Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sex-Machine, Sebuah Prolog [Mini Cerpen – 51]

24 September 2010   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_267628" align="aligncenter" width="250" caption="Perkawinan itu seperti Bara Api, ia membutuhkan oksigen dan panas, harus mengerti kiat memarakkannya."][/caption]

Ningsih luar biasa bahagia pagi itu --- ia memperoleh honornya Rp. 1.500.000 plus bonus Rp. 500.000, untuk bekerja mulai 5 sampai 19 September yang lalu --- menggantikan mak Pinah di rumah Bu Helge. Lima belas hari itu boleh dikatakan ia bekerja hanya sebagai penjaga rumah tangga, semula ia pikir akan menghadapi pekerjaan rumah tangga yang serba banyak. Ternyata tidak.Yang pasti bulan September ini ia tidak menggerogoti tabungannya yang kian menipis.

“Rin, aku beruntung kali say --- majikan itu baik sekali, ibu Helge namanya”Ningsih tidak henti-hentinya tertawa dan mensyukuri keberuntungannya dalam bulan September ini. Rinawati temannya yang menjadi babu menteng saja tidak seberuntung dia --- ia tidak diijinkan mudik sampai akhir September --- walaupun, memang ia mendapat THR satu bulan gaji plus bonus macam-macam. Jumlahnya tidak seberapa.

 

Ningsih sendiri sejak sepulangnya dari Taiwan, hampir enam bulan ini --- menganggur saja,memakan simpanan.Memang ia ingin sekali mencari pekerjaan yang lebih bergengsi --- ia ingin mengandalkan kemampuan bahasa Inggris dan Cinanya. Ia ingin bekerjasebagai guide atau tour leader. Tampaknya ia mesti mencari kursus untuk profesi itu. Ijazah SMA dan pengalaman-nya di Kanada dan Taiwan, rupanya belum bisa merubah profesinya. Menjelang Akhir Agustus temannya yang bekerja sebagai Cleaning Service di kantor Indosat, menawarkan kesempatan menjadi pembantu pengganti selama libur lebaran.

Ia terima lowongan itu, karena ia mencemaskan tabungan-nya makin menipis --- syarat-syarat kerja yang disepakati, cukup menguntungkan. Ia menjadi pembantu rumah tangga, yang mengerjakan tugas-tugas kebersihan dan ketertiban rumah mewah Bu Helge --- malah selama 15 hari ini menggantikan mak Pinah --- Ningsih merasakan ia tidak banyak mengerjakan apa-apa, ia hanya menjaga kebersihan rumah, mengatur belanja dan masakan untuk dua orang satpam, dan makan dia dan Mimin tukang cuci serta mang Upet tukang kebun.

Ningsih telah tiga tahun lebih menjanda --- ia bercerai dengan Maman Setiawan 2007 tanpa anak, lantas ia berangkat ke Taiwan menjadi TKW. Ia beruntung dapat majikan yang cukup baik, semula ia mengerjakan semua pekerjaan pembantu rumah tangga --- tetapi di rumah itu ia juga mengurus sepasang Lansia, orang tua TuanLie Sam Chiang --- dari kerja tambahan itu ia mendapat ekstra bayaran. Yang dianggapnya rejeki nomplok. Karena pekerjaan mengurus lansia, ia telah berpengalaman sebelumnya--- yaitu di Kanada2002 sampai 2004. Malah ada temannya yang di Hongkong mendapat tugas tambahan mengurus orang tua begitu, di rumah lain pula, tidak mendapat apa-apa.

Busway terus melaju, entah karena masih suasana lebaran atau jam kerja --- makanya lega sekali bus itu. Ia akan turun di halte Permata Hijau --- kalau sempat ia ingin menabung  uangnya dulu di bank.Ia ingat kembali kisah keberuntungannya di Taiwan --- pasangan Tuan Lie memang sering ribut bertengkar suami isteri --- macam-macam persoalan bisa memicu pertengkaran dan perkelahian mereka --- orang tua Tuan Lie selalu tertekan dan depresi menyaksikan rumah tangga anaknya itu. Ningsih tidak kaget ketika pasangan itu akhirnya bercerai.Karena ia sendiri telah tiga kali bercerai.Ia tidak mau mengenang tragedi perkawinannya.Ia ingat saja kisahnya dengan tuan Lie.

Tuan Lie adalah lelaki ke-empat yang pernah menidurinya --- pria Cina itu memang ganteng, dan tubuhnya juga atletis, tetapi bagi Ningsih --- ia kecele, ternyata permainan cinta Lie tidaklah istimewa. Bahkan ia berkali-kali sebenarnya kecewa, tetapi ada kelebihan lelaki ini --- ia tidak pernah menunjukkan sikap merendahkan-nya sebagai wanita --- apalagi sebagai pembantu.Ia merasa tidak dilecehkan atau dimanfaatkan duda keren itu. Malah ia merasa beruntung bahwa ia mendapat lelaki yang mengisi kesepiannya di perantauan, ia beruntung dapat menikmaticara orang Cina ‘ngesex.Memang sikap Tuan Lie gallant --- terutama kalau mereka pergi berbelanja, Ningsih merasa ia diperlakukan bukan sebagai pembantu rumah tangga. Tetapi ia meyakinkan diri, bahwa ia tidak akan menyintai lelaki Cina itu. Ia selalu membayangkan akan menikah lagi tetapi dengan lelaki yang disunat penisnya --- walaupun tidak sampai orgasme, tetapi masih terasa lebih nikmat dalam proses penetrasi-nya.

Ningsih tersadar dari lamunannya --- seorang gadis mengambil tempat disampingnya, tercium harum semerbak. Terlintas dibenaknya ingin memanjakan diri ke Salon. “Nanti setelah dari Bank” pikirnya.Seks kembali melintasi kenangannya --- ia telah tidur secara intensif dengan empat lelaki, ia tersenyum kecil --- lelaki hanya pribadi yang lucu dan mementingkan diri sendiri saja. Lelakiyang dikenalnya hanya ingin menjajahnya --- Cuma sedikit lebih baik Tuan Lie, walau mungkin karena tidak diikat tali perkawinan, tetapi tetap saja ia seorang yang tidak memuaskan.

Ningsih membetulkan letak tudung sweaternya, sebetulnya ia ingin menyembunyikan senyumnya --- karena ada satu lelaki lain, walaupun tidak sampai koitus, tetapi Ningsih mengerti kemauan lelaki itu --- ingin mereguk tubuhnya, tetapi, tetapi walaupun si Emot telah menunjukkan penisnya , dan dia hampir terbakar --- ia sadar satpam itu hanya ingin memanfaatkannya saja. Sorry ya.

Dari Bank ia melintasi Restoran Nyun Niang, tercium aroma masakan yang lezat --- muncrat air liurnya, tetapi ia tidak tertarik, ia telah puas makan bergizi selama lima belas hari ini --- bahkan kemarin ia turut makan bersama Ibu Helge di Artha Gading. Ia masuk ke Lolita --- ia sebentar merendam tubuhnya di kolam bunga, kemudian ia hanya minta badannya disegarkan dengan handuk hangat --- ia merebahkan dirinya. Ia ingat kembali selama limabelas hari si satpam Emot mengejar-ngejarnya.Daripandangan mata dan rayuannya, Ningsih menyadari satpam itu menginginkannya. Gilasatpam itu juga memotret dirinya dari ventilasi kamar mandi, ia mamanjatdari undakan taman. Tetapi Ningsih tidak memprotes. Ia senang dengan foto bugilnya dengan angle dari atas itu.

Lelaki kalau sudah gila macam-macam kelakuannya pikir Ningsih --- ia ingat ada satu kelebihan tuan Lie, ia suka melakukan cunnilinctus terhadap dirinya --- itulah kenangan Ningsih yang paling indah, bosnya memberikan layanan istimewa --- memuaskan dirinya.Tanpa menuntut lebih --- ketiga suaminya dulu selalu menuntut felatio, tanpa berbuat lebih. Lho !

Sebelum ibu Helge datang --- malam keduabelas ia di rumah itu, si Emot merayu-rayu --- Ningsih telah berhasil menghapus foto-fotonya, yang konon sangat merangsang diri pemuda itu. Memang Emot satpam bujangan, ia bergantian dengan pak Sam, giliran jaga malam.Tubuh dan wajahnya sebenarnya sangat menarik hati Ningsih --- tetapi ia merasa hari-hari ini masa suburnya. Ia terangsang juga mendengar cerita si Emot bahwa foto-fotonya dijadikan media olehnya…………”Emot mari saya lihat kamu punya “Emot tersenyum mencoba merangkul tubuhnya Ningsih menolaknya “Mana?”Ningsih tersenyum ia menyelesaikan nafsu si bujangan itu dengan tangannya.Aman.

Ningsih menikmati elusan dan pijitan tangan Dice --- sungguh terlatih tangan itu, kini ia mengelus sekitar pusar Ningsih--- lantas di bagian dalam kedua pahanya. Dice memuji payudaranya dan tubuhnya yang masih kencang dan mulus. Dice sendiri perawakannya wanita yang berisi ----- mempunyai bulu-bulu halus di kening, di bibir dan lengannya --- bulu haluskewanitaan.Bancikah dia, pikir Ningsih --- ia tidak mempedulikan Dice yang masih mengangkat kedua pahanya. Lantas meletakkan linen lembut di pubiknya. Ada cara Dice menekan dan mengelus bagian itu --- sungguh dinikmati oleh Ningsih. Konon itu Gurah Vagina.

“Perlu sampai dalam mbak ?”Ningsih tersadar dalam hembusan nafas kepuasan, ia menggeleng.Mereka saling melempar senyum.

Menuju tempat kos-nya Ningsih --- merasa tubuhnya sangat sehat, kulit dan wajahnyaterasa indah memukau. Terpikir olehnya apakah sesama wanita melakukannya lebih baik ?Terbayang wajah Timung, suami pertamanya, kemudian Harry suami kedua , lantas Maman suami ketiganya, Tuan Lie dan si Emot --- lelaki yang berlagak jantan, tetapi tidak cukup memuaskannya.

Seharian ini Ningsih merasa sangat bahagia --- besok ia akan menemui bu Helge di rumahnya.Ia mendapatkan lowongan dengan gaji yang lumayan --- mungkin gaji sebagai Tour Leader tidak se-demikian besarnya………………

(bersambung) --- lanjatnya :

http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/09/25/sex-machine-ini-nalog-nya-mini-cerpen-%e2%80%93-52/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun