Mohon tunggu...
Mohamad Zaki Hussein
Mohamad Zaki Hussein Mohon Tunggu... lainnya -

Warga masyarakat biasa, anggota Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ideologi dan Reproduksi Masyarakat Kapitalis

19 Februari 2012   06:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cara ideologi mengkonstruksi subyek ini disebut Althusser sebagai "interpelasi" atau "pemanggilan" (hailing). Karena prosesnya memang sama seperti ketika kita dipanggil oleh seseorang di jalan, di mana terjadi pengenalan atau penyematan atas diri kita, sifat sebagai subyek yang unik dan berbeda dari yang lain―kita benar-benar tahu bahwa yang dipanggil adalah diri kita, bukan orang lain. Adapun kapitalisme mengkonstruksi kita sebagai subyek dalam proses reproduksinya, agar ketika kita memainkan peran kita dalam reproduksi kapitalis, kita tidak merasa "dipaksa" dari luar, tapi merasakannya sebagai sesuatu yang memang kita lakukan dengan suka rela.

Sedikit Catatan Kritis

Menurut saya, sebagian teori Althusser di atas ada gunanya untuk memahami sebagian dari kenyataan yang kita hadapi. Sebagai contoh, konsepnya tentang 'otonomi relatif' suprastruktur dan 'indeks efektivitas,' membuat fenomena-fenomena seperti dampak tindakan "aktif" negara (suprastruktur legal-politik) atas wilayah ekonomi (infrastruktur) yang biasa kita lihat, menjadi dapat dijelaskan, karena memang ada hubungan timbal balik antara keduanya.

Namun demikian, teori ideologinya mengandung sebuah problem yang serius. Karena ia menyamakan ideologi dengan konstruksi subyek secara umum, ini berarti subyek itu sebenarnya tidak ada, karena semua subyek hanyalah efek dari ideologi. Artinya, tidak ada gunanya lagi berbicara soal "kesadaran" dan berbagai istilah terkait lainnya, seperti "kesadaran palsu," "penyadaran," dsb., karena toh tindakan kita tidak pernah merupakan efek dari kesadaran kita, tapi hanya merupakan efek dari ISA.

Paradoksnya, Althusser berbicara mengenai ilmu pengetahuan sebagai kontra-ideologi, tapi apa gunanya ilmu pengetahuan kalau tidak ada efeknya ke tindakan kita, bukankah tindakan kita itu hanya efek dari ISA? Althusser membuat mustahil adanya sebuah "tindakan berbasis ilmu pengetahuan" (science informed practice), karena menurutnya, tindakan kita hanyalah efek dari ISA, bukan efek dari kesadaran kita. Jadi, kalau dalam Marx, manusia membuat sejarah, tapi tidak bisa seenak jidatnya, karena ia beroperasi dalam situasi struktural tertentu. Dalam Althusser, pernyataan itu berubah menjadi, sejarah berjalan tanpa manusia. Pertanyaannya, masih mungkinkah berpikir tentang emansipasi dari titik berangkat yang seperti itu?

Catatan Kaki:


[1] Versi asli tulisan ini dibawakan dalam sebuah diskusi di UIN Jakarta, 9 Januari 2012. Dalam versi ini, ada beberapa perubahan dari versi aslinya.

[2] Versi Inggris dari tulisan Althusser, "Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara" (Ideology and Ideological State  Apparatuses) bisa dibaca di http://www.marxists.org/reference/archive/althusser/1970/ideology.htm.

[3] Surat Engels kepada J. Bloch, 21 September 1890, diambil dari http://www.marxists.org/archive/marx/works/1890/letters/90_09_21a.htm. Terjemahan bahasa Indonesia di atas oleh saya sendiri.

[4] Concern saya di sini memang bukan makna otentik teks menurut si pengarang, tapi lebih ke apa yang bisa diberikan teks kepada kita untuk memahami kenyataan yang kita hadapi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun