Bait in menunjukan tentang kesadaran dan kesesatan yang dialami oleh kebanyakan manusia.
Oleh karena itu pada bait in seperti menyinggung pembaca akan pentingnya berdoa sebagai sarana untuk menjauhkan diri dari godaan hasrat dan nafsu untuk mencapai ketenangan. Berdasarkan paparan tersebut, dapat diketahui bahwa pada baitu puisi ini mengacu aspek syariat
dalam pelaksaan berdoa.
Aspek Akhlak dalam puisi "Tuhan" Karya Akhmad Taufiq mencakup taubat dan pentingnya berdoa.
Taubat (permohonan ampun kepada Tuhan-Nya), digambarkan pada kutipan puisi di bawan ini:
"aku bersimpuh...
deraian air mata
menusuk dalam sukmaku
sujud dan dzikirku
adalah saksi alam yang membius
Tuhan..
Aku tersesat di negeri asing hanya maafMu menjadi samudera kalbu"
Bait in menunjukan adanya ungkapan pengakuan dosa, merasa menesal dan berusaha memperbaiki diri pada bait-baitnya. Dalam puisi ini, hamba merasa tersesat di negeri asing dan berharap serta memohon maaf atas dosa-dosa yang selama ini ia perbuat. Hal ini menggambarkan Taubat, yaitu permohonan ampunan dan keinginan untuk bertaubat dari kesalahan yang ia perbuat.Â
Berdoa, digambarkan pada kutipan puisi di bawah ini:
"tuhan
Aku memang selalu merinduMu
baitku adalah namaMu
serak parau doaku adalah harapku padaMu"
"tapi,
berikanlah sejenak untukku menikmati waktuMu
biar hati ini tidak susah sungguh biar diri ini tidak rapuh"
Bait in menunjukan adanya ungkapan pada baitnya yang menyoroti tentang pentingnya akhlak dalam berdoa. Penulis puisi menyampaikan bahwa berdoa ialah sebuang ungkapan rindu yang tulus dan harapan yang penuh keyakinan kepada TuhanNya.
Nah, dari artikel ini pembaca dapat mengetahui pesona religiusitas pada puisi "Tuhan" karya Akhmad Taufiq melalui aspek religius sastra. Dengan mengkaji puisi dengan pendekatan religiusitas sastra dapat mendorong tumbuhnya penafisran-penafisran yang cemerlang terkait kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan beragama dalam sebuah karya sastra, dengan meningkatkan kepekaanya dalam menangkap symbol-simbol yang ada disekelilingnya yang berkaitan dengan pengalaman religius. Di situlah letak hubungan erat mengenai pengalaman estetis dan pengalaman religius.Â
Sumber Referensi: