Mohon tunggu...
Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Mohon Tunggu... Guru - Relawan di Komunitas Literasi Damar26 Cilegon

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjelajahi Kawasan Banten Lama, Siswa MTs Al-Khairiyah Karangtengah Belajar Sejarah Banten

10 Februari 2024   18:19 Diperbarui: 10 Februari 2024   18:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa Kelas IX MTs Al-Khairiyah Karangtengah (sumber gambar: doc. Muthakin al-Maraky) 

Bagaimana Maulana Hasanuddin dan Syaikh Syarif Hidayatullah membangun Banten? Mengapa Banten di masa lalu bisa menjadi salah satu bandar terbesar di Indonesia? Kenapa Kerajaan Islam Banten bisa runtuh? Pertanyaan ini memantik kita untuk berpikir kritis. Dari pertanyaan ini pula kita dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari peristiwa di masa lalu.

Kegiatan belajar sejarah Banten ini kami mulai dari Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Dipandu oleh Ibu Ade dari BPK Wilayah VIII (Balai Pelestarian Kebudayaan), saya dan rombongan mendengarkan materi sejarah bangunan Keraton Kaibon.

Keraton Kaibon dibangun pada tahun 1815 sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah, Ibunda Sultan Syafiudin. Kaibon sendiri memiliki arti Kaibuan atau Keibuan. Sekitar tahun 1832, keraton ini dihancurkan oleh Belanda. Saat ini, yang tersisa dari kemegahan Keraton Kaibon yaitu gerbang Paduraksa, gapura Bentar dan Masjid.

Para peserta nampak antusias. Ini terlihat dari mereka yang mulai bertanya. "Apakah Keraton ini dibangun dari batu karang?" "Apakah zaman dahulu sudah ada semen untuk merekatkan batu bata pada dinding itu?" Pertanyaan-pertanyaan ini muncul dari peserta didik yang diajak berkeliling bangunan Keraton.

Saya melihat pembelajaran di luar kelas ini cukup efektif. Ada dialog antara peserta didik dengan pemateri/narasumber. Berbeda sekali dengan pembelajaran di ruang kelas yang biasa saya dipraktikkan. Terasa kaku. Apa lagi mata pelajaran sejarah dianggap mata pelajaran yang membosankan.

Di Keraton Kaibon para peserta antusias mendengarkan penjelasan Sejarah Banten (sumber gambar: doc Muthakin al-Maraky) 
Di Keraton Kaibon para peserta antusias mendengarkan penjelasan Sejarah Banten (sumber gambar: doc Muthakin al-Maraky) 

Dari Keraton Kaibon, kami berjalan menuju Keraton Surosowan yang letaknya tak jauh dari Masjid Agung Banten. Pemandu mengenalkan satu persatu bangunan-bangunan yang berada di luar dan di dalam sisi Keraton. Seperti watu gilang, ruangan Srimanganti, kolam Roro Denok, bastion dan pancuran mas.


Keraton Surosowan mulai dibangun pada tahun 1552. Keraton Surosowan berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan pusat pemerintahan pada saat itu. Keraton Surosowan sempat mengalami beberapa renovasi. Keraton Surosowan hancur akibat serangan dari pihak kolonial Belanda yang dipimpin oleh Daendels pada tahun 1808. Penghancuran Keraton ini menandakan mulai melemahnya kekuasaan pemerintahan Banten.

Selesai diajak keliling reruntuhan bangunan Keraton Surosowan yang luasnya kurang lebih 4 hektare ini, pemandu mengarahkan para peserta untuk masuk ke dalam museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. "Dilarang membawa makanan dan minuman di dalam museum!" Kata Ibu AdeAde mengarahkan para peserta sebelum masuk ke dalam museum.

Di pelataran Keraton Surosowan (sumber gambar: doc Muthakin al-Maraky) 
Di pelataran Keraton Surosowan (sumber gambar: doc Muthakin al-Maraky) 

Di dalam museum para peserta dapat mempelajari sejarah Banten melalui artefek-artefak atau benda-benda peninggalan masa lalu. Ada satu benda yang menarik perhatian para peserta, yaitu arca Nandi yang diletakkan tepat di dekat pintu masuk museum. Arca Nandi ini merupakan peninggalan Banten  masa Hindu-Budha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun