Mohon tunggu...
Mustaghfir Musa
Mustaghfir Musa Mohon Tunggu... -

being a better man

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soekarno Sang Guru Fidel Castro

1 September 2012   14:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 3136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14240553631640110083

[caption id="attachment_397247" align="aligncenter" width="500" caption="Soekarno dan Fidel Castro (wikimedia)"][/caption]

Pada tahun 1960, Soekarno berkunjung ke Kuba. Pada suatu kesempatan, di sebuah ruangan khusus di istana Fidel Castro, Soekarno diminta memberi beberapa nasihat oleh Castro,

“Tuan Sukarno, negara ini memiliki semangat tersendiri dalam mewujudkan perubahan. Kami berdiri di sini sendirian dikelilingi negara-negara perkebunan peninggalan Spanyol dan Portugal. Kami juga berdekatan dengan rajanya kapitalis dunia, yaitu Amerika Serikat. Tiap waktu kami berjaga agar jangan sampai rudal Amerika menimpa kota kami dan kami terpaksa bersekutu dengan Uni Soviet agar kami aman. Memang Mao (Mao Zedong, red.) meminta kami agar bersama-sama membangun persekutuan politik. Tapi karena Uni Soviet menolak bila Mao ikut campur, maka kami terpaksa melepaskan Mao walaupun itu menyakitinya. Padahal kami merasa kami harus mandiri, tidak bergantung kepada negara lain seperti negara Tuan, Indonesia.”

Menanggapi pertanyaan 'super' tersebut, Soekarno menjelaskan, “Begini, Yang Mulia Castro. Sebuah negara pertama-tama harus mandiri. Itu persyaratan terbesar sebuah revolusi. Ia tidak boleh bergantung kepada siapa-siapa. Kekuatan dirinya sendiri yang menjadi ukuran. Sebuah negara harus memiliki kemandiriannya. Karena kemandirian, ia akan mendapatkan tiga hal : Kehormatannya, Kemanusiaannya, dan Kepandaiannya. Nah, untuk mencapai ini, kita harus tegar menghadapi badai godaan. Saya sendiri akan melawan bila negara saya dikelilingi koloni-koloni yang kemudian akan berkembang sebagai sebuah ancaman”

“Jadi apa yang harus dilakukan Kuba?”

“Yang harus dilakukan adalah, pertama-tama, Tuan harus menganalisa kekuatan modal Tuan. Apa yang bisa dijadikan alat untuk mandiri? Lalu gunakan modal itu 100% untuk kesejahteraan umum. Bagi saya, kesejahteraan umum itu sumber kebahagiaan rakyat. Negara tidak boleh menjadi tempat bagi penggarong atas nama kapital, atas nama komoditi”

Ajaran Soekarno ini kemudian benar-benar dipegang Kuba. Setelah kunjungan Soekarno, Castro membuat dan melaksanakan UU Kesejahteraan Umum. Rumah Sakit, Sekolah, dan Sarana Publik dibuat sebaik mungkin demi kesejahteraan rakyat banyak. Sampai saat ini, fasilitas kesehatan publik Kuba merupakan yang terbaik sedunia. Rakyat mendapatkan hak-hak kesehatannya. Sekolah didirikan dengan gratis dan dibiayai negara. Sarana Publik amatlah rapi.

Bagaimana dengan Soekarno sendiri? Ironisnya, Sang Pemimpin Besar Revolusi ini harus mati dalam kandang sempit yang tak layak bagi tokoh sekaliber dia. Ketika Si Singa Podium ini mati, semua idenya turut serta 'dikubur' oleh sebuah rezim yang 'menggulingkannya' tanpa ampun. Lalu apa yang terjadi di Indonesia? Penggarongan luar biasa (bahkan dilindungi secara resmi), Freeport dirampok, Newmont dirampok, ladang-ladang gas bukan lagi untuk kesejahteraan umum, ladang-ladang minyak, lahan kelapa sawit, semuanya digarong dengan menyisakan 'secuil' untuk 'keropak' berlabel Kesejahteraan Umum.

Rakyat dibiarkan hidup menjadi 'orang lain' di tanahnya sendiri. Negara kaya, namun penghuninya hidup 'sederhana'. Begitu 'sederhana'-nya hingga seorang ayah harus membawa mayat bayinya karena tak mampu membayar ongkos ambulance, jutaan rakyat bertaruh nyawa berebut zakat, ratusan ribu wanita kita beralih profesi menjadi 'Pahlawan Devisa' ke negeri-negeri orang lain, berangkat tanpa kehormatan dan tanpa martabat sebagai manusia Indonesia yang cerdas dan terdidik, berangkat sebagai manusia yang pasrah, lalu sebagian dari mereka kembali tanpa nyawa, sebagian lagi kembali membawa janin tanpa seorang ayah, dan sebagian beruntung masih selamat.

SEJARAH HARI INI: 16 FEBRUARI 1959
FIDEL CASTRO MENJADI PERDANA MENTERI KUBA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun