Oleh : Muhammad Nabhan Fajruddin
Di sebuah desa kecil yang bernama desa Markicuk beberapa minggu yang lalu sudah melaksanakan pemilihan kepala desa. Terdapat tiga bakal calon kepala desa yang ingin menjadi "penguasa" desa, mengingat warganya hanya sedikit tapi dana anggaran desa sangat besar, yang konon katanya sampai satu miliyar dan kebetulan juga ini merupakan masa akhir dari pak Panjol kepala desa untuk menjabat.Â
Mas Jarwo, perangkat desa sekaligus anak petahana mencalonkan diri, ya tentunya menggunakan nama bapaknya sebagai senjata.Â
Pak Jayadi, Rafi Ahcmadnya desa Markicuk juga mencalonkan diri, kebetulan ia juragan petani yang menjadi orang terkaya dan dikenal di desa Markicuk. Â
Pak Rajif, merupakan sosok dari kalangan rakyat biasa yang aktif di lembaga sosial dan memiliki strata pendidikan sarjana ilmu pemerintahan, juga mencalonkan diri.
Singkat cerita, dalam menju proses pemilihan di desa Markicuk kampanye-kampanye mulai membanjiri desa tersebut. Mas Jarwo, menggunakan popularitas bapaknya sebagai alat untuk kampanye, maklum saja dia diangkat sebagai perangkat desa juga karena bapaknya.Â
Pak Jayadi, mulai membagikan sembako maupun membangun  infrastruktur kepada masyarakay desa, ya tentunya ada udang dibalik bakwan. Pak Rajif, yang merupakan orang biasa hanya melakukan kampanye dengan apa adanya, paling maksimal memasang baliho agar dikenal.
Hmmm, kira-kira jika ada tiga tipe calon pemimpin di Indonesia seperti desa Markicuk siapa pemenangnya? Oh iya lupa, desa Markicuk menggunakan sistem demokrasi seperti Indonesia, yang katanya demokrasi berasaskan "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat."Â
Balik lagi ke desa Markicuk, masyarakat desa markicuk hampir sama dengan Indonesia, ketertarikan kepada yang popular, kepada materi, dan tidak memiliki kecerdasan dalam memilih menjadi hal yang sangat melekat di desa Markicuk.Â
Hasilnya pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Pak Jayadi, yang memiliki kekayaan dan popularitas, senjatanya berhasil dengan membagikan sembako dan uang serta membangun infrastruktur desa yang berkedok amal jariyah atau sedekah.Â