Mohon tunggu...
Mustaghfiri
Mustaghfiri Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Setiap kesulitan pasti ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Petani Singkong di Kabupaten Pati Menjerit di Tengah Pandemi Covid-19

22 Januari 2021   15:01 Diperbarui: 22 Januari 2021   15:06 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia telah membuat sektor kehidupan lumpuh. Berbagai sektor kena imbasnya terutama dalam bidang kesehatan dan ekonomi. Ekonomi Indonesia saat ini berada di kuartal III memasuki jurang resesi. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto  (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen (year on year/yoy). 

Realitas buruknya ekonomi yang terjadi saat ini tidak dialami oleh Indonesia saja, tetapi hampir seluruh negara di dunia merasakannya. Pasalnya, semua aktifitas ekonomi masyarakat terhenti karena adanya pembatasan sosial atau lockdown.

Ekonomi yang tidak stabil akibat pandami covid-19 berdampak pada kehidupan manusia. Banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan dan menimbulkan kerasahan.

Seperti yang dialami oleh  para petani di wilayah Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Petani menjerit mengeluhkan harga jual komoditas singkong yang turun drastis. 

Harga jual singkong pada situasi normal sebelum pandemi sekitar Rp 2.000,00 per kg. Sedangkan pada sekarang ini sekitar Rp 1.000,00 per kg. Kondisi yang terjadi saat ini membuat petani singkong mengalami kerugian besar.

Menurut salah satu petani singkong yaitu Bapak Nardi asal Desa Sumur Kecamatan Cluwak, Rabu 20 Januari 2021. Nardi mengungkapkan, "pandemi covid-19 saat ini membawa dampak pada menurunnya harga jual singkong. Tahun lalu harga jualnya bagus, tapi sekarang ini anjlok banget".

Memang saat sekarang ini petani singkong di Desa Sumur Kecamatan Cluwak sudah waktunya untuk panen. Harga jual singkong yang turun, membuat para petani tidak bisa berbuat apapun cukup hanya pasrah sama keadaan. Mau tidak mau mereka harus memanen tanamannya biar tidak membusuk meskipun hasilnya cuma sedikit hanya bisa mengembalikan modal.

Nardi juga menjelaskan tahun sebelumnya dia bisa memperoleh pendapatan 20 juta lebih per tahun dengan luas lahan sekitar satu hektar, itu pun tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-harinya. Sedangkan setelah adanya covid-19, pendapatan turun drastis sekitar 9 juta.

Ungkapan Bapak Nardi senada dengan Bapak Jasuwi, petani asal Desa Sumur Kecamatan Cluwak, Kamis 21 Januari 2021.

"Dalam kondisi serba sulit saat ini, saya sebagai petani singkong sangat berharap dengan hasil pertanian. Namun kenyataannya harga jual singkong yang semakin turun, membuat saya pribadi berpikir ulang untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pendapatan yang saya terima dari hasil panen singkong tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pertahunnya. Saya hanya menerima uang sekitar 10 juta dengan luas lahan satu hektar, berbeda dari tahun sebelumnya bisa mencapai 25 juta"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun