Mohon tunggu...
Mutia Senja
Mutia Senja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Salah satu hobinya: menulis sesuka hati.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Resensi] Sempati: Kandar Kilas yang Menolak Fungsi

26 April 2020   10:36 Diperbarui: 26 April 2020   10:37 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti digambarkan dalam blurb buku ini; Sempati merasa kepalanya tak memberi solusi atas ragam persoalan. Tentu, sebuah keniscayaan yang realistis sebab segala persoalan manusia bermuara ke dalam alam pikir. 

Namun, yang kemudian membuat tak masuk akal adalah ketika Sempati ingin hidup bahagia tanpa kepala, karena dirasa kepalanya justru merepotkan. Persis sebagaimana yang nampak dalam judul buku ini.

Bagian pertama berhasil menghabiskan hampir separuh isi buku dengan cukup menggambarkan alasan Sempati ingin melepas kepalanya. Tanpa bertolak ketika ia membaca selebaran bertuliskan "Program penggal. Mengusir beban pikiran bebal dan sedih yang terus tinggal". Dia tertarik dalam hitungan detik. Terkesan khayali, memang. Namun inilah kenyataan yang terjadi dalam fiksi. Penulis pun bebas menuliskan apa saja.

Alhasil, mencari celah antara membebaskan kepala dari tubuh atau memanfaatkan fungsi otak dalam memecahkan masalah menjadi dua pilihan yang memuakkan. 

Hidup bagi Sempati (mungkin juga yang dialami sebagian orang) adalah penolakan, pergulatan, kesendirian, dan jauh dari rasa senang. Seolah membuka kembali memori atas pernyataan Dee Lestari ketika menulis, "aku kini percaya manusia dirancang untuk terluka."

Lalu, katanya lagi, "tidak ada yang lebih menyakitkan dari kepedihan yang tidak bisa ditangiskan." Benar saja, Sempati tidak pernah menangis sekalipun (pernah) ia sangat bersedih. 

Orangtua Sempati: Semanggi dan Merpati bermasalah. Sejak kecil, pemeran utama sangat karib dengan dendam, airmata, kesepian, konflik rumah tangga yang rumit, hingga persoalan diri sendiri yang membuatnya seolah bom atom---dapat meledak kapan saja.

Dijuluki novel antimainsteam setelah lahirnya Buku Panduan Matematika Terapan, membuat saya yakin akan dihadiahi kejutan-kejutan saat membaca buku ini. 

Sungguh, di bagian 1.4 Triska menyuguhkan seberkas kekhawatiran ketika M4---inisial petugas instalasi (pemegang kunci nasibnya)---menghilang, saat di mana penulis menuliskan masa lalu, hingga Sempati kehilangan kepalanya di sebuah rusun yang dia tinggali.

 Pembaca dirancang layaknya detektif yang dengan sigap dan teliti mengerti alur yang sedang dimainkan masing-masing tokoh. Dalam hal ini, penulis cermat membuat pembaca seolah tak boleh lepas untuk tetap menikmati paragraf demi paragraf.

Hal tak wajar seringkali muncul, misalnya: Setelah prosesi pemotongan kepala, peserta masih dapat hidup dengan kandar kilas yang diletakkan di tengkuk atau bagian tubuh lainnya. Kandar kilas itu berfungsi mencadangkan isi otak sehingga tubuh masih dapat berpikir, melihat, mendengar, bicara, saat tubuh berpisah dengan kepala nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun