Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Jokowi Mendahulukan Mal ketimbang Pasar atau Tempat Ibadah?

27 Mei 2020   16:22 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:18 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi saat meninjau Mall Summarecon Bekasi, sumber: tribunnews.com

Rencana menerapkan kebijakan The New Normal ini disuarakan oleh Jokowi sewaktu dirinya menggelar konferensi pers di sebuah mall di Bekasi (26/5). Tak hanya mall, Jokowi juga menyambangi stasiun MRT Bundaran HI.

Kunjungan Jokowi yang didampingi pejabat setingkat Kapolri, kepala TNI, Gubernur Jabar itu disinyalir sebagai tanda akan adanya The New Normal. Dan memang Jokowi pun menyampaikannya demikian di hadapan para wartawan.

Kedatangan Jokowi di Mall Summarecon Bekasi dianggap sebagai acara seremonial pembukaan beberapa mall di Bekasi dan sekitarnya. Meski anggapan tersebut ditampik oleh Ridwan Kamil. Kalau bukan pembukaan lantas apa?

Menurut orang nomor satu di Jawa Barat itu, Jokowi hanya memantau atau melakukan simulasi ketika nantinya mall akan dibuka. Jadi bukan meresmikan secara simbolis membuka mall seperti yang sudah diberitakan oleh beberapa media.

Tapi bukan itu justru pertanyaan besarnya, melainkan adalah kenapa harus mall yang didatangi oleh Jokowi? Apakah karena mall adalah pusat perniagaan yang paling menguntungkan bagi pendapatan negara ataukah ada alasan lainnya?

Kenapa Jokowi tidak mendahulukan pasar atau lebih-lebih tempat ibadah yang sudah lama belum dibuka-buka?

Kita bisa menjawabnya dengan dua sudut pandang yang berbeda.

Pertama, memang benar mall didahulukan dan didatangi Jokowi karena tempatnya bersih dan aturan yang ada di dalamnya lebih terstruktur ketimbang pasar. Pun ada satpam dan petugas mall yang terlatih sehingga masyarakat tidak perlu cemas soal protokol kesehatan.

Kalau alasannya demikian, apa Jokowi lupa terhadap pasar di Salatiga Jawa Tengah yang dianggap masyarakat sebagai percontohan pasar di Indonesia.

Bagaimana tidak, pasar yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman ini dianggap telah mematuhi protokol kesehatan karena jarak dari satu pedagang satu dengan pedagang lainnya dipisahkan sepanjang 1,5 meter sebagaimana anjuran dari WHO.

Pun banyak pedagang dan pembeli yang memakai masker sebagai upaya preventif untuk menghindari penyebaran virus Covid-19.

Nah kalau tempat ibadah? Apakah karena masih banyaknya tempat ibadah yang masih bandel dan tidak mengindahkan peraturan jaga jarak? Saya rasa tidak, karena masih banyak pula tempat ibadah yang mematuhi aturan protokol kesehatan.

Kalau soal kebersihan dan manajemen, saya kira banyak tempat ibadah yang mendapat nilai sempurna. Apalagi niat mereka bekerja adalah semata-mata karena panggilan Tuhan sehingga prinsip saling bahu-membahu sudah lumrah di beberapa tempat ibadah kita.

Kedua, alasan mall yang dianggap lebih menguntungkan dari pasar. Seperti kita ketahui bersama, harga barang di mall tentu lebih mahal ketimbang di pasar karena selain tempatnya yang nyaman tetapi juga karena tempat parkir yang lebih luas.

Tapi Jokowi sepertinya lupa, bahwa di mall apalagi mall yang besar, keuntungan besar hanya diraup segelintir masyarakat menengah ke atas saja atau katakanlah pemilik mallnya. Sementara di pasar, keuntungan harusnya diperoleh langsung oleh seluruh elemen masyarakat termasuk masyarakat kalangan menengah ke bawah karena harga sewanya yang tidak begitu mahal.

Nah kalau tempat ibadah? Apakah karena tempat ibadah tidak membawa keuntungan materi? Melainkan keuntungan rohani?

Padahal di saat pandemi harusnya tempat ibadah juga disorot dan didatangi Jokowi supaya masyarakat kita lebih rajin beribadah, memohon agar pandemi segera berlalu, tentu dengan tetap menjaga protokol kesehatan yang ada. Bukan malah konser, nyanyi-nyanyi yang justru melupakan protokol kesehatan sewaktu sesi foto bersama. Kalau masyarakatnya saja jauh dari Tuhan, bisa-bisa banyak dari mereka bunuh diri karena keadaan yang ada.

Apalagi negara kita  ini menempatkan Ketuhanan yang Maha Esa di urutan pertama dalam Pancasila. Karena apa? Dengan percaya pada Tuhan yang Maha Esa, masyarakat kita akan otomatis berpegang teguh pada rasa kemanusiaan, menjaga persatuan, bermusyawarah dan menegakkan keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun