Mohon tunggu...
Muthia Fakhrina
Muthia Fakhrina Mohon Tunggu... Freelancer - Nyoba nulis

Cek blog muthiafakhrina.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Jajah Anakmu, Ibu...

14 Februari 2020   19:15 Diperbarui: 14 Februari 2020   19:19 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan jajah anakmu ibu..

-kamu bukan penjajah bu, kamu hanya tertekan-

*Bagian 1

-ibu seorang yang bukan hanya bisa membanting tulangnya, tapi seluruh jiwa raga bahkan hidupnya-

"Ibu ibu Baja"

Dia ibu juga seorang istri yang bebannya cukup berat. Ibu yang juga melahirkan anak, dan ikut bekerja membantu suami mencari nafkah. Seperti nya ibu dianugrahi fisik yang super kuat, karna hampir semua pekerjaan bisa ia lakukan. Coba fikirkan apa hal yang tak bisa ibu kerjakan?


Dari matahari belum terbit hingga matahari terbenam digantikan bulan.Ibu adalah perempuan baja yang Allah ciptakan untuk mengurus segala hal hanya dengan memakai 2 tangan dan 2 kaki. Tidak ada kata manja dalam kamusnya. Begitu sampai ia renta. 

Salah satunya juga karna tuntutan keadaan yang mengharuskan menjadi "perempuan mandiri", keadaan yang tak boleh menjadi manja atau lemah. Sedikit saja lemah berantakan dunianya, anaknya dan keadaanya.

Ibu baja tak kenal siang atau malam, tak kenal panas atau hujan, tak kenal lelah atau sakit.

Semua yang sudah menjadi ibu akan seperti itu.

Lihat saja ibumu, bangun lebih awal, tidur lebih akhir. Memasak sambil menggendong, makan sambil berlari mengejar anaknya, mengerjakan banyak kerjaan dalam satu waktu dan banyak hal lainnya yang bisa kita bayangkan betapa menakjubkannya seorang ibu.

*Bagian 2

-anakmu bukan dirimu, beri kebebasan, beri arahan, beri pengertian-

Anak perempuanmu bukan asisten rumah tanggamu bu, di usianya dia harusnya sedang bermain dengan temannya, sedang mengeksplore dirinya, sedang tertawa tanpa beban diusianya.

Jangan jadikan anak perempuan pertamamu seperti pengasuh.

Salah satu presepsi ibu adalah anak perempuan pertama bisa membantu dirinya.

Anak perempuan perempuan pertama jangan kau manjakan jangan pula kau jajah kemandiriannya atau jangan kau beri kebebasan berlebihan kepadanya. Begitu pula dengan anak yang lainnya.

Kenapa tak kau berhentikan saja sekolahnya ibu jika kau tak beri dia perhatian, tak memerhatikan pendidikannya. Lihat perempuan kecil itu baru kelas 6 SD sudah mengasuh 3 anakmu, membersihkan rumahmu dan terkadang memasak untuk keluargamu atau menyuci baju keluargamu. Bahkan anakmu yang masih bayi & balita pun ia yang mengasuh.

Dia lelah ibu, PR nya terbengkalai, belajarnya terlupakan, kesempatan bermainnya hilang. Kau bekerja siang malam tak kenal waktu, padahal dirimu mempunyai seoramg suami dan itu tanggung jawabnya. Jika kau ingin membantu jangan sampai anakmu terlantar wahai ibu.

Lihat ia berangkat sekolah dengan hati gelisah karna tugas sekolahnya tak selesai. Jangan bebankan ia dengan menjadikannya penggantimu sebagai ibu rumah tangga. Berangkat sekolah terlambat dan pulang tergesa gesa mengingat adiknya dirumah.

Adiknya jatuh, ia yang engkau salahkan. Pekerjaan rumah tangga yang tak selesai kau teriak memanggilnya.  Lihat anak perempuanmu ibu betapa kuatnya ia, belum sesuai dengan usianya. Jika ingin membuatnya mandiri jangan jadikan ia ibu rumah tangga menggantikanmu. Kamu bukan penjajah ibu, jadi jangan jajah anak mu dengan pekerjaan rumah tangga yang berlebihan, karna ia pun sudah memiliki pekerjaan rumah dari sekolahnya. Kau harusnya bertanggung jawab atas itu.

Dia terlalu dewasa untuk usianya, terlalu pengertian untuk usianya dan harusnya kau bersyukur ibu, jangan kau beri beban padanya. Dia cekatan jika rumahnya kotor, dia cekatan jika adiknya menangis, dia cekatan jika adiknya lapar, dia cekatan jika jemuran pakaiannya banyak. Tapi ia tidak bermain, belajar atau sekedar bersenang senang dengan teman sebayanya. Jangan sampai kau menyesal ibu karna sudah merebut masa nya dengan keegoisanmu dan terlalu mengejar dunia.

*Bagian 3

-adil lah dengan anak anakmu ibu, ia keluar dari tempat yang sama-

Jangan benci anakmu ibu karna ia berubah sikapnya. Jangan salahkan anakmu karna pola asuh yang berbeda antara dirimu dan mertuamu. Seharusnya kau sudah mengantisipasinya. Kau orang tua nya harusnya kau yang bertindak tegas.

Memang sulit jika mertua atau orang sudah ikut campur dalam mengasuh anak dan bertentangan.

Sesulit apapun kita harus memiliki komitmen dengan suami.

Anakmu jangan kau maki jika ia salah. Hasilnya ia akan memaki mu kembali. Jangan kau keluarkan kata kata kasarmu, karna hatinya masih sangat lembut, otaknya masih jernih. Jika stok "maaf" untukmu habis bagaimana kedepannya? Maafkan kenakalannya, beri ia pengertian, jangan tinggalkan ia ketika sudah tak bisa diatur, rangkul ia, karna sebenarnya ia tak membutuhkan teman temannya, neneknya, tante atau om nya. Ia hanya membutuhkanmu ibu yang lembut.

Jangan pula kau luapkan emosimu terhadap suamimu kepadanya, ia belum mengerti jika kau sedang lelah, sakit hati atau sedih.

Jangan pula kau bedakan ia dengan adiknya atau kau banding bandingkan, karna setiap anak istimewa dan berbeda.

Jangan pula kau remehkan dia, karna mungkin ia sudah berusaha keras menyentuhmu dengan yang ia lakukan.

Kau ibu yang baik ibu, kau hanya banyak tekanan. Tekanan dari suamimu, tekanan dari mertuamu dan tekanan dari lingkungan sekitarmu. Lepaskan tekanan itu sadarilah yang salah bukan anakmu. Jangan lagi kau kesal dengannya dan meluapkan emosimu. Akibatnya ia menjadi anak yang tak bisa bertanggung jawab karna seringnya mendengar bentakanmu. Hanya PR menulis saja dia tak dapat menyelesaikannya. Itu pun kau marahi habis-habisan.

Jika stok "maaf" diotak nya kepadamu sudah habis, mungkin ia akan bertingkah yang tidak bisa lagi kau duga.

Karena kata-katamu menentukan masa depan anakmu.

*Bagian 4

-kamu adalah ibu, jadilah yang berharga agar anakmu menghormatimu-

Peranmu adalah menjadi ibu, itu abadi sampai kapanpun. Ada masa dimana kamu harus bertindak tegas ibu. Jika anakmu salah atau berbuat yang kurang pantas kamu bisa menasehatinya. Tunjukkan jika itu salah atau jika itu keliru agar anakmu bisa menghormatimu. Jika kau hanya diam saja atau tidak tegas anakmu seperti majikanmu ibu.

Bukan anakmu yang salah, ayahnya salah ketika ia marah padamu, ia meluapkan emosinya kepadamu di depan anakmu. Akibatnya mereka mengikuti perilaku itu. Kau seolah tak berharga.

Bicara dengan suamimu agar kita saling menghargai jika didepan anak anak. Karena anak adalah peniru ulung dari orang tuanya.

Dia berkata kasar, membentakmu, menyuruhmu itu semua karena ia pernah mendengar atau melihat. Biasakan bicarakan kesalahan kita atau kesalahan suami dengan kata yang baik, agar tak didengar anak. Jangan manja anakmu, jangan kau turuti perintahnya. Beri ia pengertian bagaimana cara meminta tolong. Kau ibu hebat, kau ibu yang paling sabar, tapi ada masa nya kau harus tegas. Jangan terlalu cuek dengan sikap anakmu yang salah.

Kau sebenarnya bisa tegas bu, bisa memperbaiki kesalahan anakmu. Kau hanya tertekan. 

*Bagian 5

-kau baik, kau telaten, kau perhatian tapi caramu berlebihan ibu-

Apa yang kau ributkan ibu? Dia anak laki-laki tak perlu kau berlebihan memberi larangan padanya. Jangan pula kau manjakan dia. Dia akan menjadi kepala keluarga kelak jika kau selalu melayaninya seperti raja apa dia akan mandiri?

Jangan pula banyak kau larang bahkan hanya bermain layangan dengan teman sebayanya. Anak laki-lakimu butuh banyak pengalaman ibu. Jangan kau marahi ia karna pulang sekolah bajunya kotor. Jika kau sudah tidak ada, apa anak laki-lakimu sanggup mandiri?

Beri sedikit kelonggaran kepadanya agar ia bisa memiliki pengalaman dengan temannya, cara bersosialisai diluar.

Jika sedikit-sedikit memanggilnya ketika ia sedang bermain, ia akan malu ibu. Karna jika ia sudah dewasa tak ada lagi waktu bermain. Biarkan ia mengeksplore dirinya tapi tetap kau arahkan.

Kau ibu yang paling perhatian dan yang paling telaten diantara yang lain tapi caranya berlebihan dan terlalu protektif. Apapun yang dipegangnya kau larang, apapun yang ia lakukan kau salahi semua harus sesuai perintahmu, apapun yang ia inginkan kau layani. Kau terlalu otoriter ibu.

Jika kau kesepian lakukan hal yang kau sukai, biarkan anakmu juga melakukan hal yang ia sukai agar ia tak terkekang dirumahmu.

Jika kau emosi terhadap sesuatu jangan kau luapkan semaumu kepada, yang berujung kau terlalu otoriter kepadanya. Sudah kau otoriter kepadanya kau manja pula ia dengan melayaninya seperti raja.

Itu keliru ibu.

Note : kisah pengalaman itu menjadi pelajaran untuk kita terutama ibu baru, jadilah ibu yang seimbang. Ada kala kau seperti ayah yang tegas, ada kala kau menjadi teman berbagi yang asik, ada kala kau menjadi ibu tempat berkeluh kesah dan bermanja, dan ada kala kau seperti guru yang perhatian.

Kita semua punya kelebihan kekurangan maka maksimalkan dengan belajar dari pengalaman orang lain. Semoga kita menjadi ibu yang dikagumi oleh anak-anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun