Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dompet yang Diselipkan di Sela-sela Kutang

25 Februari 2020   19:19 Diperbarui: 25 Februari 2020   19:27 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wujud dompet yang saya temukan dan pakaiDompet yang saya temukan dan pakai. dokpri

Kebiasaan menyelipkan dompet di sela-sela Kutang

Saya berharap, kamu bisa memahami jenis dompet yang saya maksud dengan sekali membaca judul ini.

Kamu pasti pernah, kan, menjumpai seorang ibu-ibu yang hampir renta, melakukan kebiasaan menyelipkan dompet atau uangnya di sela-sela beha.

Kalau belum juga mudeng, bagaimana bentuk dompet ini.

Mari saya ajak kamu untuk membayangkan situasi saat kamu berada di sebuah pasar.

Pada tahun 2003, kamu sedang berbelanja di sebuah pasar tradisional untuk membeli setengah kilo timun dan dua ikat kangkung.

Sampai di kios sayuran yang kamu tuju, terlihat seorang wanita 60 tahunan memakai kebaya sedang menyelesaikan transaksinya membeli terong.

Saat akan membayar, si Wanita 60 tahunan itu terlihat olehmu merogohkan tangannya ke sela-sela kutang lalu keluarlah sebuah dompet yang  berisi uang untuk membayar terong itu.

Sudah ingat?

Saya yakin.

Dulu kamu sering menjumpai kebiasaan Ibu-ibu menyelipkan dompet seperti ilustrasi yang saya gambarkan tadi. Namun, untuk masa-masa sekarang, apakah kamu masih bisa menjumpai kebiasaan itu? Kalau saya sih, hampir tidak pernah melihat lagi kebiasaan itu.

Kebiasaan ini sepertinya sudah mulai berangsur ditinggalkan, sama seperti kebiasaan ibu-ibu yang menyusui anaknya di teras sambil ghibah dan maido dengan tetangganya.

Saya duga, kebiasaan ini mulai punah dikarenakan perubahan paradigma jaman sekarang yang selalu mengkait-kaitkan bahwa dada seorang wanita adalah melulu soal seks.

Ditambah perkembaangan informasi negatif (baca: video saru) yang mudah sekali diakses, sehingga mempengaruhi otak laki-laki untuk melakukan kejahatan seksual. 

Alhasil, wanita jaman sekarang takut untuk melakukan kebiasaan menyelipkan dompet ini, atau kebiasaan menyusui anak di teras rumah.  Padahal, Menurut saya, kebiasaan menyelipkan dompet merupakan kebiasan unik yang menjadi ciri budaya di Indonesia. Jika hilang, ya eman-eman. hehe

Mbak Kasir Minimarket Menertawaiku

Waktu beberes rumah, saya menemukan sebuah dompet kosong di dalam laci. Dompet ini berwarna merah muda dengan motif kembang-kembang.  Sepertinya dompet ini milik kakak perempuanku. Dompet yang didapat saat dia membeli kalung emas.

Ukuran dompet ini pas digenggaman tangan saya, dan tidak ribet karena hanya ada satu resleting, sepertinya bisa menampung banyak duit recehan yang sudah saya kumpulkan. Karena fungsionalitas dompet yang maksimal itu, tanpa pikir panjang, saya isi dompet itu dengan duit recehanku. Saya pakai dan bawa kemana-mana selayaknya dompet pada umumnya.

Pada suatu siang, matahari pantura bersinar terik sekali. Sampai-sampai saya harus menghentikan skuterku di depan sebuah minimarket untuk  membeli minuman dingin.

Kemudian saya masuk, dan langsung menuju deretan kulkas di dalam minimarket itu. Saya ambil mijon, minuman elektrolit yang saya pikir bisa memulihkan cairan tubuhku yang hampir dehidrasi di siang itu.

Ini aja, gak ada tambahan lagi, Mas?

Iya. Ini saja, Mbak.

4500. Mau pakai kantong plastik?

Tidak usah, Mbak

Saat saya keluarkan dompet merah muda yang saya ceritakan tadi dari kantong celanaku, saya heran.

Mbak Kasir tiba-tiba langsung tertawa kecil.

Saya perhatikan, garis bibirnya naik, lesung pipit si Mbak ini semakin terlihat jelas di tengah pipi yang dibalut blush on merah tipis itu.

Kenapa, Mbak?

Mas, itu kan dompet yang biasa dipakai oleh Ibu-ibu kalau ke pasar. Kok malah kamu pakai sih? Hehe

Wah, masa si Mbak dompet ini ada ke khususannya untuk Ibu-ibu.. aku sih gak mikir sampe begitu. Yang penting bisa nampung duit recehku.

Haha, Mas'e Lucu. Dompet kaya gitu kan biasanya diselipin di Beha lho

Tapi  kan aku gak pakai beha, Mbak. Dompet ini aku kantongin di celana

Kamu kok lucu banget, mas. Hehe

Mbak'e juga Lucu.. Imut.... cantik dan manis juga. hehe

Usai percakapan itu, saya bayar itu si Mijon dan berlalu meninggalkan Mbak Kasir yang entah kenapa blush on di pipinya semakin merah dari sebelumnya.

Dari Mbak Kasir itu, saya jadi mengingat bahwa dompet yang saya pakai ini memang sering sekali dulu dipakai oleh ibu-ibu saat belanja di pasar, menaruh dompet ini di kutang.  Saya jadi sadar memang tak layak kalau saya sebagai laki-laki memakainya dompet ini. Hehe.

Dari kejadian itu jugalah yang menjadikan alasan saya untuk tertarik menuliskan tentang kebiasaan yang mulai ditinggalkan ini.

Alasan Wanita Tua Menyelipkan Dompet di Sela Kutang.

Gara-gara ini, Otak saya jadi mikir terus seperti anak SD yang punya PR belum dikerjakan. 

Kenapa wanita (tua) jaman generasi dulu sampai bisa berpikiran dan melakukan kebiasaan unik ini ya? hehe.

Dan karena sampai saat ini saya belum nemu juga orang yang melakukan kebiasaan ini untuk saya tanyai alasan mereka. Jadi terpaksa saya analisis sendiri deh. Ada tiga alasan kenapa Ibu-ibu menyelipkan dompet di Sela Kutang.

Pertama, demi Keamanan.

Dengan menaruh dompet di dada, bagi copet maupun jambret yang akan mengambil duit dari Ibu-ibu ini akan semakin sulit. Pencopet yang hendak mengambil dompet ini saya rasa akan melakukan sebuah mission imposible, tindakan yang sudah pasti akan ketahuan oleh si pemilik dompet. 

Bahkan pencopet terbaik di dunia pun saya kira tidak akan bisa mencopet dompet yang diselipkan di kutang. Belum apa-apa pasti sudah ketahuan dan langsung bakal digetok kepalanya oleh si Ibu-ibu. 

Ini seperti fitur khusus ibu-ibu untuk menjaga keamanan dompetnya dari para pencuri. Mungkin ini sebabnya kalau wanita dikenal sebagai manusia yang lebih bisa menjaga keuangannya dibanding laki-laki.

Kedua, demi Kepraktisan

Kalau diperhatikan,

emak-emak yang memiliki kebiasaan menyelipkan dompet ini di dada, itu kebanyakan memakai pakaian kebaya dengan bawahan kain batik Jarik/tapih. Ada juga yang memakai daster panjang. Nah, kedua pakaian itu tidak memiliki saku untuk meletakkan dompet.

Jadi daripada repot-repot bawa dompet yang dijining, atau tangan mereka repot memegang dompet, ya mereka mungkin merasa lebih praktis jika dompetnya diselipkan saja di Kutang. Hehe

Ketiga, tren Fashion Jaman dulu memang begitu.

Saya berhipotesis bahwa kenapa emak-emak jaman dahulu melakukan kebiasaan menyelipkan dompetnya di kutang, karena mungkin itulah tren fesyen mereka pada saat itu. Bahwa menaruh dompet di dada itu bukan hanya dilihat dari sisi fungsinya, tetapi memang dari keindahan yang tercipta jika seorang emak-emak melakukan itu.

Perbandingannya, saya lihat fesyen sekarang juga aneh-aneh, seperti ada desainer yang membuat dompet yang diletakkan di kaki, atau kantong saku yang dibuat, tetapi tidak dipakai untuk menaruh barang/uang. Dan hal itu, beranjak menjadi lumrah.

hehe.

Kamu bisa nambahin apa lagi kira-kira alasan emak-emak menyelipkan dmpet di dada?

Penutup

Aduh, sebenarnya masih banyak yang ingin saya bahas dan tulis tentang kebiasaan unik ini,

seperti kenapa sekarang mulai hilang? Apa filosofinya? Apa pro kontranya? bagaimana bisa kebiasaan ini berpengaruh sebagai budaya?

Tapi karena saya melihat bahwa saya sudah mengetikkan lebih dari seribu kata di postingan ini, jadi saya sudahi saja.

Saya harap setidaknya ini akan menghibur. Syukur-syukur dapat diambil sisi edukasinya. haha.

Terima kasih.

Salam

Abdul - Kompasianer Brebes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun