Mohon tunggu...
Mutiara Agustin
Mutiara Agustin Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa pendidikan matematika semester 3 Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tentang Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan 2025, Ini Kata Dosen Umsida

14 Januari 2025   13:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:01 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

6 Januari 2025 dosen pgsd umsida , libur sekolah , Libur Sekolah Selama Ramadhan , pgsd umsida , ramadhan 2025

Wacana tersebut tentu menjadi perhatian masyarakat karena bulan suci Ramadhan akan berlangsung tak lama lagi.

Menanganggapi wacana libur sekolah selama Ramadhan itu, pakar pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Kemil Wachidah SPdI MPd, menyebutkan bahwa wacana ini memiliki dimensi yang kompleks jika ditinjau dari perspektif pendidikan dan budaya Indonesia.

Libur Sekolah Selama Ramadhan Berdampak Kompleks

libur sekolah selama Ramadhan (Unsplash)

“Di satu sisi, Ramadhan adalah bulan suci bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Dalam konteks budaya, Ramadhan menjadi momentum penting untuk memperkuat nilai-nilai religius, spiritual, dan kebersamaan dalam keluarga serta komunitas,” ujar Dr Kemil, sapaan akrabnya.

Oleh karena itu, imbuh Dr Kemil, memberikan libur sekolah selama Ramadhan dapat memberi ruang bagi siswa untuk fokus menjalankan ibadah, seperti puasa, tarawih, dan tadarus, yang merupakan bagian dari pembentukan karakter religius.

Namun, dosen prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD ) berpendapat bahwa jika dilihat dari sudut pandang pendidikan, libur sekolah selama Ramadhan dapat menimbulkan tantangan, terutama dalam kontinuitas proses belajar mengajar. 

Pendidikan di Indonesia bertujuan mencetak generasi yang tidak hanya berkarakter baik, tetapi juga memiliki kompetensi akademik yang mumpuni. 

Menurutnya, jika libur terlalu lama, ada risiko siswa kehilangan momentum belajar dan kemampuan kognitif yang sudah dibangun. 

Selain itu, tidak semua daerah di Indonesia mayoritas beragama Islam, sehingga kebijakan ini dapat menimbulkan kesenjangan dalam penerapan kebijakan nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun