Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Selamat Tinggal Rahman, Gajah Sumatera Cerdas nan Berharga bagi Lingkungan

19 Januari 2024   07:57 Diperbarui: 20 Januari 2024   14:28 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rahman, gajah latih Sumatera yang diduga tewas karena diracun. Sumber gambar: WWF Indonesia

"Sampai kapan gajah-gajah maupun hewan lainnya mati karena keserakahan manusia. Akankah ada keadilan untuk mereka bisa dipertinggi?"

Sempat terkejut dan sedih ketika membaca berita bahwa salah satu gajah latih di BTN TessoNilo mati pada Rabu, 11 Januari 2024 lalu. Gajah Sumatera yang dinamai Rahman ini mati karena diracun. Diketahui, salah satu gadingnya hilang karena dipotong. 

Rahman bukanlah gajah yang nakal atau suka merusak tumbuhan milik petani layaknya gajah-gajah liar. Gajah Rahman telah dilatih sedemikian rupa sehingga ia hanya makan secukupnya bahkan berperan memitigasi konflik antara manusia dan gajah liar. 

Di Pulau Sumatera, konflik antara manusia dan gajah kerap terjadi. Seperti yang diinfokan oleh Mongabay, Aceh menjadi salah satu provinsi yang kerap terjadi konflik antara manusia dan gajah. 

Konflik manusia dengan gajah terjadi akibat keluarnya gajah dari kawasan hutan dan masuk ke dalam pemukiman penduduk sehingga tidak ada keseimbangan kesejahteraan antara manusia dan gajah.

Kondisi ini terus terjadi hingga muncul segenap upaya dari berbagai pihak untuk menengahi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni melalui bantuan gajah latih.

Rahman merupakan salah satu gajah latih yang dimiliki oleh Taman Nasional Tesso Nilo. Sebelumnya, gajah jantan tersebut lahir di kawasan PLTA Koto Panjang, Riau pada tahun 1979 dan merupakan gajah liar.

Pada 1992, Rahman dipindahkan ke Pusat Latihan Gajah Sebanga, Kab. Bengkalis dan menjalani rehabilitasi selama beberapa bulan, ia kemudian dilepasliarkan ke Giam Siak Kecil, Kab. Bengkalis.

Uniknya, Rahman selalu kembali ke Pusat Latihan Gajah Sebanga karena interaksi yang lekat antara ia dan para manusia yang melatihnya. Hal itu disebabkan oleh sifatnya yang ramah dan mudah berinteraksi dengan manusia.

Pada tahun 2004, Rahman dibawa ke Lubuk Kembang Bunga, Kabupaten Pelalawan, Riau untuk menjadi anggota Elephant Flying Squad (EFS) Tesso Nilo. 

EFS Tesso Nilo merupakan tim yang bertugas untuk mengatasi konflik manusia-gajah di Taman Nasional Tesso Nilo. Di sana, gajah-gajah akan dilatih untuk lebih ramah terhadap manusia serta mampu menjadi komunikator bagi gajah lainnya sehingga membantu menghalau gajah-gajah liar yang masuk ke pemukiman.

Sumber gambar: Indonesiana.id
Sumber gambar: Indonesiana.id

Sebelumnya, saya sering mengikuti gajah Rahman melalui instagram BTN Tesso Nilo. Dalam slice video, mahout atau pelatihnya memperlihatkan perkembangan gajah Rahman yang sempat terluka akibat bertarung dengan gajah liar.

Rahman merupakan komunikator penting dalam konflik antara manusia dan gajah yang tiada habisnya. Tak heran, ketika mendengar Rahman mati diracun. Saya sangat menyayangkan tindakan tersebut. Harus ada tindakan tegas berikut sanksi berat bagi pembunuhnya.

Saat ini jumlah gajah latih di TN Tesso Nilo kian mengecil setelah Gajah Rahman mati akibat diracun. Dengan jumlah yang demikian sedikit, sudah saatnya berbagai pihak mulai peduli akan keberadaan mereka sebagai salah satu pahlawan bagi manusia dan lingkungan.

Sudah saatnya Pemerintah Peduli Kehidupan Para Gajah

Beberapa waktu yang akan datang, Indonesia akan mengadakan pemilihan umum dari level pemimpin negara hingga pemimpin daerah. 

Sudah saatnya, para pemimpin pemimpinsaat ini hingga pasangan calon pemimpin, menjadikan lingkungan hidup sebagai aspek penting dalam pembangunan negara, salah satunya memperhatikan kesejahteraan flora dan fauna. 

Gajah merupakan salah satu fauna penting bagi hutan. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) saat ini berada dalam status Kritis (Sangat Terancam Punah) dalam daftar merah spesies terancam punah yang dikeluarkan oleh Lembaga Konservasi Dunia --IUCN).

Sumber infografis: Facebook WCS Indonesia
Sumber infografis: Facebook WCS Indonesia

Padahal, Gajah Sumatera merupakan hewan dilindungi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.

Keberadaan gajah, bukan hanya bermanfaat untuk lingkungan yakni sebagai penebar benih pepohonan melalui kotoran maupun makanan. Tetapi juga bermanfaat menengahi perseteruan antara manusia dengan gajah liar.

Berdasarkan data dari Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) yang dikutip dari artikel Antara, jumlah gajah Sumatra saat ini berkisar 1600 hingga 2000 ekor. Beberapa diantaranya dilatih dengan berbagai tujuan. Salah duanya untuk aktivitas konservasi dan mitigasi konflik.

Gajah latih berperan menghalau gajah-gajah liar yang memasuki pemukiman penduduk menuju kembali ke dalam hutan. Rahman adalah salah satu gajah latih yang cerdas dan berharga bagi Indonesia di Taman Nasional Tesso Nilo.

Pada 11 januari 2024 lalu, Rahman ditemukan mati oleh mahoutnya yang bernama Jumadi. Jumadi mengatakan bahwa setiap kali hendak melatih atau memberikan Rahman makanan, ia selalu memanggil namanya dan rahman pun segera mendekati.

Namun, sudah berulang kali dipanggil oleh Jumadi, Rahman tak kunjung datang. Akhirnya, Jumadi berinisiatif mencari Rahman ke dalam hutan dan menemukan ia tergeletak lemas dengan satu gadingnya patah. Beberapa jam kemudian, Rahman pun dinyatakan mati.

Terkejut sekaligus sedih mendengar berita kematian Gajah Rahman. Meski saya berada nun jauh dari Taman Nasional tempat Rahman tinggal, namun rasa bangga atas dedikasi Rahman sebagai gajah latih begitu besar.

Beberapa kali, saya mengikuti aktivitas Rahman maupun gajah latih lainnya melalui media sosial BTN Tesso Nilo. Berita kematian Rahman ternyata juga membuat sedih para influencer, selebritis dan masyarakat umum. Beberapa postingan hingga komentar banjir menghiasi media sosial saya beberapa waktu lalu.

Selamat tinggal Rahman. Selamat tinggal gajah ramah nan cerdas yang mampu menjadi penengah konflik antara manusia dan gajah liar. Semoga, kematianmu menjadi yang terakhir dari gajah-gajah yang ada di Sumatera. Dan semoga, pembunuhmu bisa menerima sanksi berat. 

Pesan saya untuk pemerintah dan lembaga terkait, sudah saatnya kita semua peduli kehidupan gajah dan menjaga keberadaan mereka melalui berbagai upaya konservasi. Tentunya pemberian hukuman berat bagi pembunuh gajah adalah kajian penting yang harus dibahas dan direalisasikan.

Salam lestari dari Nurul Mutiara R A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun