Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Seandainya Aku Menjadi Malam

24 November 2020   08:20 Diperbarui: 25 November 2020   17:00 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menunggu ketika malam. (sumber: pixabay.com/StockSnap)

tanpa alasan

Seandainya aku menjadi malam
aku ingin teriak dan berontak
kenapa selalu dipersalahkan?
atas hilangnya senja atas kegelapan yang menelan maya pada

tak sadarkah wahai para petualang
hadirku istirahatkan lelahmu mengarungi lautan juang
Lelapkanmu dalam tidur paling tenang
mimpikan bintang terang dalam genggaman

Karenaku, kau dapat berbincang dengan kesunyian
hadirkan kenangan di pucuk-pucuk kepala
kemudian keluar memenuhi ruang-ruang kosong dengan petuah dari perenungan masa yang terlewat percuma

karenaku, kau dapat rasakan betapa hangatnya selimut kasih sayang
hati kembali dari perjalanan meraih ingin yang tak pernah berhenti bagai semilir angin

aku yang semakin pekat
akan membawamu semakin dekat
pada binar fajar
tunggulah!
sebentar lagi gelapku memudar
maka, bukalah kedua matamu
lihatlah kehadiranku kembali hilang
dan temukanmu pada satu kesempatan

Ruji, 24 November 2020

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun