Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Fenomena Layangan Putus dalam Kacamata Keuangan

10 November 2019   16:24 Diperbarui: 10 November 2019   16:36 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan bermaksud latah atau ikut-ikutan menghakimi salah satu pihak. Tulisan ini murni mengingatkan kembali tentang keterbukaan keuangan dan tentang perencanaan keuangan keluarga.

Di sinilah pentingnya peranan Seminar pranikah dan seminar pengelolaan keuangan keluarga. Dari sisi agama pun memang sudah dijabarkan secara rinci bagaimana sebuah keluarga terutama suami menafkahi sang istri. Kemudian ada pengaturan harta gono-gini yang sangat menolong pada saat kedua belah pihak memutuskan untuk berpisah atau salah satunya harus meninggal lebih dulu.

Sudahkah kita terbuka masalah keuangan dengan pasangan halal kita? Keterbukaan di sini bukan bermaksud untuk menghilangkan privasi, namun lebih kepada bagaimana keputusan-keputusan finansial akan diambil dan didasarkan pada musyawarah kedua belah pihak. Sehingga jika ada pengeluaran urgent atau hutang yang tidak sengaja muncul, keduanya bisa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah finansial tersebut. 

Memang tidak ada jaminan seratus persen bahwa hidup akan terus berada dijalur tenang dan damai, oleh karenanya Istri dan suami harus memahami konsep pengelolaan keuangan keluarga. Keduanya memiliki peranan penting setiap ada keputusan-keputusan finansial yang harus dibuat. 

Jika diawal pra nikah kedua pasangan sudah membuat sebuah perjanjian pernikahan yang menjabarkan harta bersama (yang didapatkan sejak menikah) itu akan menjadi hak siapa jika salah satu pihak berselingkuh atau lainnya. Kemudian harta bergerak dan tidak bergerak diatasnamakan siapa dan harus bagaimana pembagian saat keduanya berpisah. Kemudian saat salah satu meninggal hak warisnya jatuh pada anak-anaknya tanpa mengabaikan 1 pihak yang masih hidup. 

Jadi hal yang dialami penulis Layangan putus dapat diminimalisir oleh perencanaan dan keterbukaan soal finansial. Kemudian sebetulnya secara agama jika kedua pasangan memilih berpisah dan anak-anak jatuh ke ibunya maka tugas sang ayah tetap menjadi supporting biaya bagi anak-anaknya sampai anak-anaknya bisa mandiri atau berpenghasilan. Tanggung jawab seorang ayah tidak lepas begitu saja saat ia memilih menikah lagi atau meninggalkan keluarga asalnya. 

Sang istri yang ditinggal menikah lagi berhak mendapatkan harta gono-gini dan anak-anak nya berhak mendapatkan support biaya dari sang Ayah.

Jadi percayalah baik yang belum atau sudah menikah kalian harus memahami pengelolaan keuangan dengan baik, jika perlu ikutilah seminar seputar keuangan dan kajian seputar pernikahan sampai dengan pembagian waris. Ini bukan soal matrealistis namun jika kita tidak tahu dan tidak mencari tahu, hati-hati nanti kamu merasa nyesel karena tidak mau tahu soal yang paling vital dalam berkeluarga. 

Mulai saat ini silakan untuk lebih terbuka lagi soal keuangan dan silahkan diskusikan soal perolehan yang kalian dapatkan sejak menikah, tidak boleh ada pihak yang lebih dominan. Keduanya harus faham dan harus terbuka, agar sekat dan jarak kebohongan atau kecurangan itu tipis bahkan hilang.

Saya pun mendapatkan banyak pembelajaran dari kisah nyata di mana sebuah keluarga yang mulanya hidup serba berkecukupan, tiba-tiba dilanda musibah di mana suaminya sakit keras dan menghabiskan banyak biaya bahkan hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Sedangkan kedua anak mereka yang satu masih bekerja serabutan dan yang satu masih kuliah di Universitas ternama dan mahal pastinya. 

Beruntung sang ibu merupakan manajer keuangan yang baik untuk keluarganya. Simpanan atau tabungannya bisa mengantarkan anak bungsunya wisuda, tentu dengan pola dan cara hidup yang sederhana dan hemat. Kemudian sang anak sulung pun mulai serius bekerja dan memiliki pekerjaan tetap, jadi the power of saving money ini sangat diterapkan oleh sang ibu, meski ia ibu tunggal namun ia berhasil meluluskan anaknya dari sebuah univ ternama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun