Pendidikan Di Indonesia
Menurut saya tentang pendidikan di Indonesia yaitu, masih kurang baik. Sebagaimana pendidikan itu sendiri mempunyai makna sebagai bekal untuk menuju hal-hal yang lebih baik bagi setiap orang. Pendidikan mencakup semua aspek penting dalam diri tiap individu khususnya aspek kepribadian. Aspek-aspek pendidikan yang berpengaruh dalam kehidupan tiap individu yakni, kecerdasan, keagamaan, akhlak, bermasyarakat, keterampilan, pengembangan potensi dan juga berbangsa dan bernegara. Mengapa saya menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia masih kurang baik? Karena tidak semua sekolah memenuhi standar pendidikan. Dan masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum merasakan pendidikan yang layak dan bahkan putus sekolah. Dan di Indonesia pun ada istilah “suap-menyuap”, “beli nilai” dan bahkan ijazah pun bisa dibeli di Indonesia.
Atap sekolah bocor = tidak sekolah kalau hujan ?
Di Indonesia, sangat banyak sekolah yang tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar atau untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Karena tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat. Pemerintahan di Indonesia juga kurang memperhatikan sekolah-sekolah dipelosok-pelosok negeri yang kita cintai ini. Keadaan sekolah ini sangat memprihatinkan.
Dimana banyak anak-anak di Indonesia yang kurang mampu, namun mempunyai semangat belajar yang tinggi. Lagi-lagi karena masalah ekonomi, yang membuat pendidikan mereka terhambat, sehingga mereka sering terganggu dalam proses belajar mengajarnya karena tempat yang tidak layak dan sangat mengganggu.
Seperti misalnya atap yang bocor saat hujan, atau bahkan banjir. Bagaimana bisa pemerintah kita tidak menyadari keadaan pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan ini, sedangkan sangat sering siaran televisi menyiarkan berita tentang pendidikan. Semua karena UANG. Tanpa uang, pemerintahan tak akan jalan. Tanpa uang, pemerintahan tak akan bergerak. Tanpa untung timbal balik juga pemerintah akan “BUTA”. Itulah, kurangnya pendidikan akhlak, banyak terjadi korupsi. Bahkan mungkin juga korupsi uang dana bantuan sekolah.
Semua pihak atau kalangan bawah merasa dirugikan karena adanya korupsi. Korupsi sangat mencoreng moral aspek pendidikan. Kita sebagai manusia, pastilah memiliki cita-cita. Dan dari sekolahlah kita memulai untuk belajar agar bisa menggapai cita-cita kita. Kita mulai belajar dan mendapat ilmu dan juga ijazah, surat yang paling dibutuhkan di masa depan kita, khususnya dalam berkarir. Dan lagi-lagi karena UANG, orang yang tidak memenuhi pendidikan pun bisa mendapat ijazah hanya dengan “membeli”.
Sangan memalukan bukan?
Bukan hanya ijazah, nilai nya pun bisa dibeli. Dan yang sangat tidak adil bagi masyarakat bawah adalah orang yang dengan mudah dan hidup lebih dari cukup yang bisa membeli ijazah beserta nilai-nilainya, bisa mendapat jabatan yang tinggi dengan upah gaji yang memuaskan pula.
Tapi bagaimana dengan masyarakat kalangan bawah, yang hanya bermodalkan niat dan pendirian yang kokoh untuk mencapai pendidikan yang tinggi, yang belum terjamin masa depannya, kehidupan karirnya untuk mendapatkan kedudukan selayak usaha dan keahlian yang mereka punya. Semua sangat tidak adil.
Masih adakah kesempatan untuk masyarakat kalangan bawah? SATU BANDING SEJUTA. Sekarang di Indonesia, kebanyakan bukan masalah yang paling utama, yaitu SKILL, namun seberapa besar uang “sogokan” nya. Andai saja pemerintahan kita jauh lebih tegas pastilah tidak aka nada yang merasa dirugikan. Coba bayangkan resiko yang harus ditanggung pemerintahan itu sendiri kedepannya. Ya, semua karena sudah terlena dengan UANG. Kurangnya aspek pendidikan keagamaan, akhlak dan berkehidupan bermasyarakat. Kembali ke masyarakat kalangan bawah, banyak anak-anak di Indonesia yang tidak bersekolah karena tidak memiliki biaya.
Mereka menghabiskan hari-hari mereka untuk mencari uang, yang seharusnya dilakukan orangtua mereka. Mereka kebanyakan mencari uang dijalanan, dan bahkan ada juga yang bekerja sebagai tukang angkut, yang biasanya bebannya sangat berat, pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Sangat menyedihkan mengetahui mereka masih anak-anak dibawah umur, yang seharusnya mereka menerima pelajaran disekolah atau bermain dengan teman-temannya. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas ini semua? Butakah para pemerintah yang “sudah pasti” pernah melihat kejadian seperti ini.
Bagaimana dengan masa depan anak-anak itu? Masa depan bangsa kita? Pandangan Negara lain tentang kejadian ini? Bisakah pemerintah mendirikan pos untuk anak-anak ini mengetahui betapa penting dan berharganya arti pendidikan. Tidak perlu mewah dan megah, tetapi bisa membuat mereka mengerti.