Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menempuh 5 Jam ke Papua dengan Tidak Menyenangkan

21 Juni 2019   10:39 Diperbarui: 21 Juni 2019   21:32 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah prosesi injak tanah selesai kami dibawa bertemu sekda yang memaparkan bagaimana kondisi daerahnya. sulit akses, itu yang terangkum dari segala paparannya. Ada satu lagi, kerawanan, jadi semua harus serba koordinasi sama bapak-bapak TNI. 

dokpri
dokpri

Saya pikir setelah ini saya bisa tidur nyenyak di hotel tapi nyatanya kami harus briefing dulu di sana sembari pembagian lokasi liputan. Diketahui kita para jurnalis disebar di 3 titik Paniai, Siriwo, dan Kaimana.  

Kaimana itu daerah pesisir yang saya ketahui punya sunset mewah sementara Paniai daerah daratan tinggi yang sering banget saya tulis karena penah penuh dengan konflik. 

Saya dibujuk untuk mengambil Paniai karena mereka bilang tidak ada media mainstream yang pernah ke sana. Ini merupakan pancingan ampuh karena saya ini orangnya super penasaran jadilah saya terima tawaran itu. 

Meski sebenarnya daerah ini adalah zona merah dibanding yang lain dan saya perempuan. Soal pergi ke Paniai juga, bapak-bapak TNI geleng-geleng kepala dan bilang "Orang tua kamu kok ngizinin ya kamu ke sini, apa gak sayang anak ya," Hmmm langsung speechless. 

Briefing masih berlanjut hingga lewat siang hari, moodnya makin super buruk. Gegara gerombolan lelaki yang super berisik dan kelihatan pgn bgt on point, ternyata saya gak akan lepas dari gerombolan ini sampai pulang ke Jakarta (takdir itu aneh) wkwkw 

Setelah sampai hotel, saya akhirnya bisa tidur nyaman. Tapi sungguh ini adalah awal kebosanan dan kekhawatiran. Kenapa? dalam 2 hari ke depan kami cuma dengar briefing-briefing lagi. Ini parah bagi jurnalis, karena waktu terus berjalan sementara berita inti belum didapatkan. Saya stress! Mungkin PIC perusahaan tersebut sudah bosan saya tanyai terus kapan bisa berangkat ke Paniai. Alasannya sebenarnya soal keamanan karena dengar-dengar saat itu ada mobil brimob yang dibakar. Makin was-was tapi saya harus segera dapat berita bagaimana pun juga. 

Oia saya lupa cerita, di liputan kali ini saya juga diserahi tanggung jawab untuk jadi videografer untuk pertama kali. Saya pun jadi kameramen dadakan hanya lewat kamera mirorless. 

Ini pengalaman pertama yang super seru dan ternyata saya menyukainya meski hasilnya masih ala kadarnya tapi saya puas! Nah, saya pun mulai mikir untuk cari stok video dan juga itvw dengan para mahasiswa maka dengan implusifnya saya minta ke atasan kantor itu untuk mengantar saya ke pantai Nabire dengan naik mobil sejenis pikup. 

Sampai di pantai, hati saya miris karena botol minuman keras terhampar dimana-mana berikut sampah. Mungkin malam tadi banyak orang mabuk di sini. Berlatar laut Papua saya merekam para mahasiswa ini satu demi satu meski walanya mereka sungkan dan malu tapi quote yang bagus berhasil saya dapatkan dan lumayan kan buat stok berita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun