Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan bahwa tidur kurang dari 6 jam per malam dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, obesitas, bahkan depresi. Tidak hanya fisik, kesehatan mental pun terancam. Keseringan begadang bisa memicu gangguan kecemasan, burnout, bahkan depersonalisasi.
Bukan cuma mitos, kantung mata hitam, kulit kusam, dan mudah sakit adalah alarm awal tubuh yang kita abaikan. Hingga akhirnya, tubuh tak lagi bisa diajak kompromi.
Kultur Begadang yang Perlu Ditinggalkan
Sayangnya, dalam banyak lingkungan, begadang dianggap sebagai simbol kerja keras. "Tidur itu untuk orang malas," katanya. Padahal, mereka yang tahu kapan harus istirahat dan mampu menjaga ritme hidup sehat justru yang akan bertahan lebih lama dalam maraton kehidupan.
Kita perlu membalik narasi ini. Tidur bukan kelemahan, tapi strategi bertahan. Manusia bukan mesin, dan bahkan mesin pun butuh perawatan.
Penutup: Saatnya Kembali Menyapa Pagi
Kesehatan bukan semata-mata soal fisik, tapi juga tentang bagaimana kita menghargai diri sendiri. Jika tidur adalah bentuk self-love paling dasar, maka begadang berlebihan adalah bentuk pengabaian paling halus.
Mari berhenti meromantisasi malam tanpa tidur. Karena esok yang cerah, butuh malam yang cukup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI