Mohon tunggu...
Zakiyya Sakhie
Zakiyya Sakhie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dokumen pribadi

housewife, book lovers, like traveling

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mendamba Kecantikan Cukup dari Berwudhu. Mungkinkah?

21 September 2018   22:16 Diperbarui: 21 September 2018   22:28 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ungkapan cantik cukup dengan air wudlu sering saya jumpai dari artikel-artikel di media sosial atau blog. Selain itu, juga dari status atau quote-quote oleh pengguna media sosial.

Wanita dan kecantikan ibarat gula dan garam dalam masakan, dimana antara kedua unsur tersebut mustahil dapat dipisah satu sama lain. Bisa dibayangkan jika tidak ada perpaduan antara asin dan manis maka citarasa masakan akan terasa hambar dan jauh dari kata enak. 

Wanita tanpa kesan "cantik" juga serasa kurang kompatibel. Kendatipun setiap orang mengartikan "cantik" dari perspektif yang berbeda-beda: cantik dari budi pekerti, cantik dari hati, cantik dari kecerdasan otak, cantik dari fitur wajah serta berbagai lingkup penampilan luarnya, dan sebagainya. 

Menurut saya pribadi, cantik itu tidak fair jika diartikulasikan dari salah satunya saja misalnya dari budi pekertinya saja, dari hatinya saja atau dari penampakan luarnya saja, akan tetapi yang namanya inner beauty mustilah diseimbangkan dengan outer beautynya juga. 

Kecantikan luar yang bersumber dari raga (lahiriah) dan kecantikan dalam yang berpusat pada jiwa (batiniah), keduanya penting adanya pemeliharaan yang baik dalam diri setiap wanita. Bila kecantikan dari luar dianggap tidaklah perlu, dan fokus diri pada perbaikan hati dinilai lebih prioritas dan diunggul-unggulkan, maka sama saja bohong. Asumsi seperti tersebut sudah semestinya dijauhkan dalam diri.

Tak jarang ada kalangan muslimah yang enggan melakukan dandan dan menganggap dengan wudhu saja sudah cukup mewakili kecantikan secara menyeluruh? Hipotesis cantik cukup dengan air wudhu yang sudah mengikat erat dalam pemikiran seseorang akan menutup logika dari hal-hal yang sejatinya perlu penyempurnaan. 

Ketika sejumlah muslimah bersikukuh hanya mengandalkan wudhunya sebagai sarana mendapatkan kecantikan hakiki tanpa tambahan riasan atau dandanan apapun pada wajahnya juga perawatan-perawatan lainnya, secara tidak sadar memunculkan efek kurang indah pada outer beauty nya.

 Manfaat wudhu untuk terapi kecantikan memang sudah tidak diragukan lagi. Minimal lima kali dalam sehari aktifitas wudhu kita kerjakan. Penelitian secara medis menyebutkan bahwasannya wudhu sangat baik untuk kulit wajah. 

Wajah yang sering tersiram air wudhu akan terlihat lebih segar, bersih dan sehat. Namun, sebagai wanita tidak pula penampilan wajah kita cukup terwakilkan dari basuhan air wudhu saja, tanpa kosmetik. 

Wajah tetap butuh polesan setidaknya ya bedak dan pelembab/moisturizer. Penggunaan bedak atau foundation bertujuan untuk menutupi kulit wajah dari semisal flek hitam, warna kulit tidak merata, pori-pori, sehingga kulit muka tampak lebih segar dan halus. 

Pelembab atau moisturizer: berbagai manfaat dari penggunaan pelembab mungkin bisa diperoleh dari aktifitas wudhu seperti melembabkan, menutrisi, membersihkan wajah dari debu dan noda, menyegarkan wajah, mencerahkan kulit wajah, menjaga elastisitas dan kekenyalan kulit wajah, mencegah penuaan dini, menghaluskan wajah, akan tetapi untuk memproteksi kulit dari paparan sinar ultraviolet yang dampaknya bisa menyebabkan iritasi dan bahaya terparah bisa mengakibatkan kanker kulit tetap wajib menggunakan pelembab yang mengandung SPF 30. 

Cantik itu bagus yang alami yang menggunakan wudhu sebagai kosmetik yang tidak pakai ribet, demikianlah biasanya alasan yang ungkapan oleh beberapa wanita. Dan benar-benar ketika pergi ke luar rumah, menghadiri undangan, menghadiri acara sekolah, dan sebagainya tidak ada setitik kosmetikpun menyapu di wajah-wajah tersebut.

Saya kerap lho menjumpai beberapa teman sesama muslimah yang terkadang dari penampilan secara kasat mata sangat kurang enak dilihat. Raut muka tampak kusam, kotor, berminyak, kasar, gelap tanpa menggunakan polesan bedak untuk menclosing area vital tersebut supaya kelihatan lebih rapi dan segar. Teman saya punya pedoman kuat : saya tidak pernah mengenal kosmetik di luar wudhu. 

Padahal, merawat wujud badaniah itu juga sama pentingnya dengan merevisi hati. Kekakuan dalam memahami suatu kalimat yang berhubungan dengan agama tidak sekaligus kita telan tanpa pernah mau memafhuminya.

Wajah termasuk obyek komunikasi pertama dengan orang lain. Penampilan luar atau outer beauty menjadi perwakilan sejauh mana usaha seseorang dalam merawat dan peduli pada anggota tubuhnya. Jika cover diri buruk akan mengarah pada stigma negatif pada diri muslimah. 

Bahwa muslimah itu kebanyakan dekil dan tidak merawat wajah pemberian Sang Maha Pencipta. Padahal sebagai makhluk yang lekat dengan ajaran agama sudah sepatutnya kita peduli pada hal-hal yang berkaitan dengan baik jasmani maupun rohani. 

Itu berdasarkan pemikiran saya ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun