Mohon tunggu...
Mochamad Yusran
Mochamad Yusran Mohon Tunggu... profesional -

Ketika seorng filsuf menunjuk ke bintang, yang dilihat org bodoh hanyalah telunjuk sang filsuf...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

OM (Jangan) LATAH OM..

23 Desember 2016   18:26 Diperbarui: 24 Desember 2016   08:25 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="meme-lucu-om-tolelet-om"][/caption]

DALAM berbagai kesempatan saya sering menyebutnya masyarakat latah. Fenomena masyarakat yang kurang memiliki sikap dan terkesan mudah digiring dengan mobilisasi pembentukan opini publik media. Termasuk yang lagi trending adalah postingan video viral sejumlah anak muda tepatnya berusia muda bediri di pinggir jalan, meminta sejumlah bis yang lewat membunyikan klaksonnya dengan narasi yang dituliskan dan atau diteriakin "Om Telolet Om".

Hebat bukan, itulah Indonesia, negeri di mana klakson bis bisa jadi artis. Benar- benar kurang kerjaan, cuci piring dan baju kamu sana nak, mumpung masih anget-angetnya hari ibu, mama kamu gak butuh kalau hanya ucapan selamat hari ibu.. haha

Masyarakat dengan ideologi pasar atau latah dengan trend yang berkembang itu, punya kebiasaan malas berpikir dan seakan-akan tak punya waktu memverifikasi lebih dulu suatu informasi dan kebiasaan, apakah sudah benar atau salah? lebih-lebih bermanfaat atau tidak? Namun anehnya punya banyak waktu dengan kesibukan mengomentari rumor.

Dalam tinjauan Islam yang saya pahami, umat dengan fenomena demikian di asiosasikan sebagai "buih" di tengah lautan. Seperti fenomena umat Islam Indonesia saat ini bahkan mayoritas umat Islam di dunia. Jumlahnya banyak namun terpecah belah dan tak menentu. Terombak-ambik gelombang dan keinginan arus pasar atau trend. Ironinya terkadang meng eluh-elukan jumlah yang banyak itu. Padahal dalam Al-Quran, fenomena keburukan selalu di diskripsikan dengan jumlah yang banyak, sebaliknya kualitas kebaikan selalu dengan jumlahnya sedikit.

Kritik keras seorang budayawan Cak Nun berkaitan dengan fenomena latah masyarakat itu mengatakan "hanya sampah dan ikan mati yang ikut arus".

Buktinya? Ayo kita buktikan..


Saat lagi trending isu bela Islam akibat tuduhan penistaan agama, segera ramai membicarakan Ahok sebagai tertuduh. Padahal alih-alih bela agama, banyak diantara mereka yang ngotot, pondasi Islam paling dasar seperti Konsep Tauhid saja masih kacau dan sholat syukur-syukur senin kamis. Kenapa demikian? Karena anda latah.

Lanjut..?

Mendekati natal, seperti trend tahunan saja. Saat umat kristiani penuh hikmat persiapkan natal, kebanyakan mereka yang latah sibuk berdebat soal boleh tidaknya mengucapkan selamat hari natal? Pakai keluarin fatwa haram lagi? Atau yang lagi trend kini soal natal, boleh tidaknya penggunaan atribut yang identik dengan natal oleh umat Islam? Sampai pakai sweeping-sweeping segala lagi? Ini aneh? Kenapa? saya sering mengatakan Santa claus itu hanya lagenda, budaya yang disematkan dengan natal. Sebenarnya, tak ada hubungannya dengan natal atau pristiwa yang juga dimuliakan Al-Quran sendiri yakni kelahiran Isa putra Maryam itui. Perumpamaan seperti tradisi buras dan ketupat pada lebaran. Menggunakan atribut santa claus tak serta merta melunturkan akidah. Kecuali? anda latah, mau-maunya ikut dengan paham intoleran dan kurang berdasar itu.

Lebih aneh lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun