C. Gejala harus hadir pada periode awal perkembangan, mungkin tidak menjadi sepenuhnya terwujud sampai tuntunan sosial melebihi kapasitas yang terbatas.
D. Gejala-gejala tersebut menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap kehidupan sosial, pekerjaanm dan area penting lainnya.
E. Kecacatan intelektual dan gangguan autisme seringkali terjadi bersamaan. Untuk membuat diagnosis komorbditas antara gangguan spektrum autisme dan kecacatan intelektual penting untuk melihat tingkat perkembangan komunikasi sosial individu tersebut (Kristiana & Widayanti, 2016).
Klasifikasi AutismeÂ
    Mengutip Septia et al., (2016) klasifikasi autisme dapat dibagi berdasarkan berbagai pengelompokan kondisi yakni:
a. Klasifikasi berdasarkan munculnya kelainan.
- Autisme infantial, anak autisme mempunyai kelainan sejak lahir.
- Autisme fiksasi, saat lahir normal, namun setelah 2-3 tahun tanda-tanda autis muncul.
b. Klasifikasi berdasarkan intelektual.
- Autis dengan keterbelakangan mental sedang dan berat (IQ < 50), prevalansi 60% dari anak autistic.
- Autis dengan keterbelakangan mental ringan (IQ 50-70), prevelansi 20% dari anak autis.
- Autis yang tidak mengalami keterbelakangan mental (intelegensi diatas 70) prevelansi 20% dari anak autis.
c. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial.
- Kelompok yang menyendiri, banyak yang terlihat menarik diri, acuh tak acauh dan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan perhatian yang tidak hangat.
- Kelompok pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
- Kelompok aktif tetapi aneh, spontan mendekati anak yang lain, namun interaksinya tidak sesuai sering hanya sepihak.
d. Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian.
- Prognosis buruk, tidak bisa mandiri (2/3 dari penyandang autis).
- Prognosis sedang, terdapat kemajuan pada bidang sosial dan pendidikan walau problem perilaku tetap ada (1/4 dari penyandang autis).
- Prognosis baik, mempunyai kehidupan sosial yang normal atau hampir normal dan berfungsi dengan baik disekolah (1/10 dari penyandang autis).
Penyebab AutismeÂ
      Membaca dari jurnal milik Nugraheni (2012), penyebab autisme yang ditulis oleh Bernald Rimland tahun 1964 dikarenakan oleh  gangguan susunan saraf pusat (SSP). Hartono juga menyebutkan autisme bukan hanya gangguan fungsional tidak terjadi karena pola asuh yang salah tetapi karena terdapat gangguan organik dalam perkembangan otak. Banyak penyebab autisme yang dilaporkan dikarenakan riwayat prenatal, lahir prematur, post-matur, pendarahan antenatal pada trimester I-II dan juga usia ibu lebih dari 35 tahun. autisme juga banyak dialami anak yang memiliki riwayat lahir tidak spontan dan mengalami respiratory distress syndrome. Pada tahun 1990 Margareth Bauman dan Eric Courchesne menemukan adanya kelainan neuro anatomi pada otak. Dengan melakukan MRI atau Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan oleh Eric menemukan pengecilan otak kecil terutama pada lobus VI-VII. Hasil ini didukung oleh hasil autopsi Margareth Bauman ia menemukan adanya kelainan struktur pada pusat emosi.