Oleh: [Mutia Alauwia]
"Jangan begadang kalau tiada artinya..." --- Rhoma Irama tak sedang bercanda.
Di era yang katanya serba cepat dan kompetitif ini, begadang sudah seperti sahabat karib bagi banyak orang. Dari mahasiswa yang mengejar deadline, pekerja kantoran yang diburu target, hingga konten kreator yang mengejar tren malam hari---semua tampaknya sepakat: tidur bisa ditunda, tapi pekerjaan dan peluang tidak.
Namun, apakah kita benar-benar tahu apa yang sedang kita bayar dari tiap jam tidur yang hilang?
Tidur: Kebutuhan Bukan Kemewahan
Sering kali kita menganggap tidur sebagai aktivitas pasif, tidak produktif, bahkan membuang waktu. Padahal, tidur adalah investasi biologis paling murah namun paling vital. Dalam tidur, otak menyortir memori, tubuh memperbaiki sel-sel rusak, dan hormon bekerja menyeimbangkan metabolisme. Ketika tidur dikorbankan, yang terganggu bukan hanya energi esok hari, tapi juga kestabilan tubuh dan pikiran dalam jangka panjang.
Begadang dan Ilusi Produktivitas
Banyak yang merasa bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan saat malam tiba. Sepi, tenang, dan bebas distraksi. Tapi riset membuktikan sebaliknya. Kurang tidur justru menurunkan konsentrasi, memperlambat reaksi otak, dan meningkatkan risiko kesalahan. Ibarat mobil yang tetap dipacu dalam kondisi mesin aus, akhirnya justru mogok di tengah jalan.
Ironisnya, kita sering merasa produktif saat begadang, padahal otak sedang bekerja dalam mode bertahan hidup. Kita jadi cepat lelah, mudah tersinggung, dan kehilangan daya kreativitas yang seharusnya menjadi nilai tambah pekerjaan itu sendiri.
Bahaya Kesehatan yang Mengintai