Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tiga Alasan Perlunya Membandingkan Indonesia dengan Vietnam Soal Penangganan Covid-19

24 April 2020   14:02 Diperbarui: 24 April 2020   14:09 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto warga Vietnam yang tertib, sumber: thethaovanhoa.vn/Minh Quyt

Indonesia dan Vietnam memiliki banyak kesamaan, selain sama-sama anggota ASEAN, Vietnam juga memiliki ojok online yang berafiliasi dengan Go Jek bernama Go Viet. Namun di balik kesamaan tersebut, Indonesia dianggap jauh berbeda dengan Vietnam soal cara menanggani Covid-19.

Perbedaan itu disorot terutama setelah Jokowi menyebutkan bahwa tidak ada satupun negara di dunia yang menerapkan kebijakan lockdown yang akhirnya berhasil menekankan angka Covid-19. Lalu warganet memberikan contoh nyata dari Vietnam.

Tagar Vietnam yang sempat viral di media sosial Twitter membuktikan bahwa Vietnam termasuk negara yang berhasil dalam perang melawan virus ini. Dan rakyat Indonesia menginginkan hal tersebut, meskipun sedikit terlambat namun lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.

Vietnam dianggap berhasil dalam perang melawan Covid-19 karena hingga 24 April 2020, tidak ada satupun kasus kematian akibat Covid-19 di negara yang pernah berhadapan dengan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam tersebut.

Dari 268 yang terkonfirmasi positif Covid-19, 224 di antaranya berhasil sembuh. Itu artinya sudah banyak dari mereka yang sembuh dari virus berbahaya ini. Ini berbeda jauh dengan Indonesia di mana dari 7.775 kasus positif Covid-19 per 24 April 2020, 647 orang meninggal dan 960 berhasil sembuh.

Lalu kenapa kita perlu membandingkan Indonesia dengan Vietnam? Tentu saja perlu, karena cara ini mungkin saja berhasil jika Indonesia meniru apa yang Vietnam lakukan terhadap rakyatnya demi mencegah penyebaran virus Covid-19.

Pertama, belajar kedisiplinan warga Vietnam. Warga Vietnam dikenal disiplin soal aturan. Ini dibuktikan dengan beredarnya video warga Vietnam yang tetap menjaga jarak ketika pembagian sembako dilakukan.

Mereka teratur menggunakan masker dan tetap teratur ketika panitia membagikan sembako berupa beras dan lauk pauk.

Berbeda dengan warga kita yang masa bodoh soal berdesak-desakkan asalkan mendapatkan bagian. Sebenarnya bukan warga yang murni disalahkan di sini, cara pembagian sembako yang mendadak dan tidak teratur dari panitia membuat warga miskomunikasi.

Seperti saat Jokowi membagikan sembako pada 9 dan 10 April di Jakarta dan Bogor. Harusnya bukan Jokowi dan pihak istana yang membagikan sembako melainkan diamanahkan kepada setiap RT di daerah masing-masing. Untungnya, Jokowi tidak melakukan hal serupa pada 11 April di hari Sabtunya.

Jokowi yang membagikan sembako secara langsung malah akan mengundang kerumunan warga. Selain ingin mendapatkan sembako, warga juga bertujuan untuk bertemu dengan orang nomor satu itu. Cara ini tidak efektif, lagi-lagi Indonesia sudah mempunyai Kementerian Sosial dan Baznas untuk mengatur cara pembagian sembako ini.

Kedua, belajar dari Vietnam yang bergerak cepat soal Covid-19. Hal inilah yang menjadi sorotan publik karena Vietnam adalah negara yang berbatasan langsung dengan China namun justru tidak ada laporan kematian di sana.

Vietnam dapat mewujudkan harapan itu berkat langkah sigap dan cepatnya. Begitu ada laporan Covid-19 di negara tetangganya, China, Vietnam langsung menutup perbatasan dengan China. Setiap penumpang dicek temperatur suhu badannya padahal masih bulan Januari 2020 artinya tidak lama setelah kasus pertama di China pada sekitar pertengahan tahun 2019.

Bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya kita semua sudah tahu apa yang terjadi dengan Indonesia. Pemerintah kita baru melakukan langkah sigap dan cepat begitu Covid-19 diumumkan WHO sebagai pandemi di pertengahan Maret. Itupun pemerintah masih banyak kecolongan.

Ketiga, solidaritas rakyat dan pemerintah yang kuat. Vietnam memang dikenal sebagai negara satu partai dan menerapkan sistem otoriter yang cukup keras dan tegas di negaranya. Namun meski begitu, rakyat mereka cukup tunduk dengan pemerintah yang cukup transparan.

Rakyat dan pemerintah Vietnam sama-sama memiliki trauma dengan bangsa luar, terutama ketika Perang Vietnam terjadi di negara mereka. Nah, pemerintah Vietnam menggelontorkan semangat rakyatnya untuk sama-sama berjuang melawan Covid-19 sebagaimana mereka berjuang dalam Perang Vietnam. 

Cara ini memungkingkan mereka memiliki rasa solidaritas yang tinggi satu sama lain. Sementara negara kita malah menggelontorkan semangat bahwa fisik Indonesia kuat-kuat karena banyak hal, termasuk karena suka mengonsumsi nasi kucing.

Pemerintah kita lupa bahwa tidak semua fisik rakyat Indonesia itu kuat. Harusnya daripada menggelontorkan semangat dengan cara demikian, lebih baik pemerintah kita menggelontorkan semangat melawan Covid-19 sebagaiamana kita melawan kebiadaban penjajah dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun