Mohon tunggu...
Musaafiroh el Uluum
Musaafiroh el Uluum Mohon Tunggu... Penulis - Sang Pengembara dari Pesantren

Tak sekedar memandang awan berarak Juga bukan sekedar mereguk kopi hitam yang enak Tapi... Musaafiroh el-'Uluum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung...

1 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 1 Juni 2019   08:07 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pelan-pelan pak.." Kata Sholah yang diam-diam berpikiran ngaco di atas.

"Emm.. begini pak, bisa diceritakan bagaimana kronologinya tadi, sehingga anda bisa tepar di tengah jalan?" Sholah mencerocos tak tahu adab dengan siapa dia bicara.

"Hush.. kamu Shol.. ngawur aja kalo bicara. Yang sopan!" tegur Sholeh mengingatkan. Sementara Sholah cengar-cengar sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"Maaf pak.. adek saya itu memang begitu"

"Nggak apa nak.." Akhirnya pria tadi bangkit dari kebekuannya.

"Kalian ini anak kembar ya? Saya lihat-lihat banyak miripnya"

"Iya pak". "Iya.. betul-betul.. saya Sholah ini abang saya Sholeh" Tiba-tiba Sholah nyerocos lagi kayak upin-ipin. "Sholah..." Tegur Sholeh lagi. "Huft..." Sholah menciut.

"Maaf pak.. bisa dilanjutkan?".

"Ya.. begini..."sembari menarik nafas yang panjang pria itu menengadahkan kepala menerobos masuk ke memori masa silam. Mengupas rentetan peristiwa lampau yang membuatnya menjadi salah satu anggota radikalisme terhadap islam yang fitrah. Waktu dimana ia tercuci otaknya untuk melakukan hal-hal yang sama sekali tak disyariatkan oleh islam sebagai agama yang jelas-jelas mengajarkan perdamaian. Sesama muslim ia kafirkan. Bahkan sanak saudara pun takkan diakui jikalau tak sepaham dengannya. "Astaghfirullah..." Kata Sholeh menanggapi. "Yahh.. begitulah nak...". ia pun menarik nafas panjang untuk yang kedua kalinya.

"Kami disuruh menggaet sebanyak-banyaknya pengikut dengan berkilah atas nama agama. Bahkan disumpah agar tetap setia dengan aliran itu sampai akhir hayat, dengan diiming-imingi alias disogok dengan biaya hidup yang cukup menggiurkan...uhukk-uhukk... ehmm...ehmm...". perkataannya terhenti karena batuknya yang keras sembari memegang kepalanya bagian belakang. "Ehh... minum dulu pak" Kata Sholeh memperdilahkan. "Itu kepalanya kenapa pak?" Sholah mencoba bertanya dengan sopan sebelum terkena lemparan pelototan si Sholeh.

"Ohh.. ini luka bekas tertembak tadi. Cukup parah  terkena saraf makanya saat saya batuk sakit sekali rasanya. " Katanya sesekali memegang kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun