Perjalanan dari ngopi biasa ke aktivitas ngopi canggih!
Masa kecil saya banyak dihabiskan dalam keluarga paman yang memiliki cukup banyak kopi. Panenan tahunan bisa sampai kurang lebih 1 ton. Dan karena waktu itu harga kopi tidaklah seberapa kalau dibandingkan sekarang, maka paman saya tidak segan - segan untuk menikmati saja sendiri kopi - kopi itu. Tidak semua, tapi mungkin kalau harga kopi per kilogram saat itu seperti sekarang, untuk konsumsi pribadi mungkin tidak sebanyak yang kami konsumsi. Atau bisa saja kami hanya menikmati kopi rong -nya saja ( istilah lokal untuk biji - bijian kopi yang rusak, berwarna kehitaman dan tidak dapat dijual). Sementara kopi yang berkualitas akan dijual semua. Tapi karena harga kopi waktu itu masih murah, maka sebagian kopi - kopi berkualitas tinggi kami konsumsi sendiri.
Maka jadilah minuman kami di pagi dan sore hari pada  waktu itu adalah minuman kopi yang berkualitas dan biasanya ditemani sepotong dua potong umbi umbian khas pedesaan.  Menjadikan nuansa pagi yang berkabut atau senja yang tenang terasa makin lengkap, seolah waktu melambat agar kami bisa menikmati setiap teguk dan setiap momen kebersamaan itu. Dan inilah permulaan kebiasaan ngopi saya dimulai.
Tahun demi tahun berlalu. Kini, ketika saya beranjak dewasa, kebiasaan ngopi itu berkembang menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan berwarna. Perjalanan hidup memperkenalkan saya pada cara menikmati kopi yang jauh berbeda dari masa kecil dulu.
Jika dulu, secangkir kopi terasa lengkap hanya dengan sepotong atau dua potong umbi-umbian di rumah, kini kebiasaan itu terasa kurang jika tidak disertai sebatang atau dua batang rokok. Ya rokok! Sepakat atau tidak, kopi dan rokok adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya memberikan kontribusi yang seimbang terhadap kenikmatan yang dirasakan oleh para penikmat.
Dulu, suasana ngopi cukup hangat di beranda rumah bersama keluarga. Sekarang, aroma kopi terasa lebih nikmat lagi jika diseduh di kafe langganan atau warkop yang sudah akrab dengan rutinitas harian. Sesekali sendiri, kadang bersama teman - teman.
Waktu untuk ngopi pun kini mengalami pergeseran. Dulu hanya pagi dan sore, kini menjadi lebih fleksibel—kadang usai mandi, kadang sesudah bangun tidur, tak peduli pagi atau sore. Kopi seolah tidak hanya menjadi teman, tapi bagian dari ritme harian yang memberi jeda, ruang, dan napas dalam hiruk pikuk kehidupan.
Perubahan-perubahan inilah yang kemudian membuat saya menyebut kebiasaan ngopi yang sekarang ini sebagai Aktivitas Ngopi Canggih. Kenapa canggih? Karena selain warna dan nuansanya yang berubah, juga karena setiap seduhan pertama yang diikuti satu - dua tarikan rokok, selalu menghadirkan bukan hanya kenikmatan fisik, tapi juga letupan-letupan pikiran yang berhamburan di kepala.Â
Kadang terjebak dalam penyesalan akan masa lalu dan sesekali rancangan akan masa depan. Kadang tentang keluarga, kadang menghayal soal pasangan, dan terkadang juga menyangkut hal-hal besar seperti politik dan arah negara ( wadadaw ). Semua ini muncul begitu saja dan berdialog di dalam kepala dalam satu momen yang tenang—seolah kopi dan si teman baiknya ini membuka pintu ke ruang kontemplasi. Dan ini membawa kita ke bagian kedua tulisan ini :
Kontrol dan Kendali  Diri
Saya akui memang, selama kebiasaan ngopi canggih ini terus saya jalani, saya merasa bukan hanya tubuh yang dimanjakan, tapi juga pikiran. Ada ketenangan yang datang, semangat yang tumbuh, dan motivasi yang perlahan menguat. Tapi semua berubah ketika suatu saat saya jatuh sakit. Dan itu adalah titik balik dari berbagai macam kebiasaan saya selama ini, termasuk kebiasaan ngopi yang sudah saya lakukan sejak kecil. Pengalaman akan rasa sakit, kegagalan dan bahkan penolakan, semuanya sudah saya rasakan yang kemudian membuat saya merenungkan kembali kehidupan yang sudah saya jalani selama ini.Â