Mohon tunggu...
Mutmainnah
Mutmainnah Mohon Tunggu... Mahasiswa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

be kind

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kopi adalah lifestyle? Nikmat yang bisa menjebak!

22 April 2025   23:39 Diperbarui: 22 April 2025   23:39 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Rasanya hampir mustahil tidak melihat kedai kopi di setiap sudut jalan sekarang ini. Ajakan "Ngopi yuk!" pun sudah jadi hal yang sangat lumrah. Fenomena ini benar-benar menunjukkan bagaimana kopi telah bertransformasi. Jika dulu kopi identik dengan minuman hitam pahit untuk orang tua atau penghilang kantuk, kini kopi hadir dalam ribuan wajah. Dari kopi susu kekinian dengan tingkat manis sesuai selera, tambahan sirup rasa unik seperti karamel atau hazelnut, hingga eksperimen rasa buah seperti alpukat atau stroberi. Kopi modern menjadi lebih "ramah" untuk semua lidah, tak lagi terbatas pada penikmat rasa pahit saja.

Keberagaman inilah, ditambah menjamurnya kedai kopi dengan desain menarik dan suasana nyaman, yang mendorong kopi naik kelas menjadi bagian dari gaya hidup. Kedai kopi bukan lagi sekadar tempat membeli minuman, tapi sudah menjadi ruang sosial. Banyak orang, dari pelajar hingga profesional, memilih kedai kopi untuk berbagai aktivitas: mengerjakan tugas, rapat santai, bertemu teman, atau sekadar mencari suasana baru untuk bekerja. Kopi seakan menjadi teman wajib dalam rutinitas harian, mulai dari memulai hari, menemani makan siang, hingga menutup malam.

Pergeseran ini tak lepas dari pengaruh sosial. Minum kopi di tempat yang sedang populer seringkali dianggap sebagai simbol status atau penanda bahwa seseorang mengikuti tren. Aktivitas mengunggah foto kopi estetik di media sosial menjadi hal biasa, seolah mencari pengakuan atau menunjukkan citra diri yang kekinian. Kompetisi antar kedai kopi dalam hal harga, promo, dan desain tempat juga turut memeriahkan "budaya ngopi" ini, mendorong konsumsi yang mungkin lebih sering dari yang sebenarnya dibutuhkan.

Sisi Sosial: Tempat Bertemu Sekaligus Tekanan

Gaya hidup kopi ini membawa dampak sosial yang beragam. Sisi positifnya, kedai kopi menyediakan ruang publik yang nyaman untuk berinteraksi, membangun komunitas, dan bahkan mendukung ekonomi lokal melalui penciptaan lapangan kerja. Ini adalah wadah bertemunya berbagai kalangan untuk tujuan yang berbeda-beda, memperkaya kehidupan sosial di perkotaan maupun daerah.

Namun, ada sisi lain yang perlu diperhatikan. Tekanan untuk ikut serta dalam tren "ngopi" bisa saja muncul, menciptakan rasa takut ketinggalan (FOMO) jika tidak mengunjungi kedai kopi hits atau mencoba minuman viral. Fokusnya bisa bergeser dari esensi menikmati kopi atau kebersamaan menjadi sekadar validasi sosial atau pencitraan. Hal ini bisa membebani secara finansial maupun psikologis bagi sebagian orang.

Waspadai Jebakan Kesehatan di Balik Kenikmatan

Di tengah keriuhan gaya hidup kopi, aspek kesehatan seringkali terabaikan. Kopi hitam tanpa gula dalam jumlah moderat memang punya potensi manfaat, seperti meningkatkan kewaspadaan. Namun, kopi kekinian yang kita nikmati umumnya sarat dengan gula tambahan, sirup manis, susu tinggi lemak, krimer, atau topping berkalori lainnya. Inilah yang menjadi perhatian utama.

Konsumsi berlebihan kopi manis dan tinggi kalori ini secara rutin dapat membawa risiko kesehatan serius. Ancaman obesitas mengintai akibat tumpukan kalori ekstra. Risiko diabetes tipe 2 meningkat karena asupan gula tinggi yang konstan. Penyakit jantung juga bisa terpicu oleh lemak jenuh dan gula berlebih. Belum lagi efek kafein itu sendiri jika berlebihan: dapat menyebabkan insomnia (sulit tidur), jantung berdebar, rasa cemas, atau gangguan pencernaan bagi sebagian orang.

Menikmati Kopi dengan Cerdas dan Sehat

Lalu, haruskah kita menjauhi kopi sama sekali? Tidak juga. Kuncinya terletak pada kesadaran dan moderasi. Kita tetap bisa menikmati kopi sebagai bagian dari gaya hidup tanpa mengorbankan kesehatan. Berikut beberapa cara menyikapinya dengan bijak:

  • Pahami Isinya: Saat memesan, jangan ragu bertanya atau meminta penyesuaian. Pilih opsi rendah gula (less sugar), ganti susu full cream dengan susu rendah lemak jika memungkinkan, atau hindari tambahan sirup dan topping yang tidak perlu.
  • Atur Frekuensi: Tidak harus setiap hari mengonsumsi kopi manis. Selingi dengan pilihan lebih sehat seperti kopi hitam tanpa gula, teh tawar, atau air putih.
  • Dengarkan Tubuh: Perhatikan reaksi tubuh setelah minum kopi. Jika muncul efek negatif seperti gelisah atau sulit tidur, itu pertanda perlu mengurangi porsi atau frekuensinya.
  • Sadari Motivasi: Tanyakan pada diri sendiri, apakah minum kopi karena benar-benar ingin atau butuh, atau hanya karena ikut-ikutan tren?
  • Jaga Keseimbangan: Ingatlah bahwa kopi hanyalah satu bagian kecil dari pola hidup. Imbangi dengan konsumsi makanan bergizi seimbang lainnya dan rutin berolahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun