Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Wudu Membunuh Corona?

10 Mei 2021   20:45 Diperbarui: 10 Mei 2021   20:56 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wudu, bersuci membersihkan hadas kecil. Sumber: Pixabay.com/mucahityildiz

Santo memilih mengambil earphone, mendengarkan musik-musik Islami ketimbang mendengar celotehan penuh hoaks dari emak-emak pengagum teori konspirasi. Sekonyong-konyong, dia ingat teman sekampusnya yang meninggal dunia karena Covid-19. Temannya itu merupakan dokter koas yang rentan tertular virus. Berbeda dengan emaknya, Santo sangat percaya bahwa Covid-19 nyata adanya. Sementara emaknya, kadang masih memegang teguh pendirian lamanya bahwa Covid-19 merupakan bentuk konspirasi dan tentara Allah. Tak heran, emaknya akan mencocokologi virus dengan agama. Katanya agamalah yang bisa menyelamatkan Covid-19 sehingga emaknya sering ke masjid tanpa masker, membasuh muka atau berwudu.

Sebenarnya bukan hanya emaknya saja, tetangga-tetangga di sekitar masjid juga berpendirian demikian. Mungkin emaknya tertular virus cocokologi dari lingkaran pertemanannya. Sudah begitu, Santo sedikit maklum lantaran emaknya hanya menempuh pendidikan sampai SD saja.

Dua jam berlalu sangat singkat. Emaknya entah pergi ke mana, dia pergi meninggalkan Santo sendirian di rumah ketika dia lagi asyik mendengarkan musik. Di kulkas, ada catatan dari emaknya.

"Nak Santo, Emak jadinya pindah tempat ke rumah teman emak. Lagi pula, kita juga berencana salat berjemaah di masjid agung. Biar sekali-kali emak jalan-jalan sore, ngabuburit gitu."

Santo kembali geleng-geleng padahal tadi emaknya sudah menyiapkan takjil, lantas buat apa takjil itu?

"Emak memang orang paling kebal sama virus. Berani sekali emak pergi ke masjid agung tanpa masker," ucap Santo begitu melihat masker kain milik emaknya diletakkan begitu saja di atas kulkas.


"Emak meninggalkan takjil buat Nak Santo, sekalian bagi-bagi buat tetangga yah. Kalau takut takjil ini mengandung virus, buat takjil sendiri saja," begitu pesan terakhir dari emaknya.

Apa mau dikata. Santo memilih menyantap takjil dari ibunya. Dia yakin akan baik-baik saja namun dia masih mencemaskan keadaan ibunya.

***

Keesokan harinya, ketika waktu sahur tiba. Suhu tubuh emak Santo sangat tinggi. Santo ketar-ketir. 

Jangan-jangan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun