Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lewat iPhone, Bukalapak Dihajar Tanpa Ampun!

16 Februari 2019   19:30 Diperbarui: 16 Februari 2019   20:04 1940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rating Bukalapak benar-benar terjun bebas. Sekarang sudah berada di 3.1 untuk pengguna iPhone (padahal, ketika tulisan ini masih berbentuk status di Facebook, ratingnya masih 3.2). Sementara untuk Android, sepertinya masih anteng saja, di titik 4.5 dan 4.3, adapula yang 4.2.

Boleh dibilang, banyak pengguna iPhone yang telah menghajar Bukalapak tanpa ampun. Dahsyat sekali, jika dibandingkan dengan sistem operasi yang lain.

Tapi sejatinya, (sekali) lagi ini mengindikasikan tentang semakin susahnya hidup di jaman yang serba kagetan ini. Dikit-dikit boikot, dikit-dikit Uninstall, dikit-dikit delete. Ngenes. Masih ingatkah tentang #UninstallTraveloka dan #BoikotSariRoti?


Padahal, Bukalapak itu jasanya luar biasa. Ranking satu di negara kita. Geliat ekonomi terasa, mengangkat pengangguran-pengangguran yang tersisa. Berperan dalam geliat "jasa antar barang" dan perkuriran. Presiden bahkan mengakuinya. Hadir juga di ulang tahunnya.

Lalu, hanya karena cuitan di twitter, semuanya berubah. Bukalapak dianggap Lupabapak! Nyeseknya, itu hanya karena "Presiden Baru" di kalimat pendiri sekaligus CEO-nya. Dianggap memihak sekaligus tak memihak salah satu paslon.

Padahal, kalau santai sedikit. Sedot rokok dan seruput kopi yang agak pahit, ada apa dengan "Presiden Baru"?. Siapa pun yang terpilih, kan, pasti baru. Baru sosoknya, atau mungkin baru periodenya; periode 2019-2024.

Anehnya, perilaku demikian didominasi oleh pihak yang kerap mengatakan orang lain "kebanyakan makan micin" dan sering "membumi-datarkan" orang lain dengan klaim pancasilais-nya. Tentu saja, juga peran robot-robot yang bekerja di dunia maya.

Bukalapak seperti kelimpungan. Hastag #UninstallBukalapak berhasil memukul telak. Ada hastag tandingan, tapi sepertinya, aplikasi sudah kadung dibuang. Rating menjadi taruhan.

Klarifikasi dilakukan, bahkan menemui Presiden untuk menjelaskan. Bukalapak ngos-ngosan. Medsos memang menjadi andalan, semacam kekuatan yang dengan mudah bisa dimainkan, dikendalikan. Untuk memukul mundur siapapun (yang dianggap dan dicurigai) berseberangan. Beda pilihan.

Yang berprestasi, tak dihargai. Yang sukanya ngapusi, nge-hoax dan bikin gaduh, malah diberikan panggung untuk berdiskusi.

Jadi, harus sampai kapan? Apalagi yang akan "dimainkan" hanya karena perbedaan? Sudahilah membuat kondisi ini semakin sialan. Mari, masing-masing mengambil peran. Apalagi banyak yang dirugikan. Yang (mungkin) merasa paling diuntungkan adalah aplikasi lain saingan Bukalapak. Itu pun mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun