Mohon tunggu...
Muhammad Zaki Ananda
Muhammad Zaki Ananda Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan Biologi-Universitas Negeri jakarta

Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bolehkah Menyusui Saat Dinyatakan Positif Covid-19?

12 Januari 2022   21:48 Diperbarui: 14 Januari 2022   07:27 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

istimewa
istimewa
2. COVID-19 dan ASI

Hanya sebanyak 37% anak-anak berusia dari 6 bulan di negara berpenghasilan menengah sampai rendah yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada masa pandemi COVID-19, upaya pertimbangan untuk menyusui harus tetap dilakukan. 

Mengidentifikasi faktor kekebalan dalam usaha melawan pandemi COVID-19 seperti ASI yang memberikan antibodi untuk membantu meningkatkan kekebalan, khususnya bagi bayi yang baru lahir yang rentan. Immunogloblulin A merupakan tipe antibodi yang terkandung pada ASI, dengan memberikan ASI dari ibunya yang pulih dari virus SARS-CoV-2 dapat memberikan kekebalan tambahan pada bayinya, dan jika antibodi yang terkandung dalam ASI tersebut dimurnikan dapat menjadi obat bagi penderita COVID-19.

Saat ini daya untuk penularan COVID-19 pada proses menyusui tidak cukup untuk disimpulkan apakah virus dapat ditularkan dalam proses tersebut. Risiko terinfeksi SARS-CoV-2 pada bayi masih rendah, dan biasanya infeksi bersifat ringan atau asimptomatik, justru pemisahan ibu dan bayinya dan tidak memberikan ASI dapat menimbulkan risiko yang lebih buruk pada hal ini dampak dari COVID-19 yang merupakan ancaman yang lebih rendah pada bayi dan anak-anak ketimbang  infeksi lain yang diakibatkan tidak adanya pemberian ASI. 

menjaga interaksi antara ibu dan bayi akan memberikan manfaat untuk mencegah infeksi, menaikan kekebalan, dan berpengaruh pada perkembangan dan kesehatan. pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan patuh terhadap protokol kesehatan pada saat melekukan kontak antara ibu yang positif SARS-CoV-2 dengan bayinya.(World Health Organization(b), 2020).

Menyusui dini dianjurkan oleh WHO, hal ini juga berlaku bagi ibu yang bergejala atau positif C0VID-19. Sebanyak 46 pasang ibu dan bayi disebutkan dalam penelitian dari WHO untuk melakukan uji SARS-CoV-2 pada ASI dari ibu yang dinyatakan positif, hasilnya 43 dari 46 ASI yang dikeluarkan dinyatakan negatif SARS-CoV-2 berdasarkan hasil pemeriksaan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). 

Informasi terkait tingkat infeksi suatu virus tidak dapat diberikan oleh RT-PCR, itu hanya untuk memperkuat bahan genetik virus dalam sampel untuk di deteksi. ASI ibu yang positif yang diberikan pada 3 bayi sebelumnya saat di tes partikel RNA virus bukanlah virus hidup, saat 1 anak bayi dites positif COVID-19 tidak dilaporkan praktik cara pemberian makanan pada bayi tersebut, 2 lainya dites negatif bayi tersebut diberi ASI setelah RNA virus sudak tak terdeteksi. Pada bayi yang positif sebelumnya, tidak diketahui melalu cara apa infeksi masuk, yaitu melalui ASI atau melakukan kontak erat pada ibu yang terinfeksi(World Health Organization(b), 2020).

Infeksi SARS-CoV-2  memiliki risiko yang rendah untuk menjangkiti anak-anak, kasus sejauh ini yang terkonfirmasi mengalami gejala yang ringan. Dibandingkan dengan orang dewasa, gejala lebih sedikit ditimbulkan pada anak-anak terhadap coronavirus-zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya) lainnya sepeti SARS-CoV dan MERS-CoV yang kurang umum tampak untuk menginfeksi anak-anak(Zimmerman dan Curtis (b), 2020). Pada 29 november 2020 berdasarkan data IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), 3,2% dari seluruh kematian akibat COVID-19 di indonesia adalah anak-anak yang pada saat itu merupakan yang tertinggi di daerah Asia Pasifik (Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2020).

3. Peranan ASI dalam penanganan COVID-19

Pada pandemi berskala global seperti COVID-19 ini mengidentifikasi faktor antibodi untuk SARS-COV-2 dalam ASI merupakan suatu kebutuhan yang mendesak, tentunya dengan adanya hal tersebut dapat membantu meningkatkan dan memberikat kekebalan terutaama untuk bayi yang rentan terserang penyakit. Kadar antibodi tipe sekretori (sIgA) yang terkandung dalam air susu ibu sangat tinggi, dengan menyusui dari air susu ibu yang sudah pulih dari COVID-19 dapat menurunkan kekebalan terhadap penyakit tersebut kepada bayi yang disusuinya, dan tidak menutup adanya kemungkinan untuk memurnikan antibodi dalam ASI tersebut agar menjadi obat bagi penderita COVID-19 lainya (Fox et al., 2020; Hahn-Holbrook, 2020).

Patogen seperti COVID-19 dapat dikenali oleh sistem kekebalan tubuh yang dibantu oleh antibodi dan membuat perlindungan terhadap penyakit tersebut. Antibodi untuk SARS-COV-2 dimiliki oleh ibu yang pulih dari penyakit tersebut dalam ASI mereka. Dengan adanya ASI dari ibu yang pulih dari COVID-19 ini membuka peluang untuk dibuatnya obat untuk mengobati penyakit terkait virus tersebut. Didalam susu di temukan antibodi dengan kadar tinggi yang baik untuk melawan penyakit pada lapisan paru-paru seperti COVID-19 yang disebut IgA, kadar IgA yang terkandung dalam ASI jauh lebih tinggi ketimbang yang ditemukan dalam plasma darah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun