Mohon tunggu...
Kimmy ahmad
Kimmy ahmad Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis jalanan, hanya ingin berbagi tulisan yang disenangi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secangkir Kopi Pahit

7 Maret 2022   20:06 Diperbarui: 7 Maret 2022   20:10 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secangkir Kopi Pahit

SESEKALI kopi itu terserap dari mulutku. melewati tenggorokan di setiap kepahitan hidup masuk ke dalam lambung pencernaan. Dalam benak ada beberapa hal yang membuat pagi ini terasa nikmat. Bukan karena mendung yang datang melainkan dirimu yang hadir dalam segelas kopi saat kau hadir membawa terang.

Aku hirup lagi kopi tersebut yang masih keluar asap. Rasanya yang kedua kok agak manis mungkin setelah ku aduk jadi gulanya mencampur. Memoriku mengenang pada 3 tahun yang lalu pada Laila, gadis yang mengisi kosongnya hatiku. 

Saat itu kami berpegangan erat mengucapkan janji dikedai kopi. Tangan kami tak mau dipisahkan, tatapan penuh cinta beradu pandang. Laila mengucapkan cinta yang luar biasa, dia tidak bisa hidup tanpaku. Akupun sama tidak mampu hati ini lepas darinya. 

Setelah disaksikan kopi kamipun pulang. Namun 3 bulan berikutnya ketika kembali ke kedai kopi Laila terlihat sedih, dia mengungkapkan kalau orang tuanya mau menjodohkan dengan anak rekan bisnis. Laila tidak bisa menolak karena bapak laila hutang yang banyak pada orang tersebut. 

Ini sama dengan kisah Siti Nurbaya modern, aku bingung dan kecewa, bagaumanapun aku tidak ikhlas melepas dia. Tapi aku masih peduli dengan Laila, ketika dia mengajak nekad aku tolak mentah - mentah karena itu bukan solusi.

Aku masih punya iman dan budaya timur. Karena tidak ada jalan keluar akhirnya kami berpisah, Laila dengan berat hati dan kecewa padaku memilih pilihan orang tuanya. Sedang aku berlarut dalam kesedihan.

Satu tahun setelah perpisahan tiba - tiba di depan rumah ada pak.Pos mengirim kartu undangan, setelah kubuka ternyata undangan pernikahan Laila, dia memberitahu dan sekaligus mengundangku. 

Aku sedih melihat undangan tersebut tapi setelah kubolak - balik hatiku.hasilnya aku akan datang untuk yang terakhir kali melihat kau bahagia walau dengan orang lain.

Malam resepsi telah tiba, aku datang pada acara perkawinan itu. Dari jauh kau terlihat cantik seperti ratu malam. Di sebelah suamimu dengan gembira menyalami tamu undangan yang datang. Tapi Laila terlihat sedih, itu kelihatan dari raut mukanya. Aku bisa merasakannya. 

Tiba saatnya aku maju kedepan untuk memberi ucapan selamat, Laila kelihatan mencari - cari seseorang apakah itu aku. Ketika aku maju mengantri, tidak sengaja orang tua didepanku jatuh sakit kayaknya sudah tua. Aku tolong ibu tersebut dimana dia membawa mobilnya. Setelah aku taruh didalan mobil, aku membatalkan diri untuk mengucapkan selamat pada Laila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun