Mohon tunggu...
Mutia Senja
Mutia Senja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Salah satu hobinya: menulis sesuka hati.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Review Novel Ganti Suami

21 Juni 2022   13:00 Diperbarui: 21 Juni 2022   14:47 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyoal judul dan blurb yang mengatasnamakan keluarga dan bisnis, saya asal menebak ending---yang boleh jadi berbanding lurus dengan judul. Namun Ganti Suami berhasil menampik dugaan saya. 

Novel ini tak sedramatis yang saya bayangkan dalam sinetron-sinetron rumah tangga. Bahkan ide sederhana yang ditawarkan Puspa Kirana membuat cerita ini layaknya kisah nyata seorang perempuan dengan beragam tantangan hidup yang mesti dilaluinya. Uniknya, penulis menanamkan karakter yang kuat dalam diri masing-masing tokoh sejak dimulainya bab pertama.

Saya bertanya dalam batin saat membaca bab-bab permulaan buku ini tentang sikap kesal Saras terhadap adik iparnya, Haura. Saya yakin, sikap Saras mampu menggiring pembaca untuk turut membenci Haura tanpa sebab. 

Lantas kita bertanya-tanya, apakah adik iparnya itu benar-benar menyebalkan? Jika iya, semenyebalkan apa sampai-sampai membuat kakak iparnya sebal?

Banyak hal yang kita duga, melesat dari kebenaran yang sesungguhnya. Saat kita melihat keburukan seseorang, kita cenderung membenci. Begitu pun saat melihat sisi baiknya, kita dengan mudah mencintai. Semacam itulah anggapan Saras terhadap Haura. 

Sebagai sosok perempuan yang membawa peran ganda, karakter ini sangat manusiawi meski terlambat saya sadari. Dalam konteks yang sama, penulis tidak serta merta mengabaikan uneg-uneg pembaca. 

Puspa Kirana cerdik menempatkan tumbuhnya karakter tersebut dalam diri Saras. Termasuk tokoh lain yang berperan aktif dalam novel: Dewa dan Erlangga berkaitan dengan kebiasaan, masa lalu, serta lingkungan yang membentuk mereka. Ketelitian inilah yang dibutuhkan pembaca sehingga sebuah karya fiksi tak sepenuhnya fiktif.

Maka masuk akal ketika penulis juga menyertakan perjelasan terkait nama Salaganesia di halaman 136 yang dibalut percakapan Erlangga dengan Saras. 

Menurut saya, ini penting bagi sebagian besar pembaca. Saya pun sempat kepo, meski gagal menemukan arti dalam KBBI maupun internet saat membaca daftar isi, cukup melegakan untuk sekadar mengetahuinya.

Sama kasusnya dengan penjabaran judul, Puspa lagi-lagi 'membayar' keingintahuan pembaca di halaman 201. Pergolakan hati yang dialami Saras, meciptakan pondasi baru dalam menyiasati ledakan konflik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun