baik Aspeger dan Kanner keduanya menggunakan istilah yang sama yaitu austistic untuk menekankan pada masalah utama anak-anak yang mengalami kecenderungan menarik diri dari lingkungan sosial, kesulitian dalam reaksi afektif, minat yang terbatas atau sempit, dan keterbatasan dalam penggunaan bahasa secara sosial (Ginanjar, 2007).
Karakteristik AutismeÂ
Berdasarkan DSM V, karakteristik gejala sebagai berikut:
A. Defisit persisten dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial di beberapa konteks misalnya:
- Kurangnya timbal balik sosial-emosional, seperti kegagalan dalam percakapan normal dan melakukan timbal balik, hingga berkurangnya berbagai minat sosial, emosi, atau afek.
- Kurangnya dalam perilaku komunikasi non-verbal seperti kurangnya dalam melakukan kontak mata dan bahasa tubuh, hingga kurangnya ekspresi wajah dalam komunikasi non-verbal.
- Kurangnya dalam mengembangkan, memelihara, dan memahami hubungan, mulai dari kesulitan menyesuaikan perilaku agar sesuai dengan berbagai konteks sosial, kesulitan dalam berbagai permainan imajinatif, hingga idak ada ketertarikan pada teman sebaya.
B. Pola perilaku, minat, atau aktivitas yang dibatasi dan berulang yang ditunjukkan setidaknya dua hal berikut:
- Gerakan motorik streotipik berulang, penggunaan objek atau ucapan (streotip motoric sederhana, membariskan mainan atau membalikkan objek, echolalia, frasa idiosinkrasi).
- Cenderung bersikeras pada kesamaan, mengikuti rutinitas tanpa fleksibilitas atau menunjukkan pola perilaku verbal dan non-verbal yang diritualkan (sangat tertekan terhadap perubahan kecil, pola pikir kaku, ritual menyapa, makan makanan yang sama setiap hari).
- Minat yang sangat terbatas dan hanya terpaku pada salah satu objek yang tidak normal dalam intensitas atau fokus (minat yang berlebihan yang terus menerus).
- Respons sensorik anak autisme dapat bervariasi, seperti hiperaktivitas atau hiporeaktivitas terhadap input sensorik atau minat yang tidak biasa pada aspek sensorik lingkungan. (ketidakpeduliaan terhadap rasa sakit ataupun suhu, tanggapan yang tidak menyenangkan terhadap suara ataupun tekstur tertentu, mencium atau menyentuh objek secara berlebihan, ketertarikan visual terhadap cahaya maupun gerakan).