Mohon tunggu...
Mutia Arrisha
Mutia Arrisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Catcalling", Realitas di Balik Kesetaraan Gender

9 Mei 2019   08:30 Diperbarui: 9 Mei 2019   09:07 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belakangan ini marak kita dengar perbincangan mengenai kesetaraan gender. Gender ialah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki -- laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Helen Tierney (ed), Woman's Studies Encyclopedia, Vol 1, New York: Green Wood Press, h.153). 

Ketika perempuan memiliki kedudukan, kehormatan, kesempatan dalam bekerja, pendidikan, politik, dan berbagai hal yang lainnya setara dengan laki -- laki, maka disitulah kesetaraan gender akan tercapai.

Kesetaraan gender digadang -- gadang menjadi bentuk kemerdekaan bagi perempuan. Sayangnya, dalam kenyataan yang kita temui jargon ini belum bisa menjadi perisai yang melindungi kaum perempuan secara utuh. 

Isu mengenai penyetaraan gender sudah banyak diangkat, namun tampaknya apa yang menjadi poin penting dalam permasalahan ini tak kunjung tuntas. Diskriminasi antara laki -- laki dan perempuan memang cenderung sudah dibenahi. 

Contohnya saja dalam dunia profesi, sekarang berbagai jenis pekerjaan tersedia bukan hanya untuk lelaki tapi juga untuk perempuan, bahkan untuk menjadi seorang pilot sekalipun bukanlah hal yang mustahil. Tak hanya itu, di dunia pendidikan telah banyak sekali professor dan akademisi hebat dari kalangan perempuan. 

Lalu apalagi yang kita ributkan? Ada satu hal yang terus mengusik benak para perempuan, yaitu perihal dihormati dan dihargai. Penyetaraan seharusnya tak hanya berkaitan dengan kemampuan dalam berkegiatan, namun lebih dari sekedar hal itu penyetaraan juga menyangkut bagaimana kita sebagai perempuan dipandang dan dihormati sebagai makhluk yang sama derajatnya dengan laki -- laki, dan menerima perlakuan yang sama pula. Kuatnya paham patriarkis di beberapa tempat membangun paham yang keliru terhadap posisi perempuan.

Jika kita ingat kembali, mungkin pernah kiranya kita merasakan ketidaknyamanan saat berada di dekat laki -- laki, melewati jalanan, atau menerima tatapan kurang mengenakkan. Inilah yang kemudian saya anggap sebagai bentuk ketimpangan gender yang merobohkan pernyataan bahwa penyetaraan gender 'katanya' telah dijalankan dalam keseharian kita. 

Berbagai bentuk ketimpangan ini kemudian muncul mulai dari bentuk yang ringan hingga yang tergolong parah. Sebut saja catcalling. Menurut Oxford Dictionary, catcalling diartikan sebagai siulan, panggilan, maupun komentar bersifat seksual dan/atau tidak diinginkan yang dilakukan oleh pria terhadap wanita yang lewat. 

Ya, peristiwa catcalling merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk  street harrasment (pelecehan yang dilakukan di ruang publik). Bentuknya pun bisa bermacam -- macam. Mulai dari bersiul, memanggil dengan berbagai sebutan, bahkan  mengucapkan salam dengan nada yang sangat diskriminatif. 

Meskipun hal seperti ini kerap kali kita alami, penggunaan istilah catcalling ini nyatanya masih terdengar asing di telinga masyarakat. Sangat disayangkan memang, kita masih merasa ganjil dan tabu untuk membahasnya meskipun statistik menunjukkan pelecehan seperti ini kerap kali terjadi.

Entah disadari atau tidak pelecehan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari -- hari. Bahkan parahnya lagi, kita sendiri yang mengizinkan untuk dilecehkan! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun