Saya menemukan arti minimalisme tersebut ketika membaca buku fenomenal karya Marie Kondo yang berjudul the life-changing magic of tidying up dan buku berjudul Hidup Minimalis Ala Orang Jepang dari Fumio Sasaki seorang penulis yang juga terinspirasi Marie Kondo.
Masyarakat Jepang memang identik dengan gaya hidup minimalisme, dimana masyarakat Jepang diajarkan untuk hidup sederhana sejak kecil. Sejak zaman dulu, masyarakat Jepang sudah mengenal istilah danshari atau seni membereskan, membuang, dan berpisah dari barang-barang yang kita miliki.
Kaitannya minimalisme dengan bijak berenergi adalah minimalisme ini menjauhkan kita dari budaya konsumerisme dan hedonisme. Orang dengan gaya hidup konsumerisme dan hedonisme tidak akan berpikir panjang sebelum membeli barang atau benda sedangkan gaya hidup minimalisme justru sebaliknya.
Orang-orang dengan gaya hidup konsumerisme dan hedonisme cenderung menghambur-hamburkan uang untuk memaksimalkan keinginan mereka meski kebutuhan mereka sudah sangat terpenuhi, bahkan mirisnya ada pula orang dengan gaya hidup konsumerisme dan hedonimse meski harus terlilit utang demi penuhi gengsi dan kepuasan sesaat.
Saya optimis, ada banyak masyarakat di Indonesia yang semakin sadar dan perlahan-lahan menerapkan prinsip ekonomi sirkular dan gaya hidup minimalisme.
Saya menemukan komunitas yang memang fokus di kedua topik besar tersebut seperti Lyfe with Less, Tukar Baju, Saya Pilih Bumi, dan komunitas serupa lainnya dengan jumlah pengikut yang semakin banyak dari waktu ke waktu.
Saya sendiri mengikuti komunitas Lyfe with Less di mana di komunitas tersebut ada agenda rutinan jual beli barang bekas layak pakai setiap harinya dan agenda donasi barang atau benda yang tidak kita butuhkan lagi namun masih memiliki fungsi.
Tak hanya komunitas, saya juga melihat peran beberapa perusahaan dan anak perusahaan di Indonesia yang terus menjaga pasokan energi supaya tetap menyala, Elnusa Petrofin salah satunya.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa logistik dan distribusi BBM ini sering mengadakan program dengan menggandeng beberapa pihak, seperti program penanaman seribu bibit pohon trembesi di Aceh, datang ke sekolah-sekolah untuk memberikan layanan edukasi, mengantarkan energi sampai ke pelosok negeri, dan program-program bermanfaat lainnya.