Sebagai kakak, saya hanya bisa menasehati dia untuk membaur. Tak takut dengan ejekan dan selalu belajar agar nilai-nilai dia bisa lebih baik. Dia mengangguk.Â
Sekarang, memasuki kelas 3 SMA, dia sudah bergaul lebih baik. Perundungan yang dilakukan teman-temannya berangsur hilang, apalagi, saya pernah chat gurunya agar dia digabungkan dengan kelas yang cocok.Â
Well gaes, sebenarnya saya tak ingin panjang lebar bercerita soal perundungan adik. Hanya saja, saya ingin mengakui bahwa meja makan bisa jadi tempat hangat untuk berbagi kisah antar anggota keluarga.
Tak semua orang memiliki kedekatan dalam keluarga. Ada orang yang memiliki meja makan proper, segala hidangan tersedia dengan lengkapnya. Namun, tak memiliki ikatan karena tiap orang sibuk dengan urusannya.Â
Saya bersyukur, di meja makan berukuran 2 x 3 meter di kedai mie kala itu, kami bisa bercerita banyak, tentunya ditemani aneka makanan yang menggugah selera. Saya hanya berharap, adik atau anggota keluarga kami bisa selalu berbagi cerita.Â
Dari Meja Makan, untuk Menjaga Kewarasan Hati
Dalam kehidupan, ada momen-momen yang enggan untuk diceritakan karena takut membebani orang lain. Seperti adik yang awalnya enggan bercerita soal perundungan yang ia alami.Â
Namun, canda tawa serta kehangatan yang mengalir kala tiap orang menyesap makanan membuat uneg-uneg keluar begitu saja. Saya selalu berpikir bahwa selagi meja makan itu terisi penuh dengan kebersamaan, kewarasan akan terjaga.Â
Dalam sebuah ulasan singkat, saya pernah membaca artikel soal hubungan mental health dan kebiasaan makan bersama di keluarga. Keluarga yang sering makan dalam satu meja cenderung memiliki rasa keterbukaan dan kebahagiaan yang tinggi.Â
Mereka saling berbagi cerita, ide maupun hal-hal yang terjadi tiap harinya. Berbeda dengan keluarga yang kerap memilih makan sendiri, di kamar masing-masing. Kesempatan untuk bertemu semua anggota keluarga menjadi minim.
Meja makan bukan hanya sebentuk benda. Tapi juga sarana untuk menghubungkan satu sama lain. Alasan mental health bisa lebih terjaga di meja makan karena uneg-uneg bisa dilepas dalam diskusi kecil. Tidak disimpan di pikiran hingga akhirnya meledak.Â