Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kuli Gali Sindang dengan Pohon Kenari dan Glodogan Keris (Features-74)

10 Agustus 2012   16:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:58 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1344616929654638976

[caption id="attachment_199419" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA-Features 74"][/caption]

(1)

Di persimpangan jalan kompleks perumahan kami, dekat ruko-ruko --- sering di sana 4-7 orang Tukang Gali dari Sindang, kumpul-kumpul, ngobrol, menanti order --- kerja galian, membersihkan selokan, atau memangkas tanaman.

Mereka menunggu pemesan untuk memakai jasa mereka --- sepintas nasib kelompok ini sepertinya, “tidak sesengsara saudara-saudaranya” yang menanti order di kolong jembatan Jalan Tol.

Kerumunan di sana (Kolong Jalan Tol itu) --- mereka juga tidur-tiduran menanti order, betul-betul menyedihkan seperti para Pengungsi Indonesia entah dari Negeri mana.

Kumal, kere dan   mengharukan !

(2)

Kembali ke persimpangan jalan tadi --- terkadang mereka juga ada yang sampai siang belum  mendapat pekerjaan --- mereka tertidur di 2 bangku kayu yang ada, kursi bodol atau sandaran di 2 pohon Angsana .

Biasanya mereka juga tampak tidak acuh pada Orang Sekitar ………….. yang juga tidak mengacuhkan mereka. Orang kere, jembel pula !

Mereka duduk-duduk bersandar ke batang pohon atau tertidur di amuk kabut debu dan emisi mobil yang lewat --- mereka tidak peduli entah berapa banyak partikel debu, dan volume gas emisi, atau terpapar melebihi ambang batas --- menderu terhisap dalam pernafasan sampai ke paru-paru mereka.

Tetapi --- ya tetapi, belakangan ini tampak ada kelakuan mereka yang berubah. Sungguh strategis apa yang mereka perbuat (?).

(3)

Tempat atau areal mereka bernaung itu diapit oleh 2 pohon Angsana.  Di musim kemarau begini --- hampir gundul daunnya, luruh mongering beterbangan.

Kalau kita melintas terlihat masyarakat yang bersahaja itu --- memang tampak acuh-tidak- acuh. Di kalangan komunitas itu ada juga yang tidak turut mengobrol --- tetapi  melakukan kegiatan produktif bidang pekerjaan mereka --- mengasah golok, pisau, cangkul atau arit,  bahkan membuat gagang cangkul dari kayu limbah yang diperoleh.

Di siang hari, mereka yang lelah menanti order, bisa terkantuk-kantuk --- mereka berbagi, hanya ada 2 orang di antara mereka yang dapat menggunakan bangku tadi untuk tidur.

(4)

Di musim panas, kemarau yang kering seperti saat ini --- tentu mereka kepanasan. Suasana panas itu rupanya menimbulkan kesadaran baru ……………

 

Di desa-desa miskin asal mereka,  seperti Sindang di Indramayu itu --- logika mereka di lahan harus yang ditanam itu hanyalah bahan makanan terutama. Atau setidaknya hasil dipanen untuk bisa ditukar makanan.

Maka dalam kebiasaan seharian di taman kota atau  tanaman bibit penghijauan di mana mereka berdiam --- mereka acuh terhadap bibit-bibit, bahkan untuk bibit yang mereka tanam sesuai order.

(lihat saja Dinas Pertamanan pun ada kalanya --- lalai dan menyia-nyiakan, telah membangun proyek pot,  pot ditanami tumbuhan, tidak dilanjutkan dengan penyiraman, perawatan dan pemeliharaan.  Matilah tanaman tersebut)

Banyak terjadi malah kuli gali Sindang atau masyarakat miskin di situ, memanfaatkan pohon- bibit yang ditanam di taman, menjadi tempat mereka menyampirkan pakaian, cucian, topi, diikat dengan tali untuk atap  bernaung, macam-macam keperluan ala masyarakat miskin --- sehingga bibit tadi tambah sengsara.

(5)

Khusus kelompok Kuli Gali Sindang yang dibicarakan di persimpangan jalan kompleks tadi --- kini, tiap pagi, siang dan petang sebelum mereka bubar pulang ke penginapan --- mereka selalu menyiram dan merawat 2 bibit Kenari dan 1 bibit Glodogan Keris yang ditanam oleh Kompleks Perumahan di antara 2 pohon Angsana yang sudah ada.

Mereka menghiasi bibit-bibit tersebut dengan susunan batu ---mereka berusaha untuk menyelamatkan pohon-pohon tersebut --- karena telah memperoleh kesadaran …………… bahwa kelak pohon-pohon Kenari dan Glodogan Keris  yang tumbuh besar di antara 2 pohon Angsana yang sudah ada --- akan mengayomi mereka sambil menunggu datangnya rejeki ……………..

 

[MWA] (Features-74)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun