Mohon tunggu...
Ummu Salamah
Ummu Salamah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca tapi jarang menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sia-Sia Setia

16 Februari 2024   09:58 Diperbarui: 16 Februari 2024   10:27 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Om, kalo gede nanti aku pengen deh punya suami kayak Om Abi," ucap bocah manis berkepang dua, tiba-tiba.

"Haha.. kenapa gitu Bella?" Aku tertawa. Jelas saja bocah itu sedang nglantur.

"Soalnya Om Abi baik, ganteng pula! Kalo Om nikah sama aku mau ngga?"

Hahaha. Tawaku makin keras. Bocah zaman sekarang emang beda. Dulu surat kaleng banyak dipakai anak muda karena malu-malu ketahuan mengungkapkan. Sedangkan sekarang, seorang bocah 12 tahun dengan polosnya 'melamar' bujangan lapuk sepertiku. Memang dunia sudah berputar terlalu lama..

"Bella, anak rajin anak pinter anak cantik, kamu belajar yang bener ya, bermimpi yang tinggi, nanti bakal banyak bertemu laki-laki yang baik hati dan gantengnya melebihi Om," matanya menyiratkan kecewa, ucapanku seperti pumutus rantai harapannya.

Huh. Yang benar saja! Kenapa aku jadi terlalu serius menanggapi kehaluan seorang anak kecil di siang bolong!

Bella mengangguk pelan, lalu masuk ke dalam rumahnya. Yaa.. sebenarnya saat ini aku sedang berkunjung ke rumah ketua jurusan. Profesi sebagai dosen muda mengajakku untuk sering bertemu dengan ibunya Bella. Sejak kunjungan pertama ke rumah ini, aku tahu bahwa beliau seorang single parent yang ditinggal mati suami saat anaknya, Arabella, masih dalam kandungan. Jujur saja, sebagai lelaki aku kagum dengan Bu Kajur. Kondisi tersebut tak menghalangi dirinya untuk tetap menggapai karier, padahal juga harus menjalankan peran ganda sekaligus.

Dan sepertinya, kesetiaan pada mendiang ayah Bella terlampau tinggi. Betapa bersyukur lelaki itu, tak ada yang mampu menggeser posisinya meski telah beda dunia sekian lama.

"Abimanyu, maaf ya nunggu lama. Saya tadi harus rapat online dulu dengan ketua jurusan Statistika se-Jogja," seperti biasa, Bu Rengganis selalu ramah dan tampil cantik walau sudah kepala empat. Barangkali bukan aku saja yang senang berlama-lama menatap wajah manis beliau.

***

Deru motor terdengar di halaman rumah Bu Rengganis. Tak lama kemudian seorang gadis remaja lewat. Ia melihatku sekilas, lalu salim ke mamanya. Wajahnya tertekuk seperti menahan gejolak emosi. Kemudian ia masuk begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun