Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pensiun Jadi Tukang Cukur Keluarga

1 Juli 2021   10:30 Diperbarui: 3 Juli 2021   08:51 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memotong rambut. (sumber: Alter_photo via kompas.com)

Resmi pensiun, tepatnya di tahun lalu. Iya, benar. Jadi mencukur sendiri di rumah, karena pandemi. Terutama ketika sekeluarga bersepakat untuk lebih sering di rumah dulu saja, dan hanya keluar di saat darurat. 

Nyatanya, hasil cukur saya kacau balau. Kepala suami saya berubah bak sawah terasering di Bali. Versi yang tak indah pasti. Usai menahan malu jadi bahan tertawaan, rambutnya kembali rapi berkat pisau cukur barber langganan.

Di Lombok, di kota kelahiran saya yang bernama Selong, barber langganan cukup dibayar 10K idr. Spot cukur lain, juga masih di kisaran belasan ribu. Yang spesial, 20K idr lebih. 

Mahal karena memang tempatnya nyaman, branded dan menyasar keluarga menengah ke atas. Untuk suami dan anak lelaki saya, yang 10K idr sudah spesial. Yang penting tidak gerah, tidak lagi bak terasering sawah, serta sedikit jambul buat personal brand putra bungsu saya.

Ah ia, hampir terlewat. Saya memang sempat jadi tukang cukur keluarga. Dulu, jaman saya yang enam bersaudara masih sekolah semua. Saya membantu mencukur mulai dari almarhum bapak, kakak, dan tiga orang adik cowok. 

Zaman itu, gunting cukur masih dari besi. Tajam, berat dan kalau kelamaan dipakai, suka bikin lecet dua jejari tangan kanan saya. Saking tajamnya, resiko hasil cukur sepeti sawah terasering jadi minim.

Apalagi kalau partner menggunting, adalah sisir plastik kecil yang rapat. Waktu itu, cukup enghabiskan waktu maksimal 4 jam, saya bisa selesaikan satu kepala.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Jaman sekarang, bisa jadi skill mencukur saya terpengaruh kualitas gunting. Tapi, rasa-rasanya ya terpengaruh juga oleh kelincahan tangan dan 'kualitas' penglihatan saya. Jaman masih muda, pandangan mata masih boleh diaku-aku setajam mata elang. Sekarang? 

Baiklah, agar masa pensiun saya sebagai tukang cukur keluarga tetap ada hal bermanfaat yang bisa ditinggalkan, berikut sedikit tips agar bisa PD (Percaya Diri) menjadi tukang cukur.

Pertama, pastikan Anda nyaman menggunakan paket alat cukur gunting, silet pembersih bulu halus, busa cukur favorit keluarga dan sisir rapat yang nyaman di kulit kepala. 

Tentu juga handuk atau kain pembungkus khusus saat  bercukur. Manalagi proses membersihkan rambut yang dicukur agak merepotkan. Jadi sebaiknya selalu gunakan handuk atau kain yang sama dan simpan dengan baik, untuk pemakaian ulang berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun