Mohon tunggu...
Zakiyya Sakhie
Zakiyya Sakhie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dokumen pribadi

housewife, book lovers, like traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendidik Anak Ibarat Menanam Pohon

13 Maret 2016   15:23 Diperbarui: 13 Maret 2016   15:49 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini dunia pendidikan banyak tercoreng oleh perilaku-perilaku negatif anak-anak didiknya. Bahkan ada anak usia sekolah dasar yang sudah berani melakukan tindakan kriminal dengan menganiaya teman sekelasnya sampai kritis. Belum terhitung kasus-kasus lainnya yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur  yang masih mengenyam pendidikan di tingkat menengah, atas, atau pun perguruan tinggi. Perilaku anak-anak sekarang bisa dibilang sudah banyak yang jauh dari etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat kita.

Keadaan ini tidak lepas dari beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya adalah :

. Lingkungan

  Lingkungan memberi kontribusi besar dalam mempengaruhi perilaku anak. Anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk secara cepat atau lambat akan mewarnai kehidupan anak sehingga anak akan menjadi seperti apa yang umum dilakukan di lingkungannya.

. Kurang kasih sayang dan perhatian orangtua

Rata-rata anak yang berperilaku negatif mengatakan beberapa alasan yang sebagian besar karena diabaikan oleh orangtuanya. Orangtua terlalu sibuk dengan dunianya,pekerjaannya sehingga hampir tidak ada waktu untuk bertemu anak,bersanding bersama untuk ngobrol,bertukar pikiran dan hal-hal lain yang dapat mempererat ikatan antara orangtua dan anak.

.Pergaulan

Pergaulan juga menjadi biang keladi anak menjadi buruk. Anak yang awalnya baik-baik bisa dengan mudah tertular oleh kawannya yang berperilaku tidak baik. Hubungan pertemanan yang aktif inilah yang membuat anak mudah terpengaruh dengan kebiasaan,perilaku dan tabiat temannya.

.Orangtua tidak care dengan kebutuhan
anak

Tidak sedikit orangtua yang tidak care terhadap anak alias cuek. Tidak mengasuhnya dengan baik dan mengabaikan pendidikannya begitu saja. Anak sekedar dibesarkan fisiknya tapi tak pernah tersentuh jiwanya. Anak merasa dirinya tidak dibutuhkan dan tidak ada artinya di mata orangtuanya. Sehingga anak mencari perhatian di luar dengan melakukan aksi-aksi negatif yang merugikan oranglain.

. Tidak/ kurang pendidikan agama

Agama merupakan kebutuhan batin antara manusia dengan Tuhan yang sifatnya individual. Agama juga menjadi penangkal bagi orang ketika akan melakukan perbuatan yang tidak baik. Sebab dalam ajaran agama berlaku adanya dosa dan pahala. Ketika anak tidak mendapat bekal pendidikan agama dari orangtunya dikarenakan orangtuanya yang juga dangkal pemahaman agamanya dan sebagainya, anak pun tidak memiliki pegangan sehingga berbuat semaunya yang menurutnya baik bagi dirinya.

. Broken Home

Orangtua yang berpisah/bercerai atau sering terlibat pertengkaran tak sedikit membuat anak merasa limbung. Anak mengalami stres dan kesulitan dalam menempatkan dirinya. Harus berpihak ke ayah atau ibunya, disebabkan orangtua bukan lagi kesatuan yang utuh dalam keluarga. Alhasil, anak mencari kesenangan di luar dengan sengaja berbuat onar demi mendapatkan perhatian dari orangtuanya.

. Pengaruh Media

Media sekarang lebih canggih dan beragam. Televisi pun memiliki lebih banyak chanel dengan bermacam-macam tayangan. Sebagian besar tayangan yang tidak mendidik dan  memberikan infus negatif pada anak. Adanya smartphone juga memudahkan anak mengakses web-web atau video-video yang akhir-akhir ini banyak muncul di media sosial. Zaman sekarang hampir setiap anak memiliki account di media sosial. Bahkan sudah merambah ke anak-anak yang masih tingkat Sekolah Dasar.

Tugas kita sebagai orangtua bisa dikatakan semakin berat dibanding dengan orangtua jaman dahulu. Namun hal ini jika dilihat dari beberapa sisi saja. Sebenarnya dari segi mendidik, tanggung jawab orangtua jaman dulu dan jaman sekarang adalah sama. Kalau orang jaman dahulu lebih mendidik anak dengan gaya mengalir sebagaimana yang turun temurun diterapkan dari orangtua ke orangtua. Sedangkan jaman sekarang yang segalanya serba modern dan mudah dijangkau memberi efek perubahan dalam pola mendidik anak.

Orangtua yang memiliki respek besar terhadap tumbuh kembang anak akan merawat, mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak dengan penuh  perhatian dan kasih sayang yang tiada batas. Di samping itu juga memprioritaskan bekal keagamaan dengan rutin menyiraminya dengan nilai-nilai moral dan agama. Sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang membawa kebaikan dan manfaat bagi semua terutama kedua orangtuanya.

Perumpamaan mendidik anak itu seperti ketika kita sedang menanam bibit pohon. Kok bisa? Saat kita menanam pohon, sebelum bibit pohon ditanam kita harus terlebih dahulu mencari tanah atau lahan strategis yang hendak ditanami. Tanah yang gembur, subur, dan mengandung pupuk. Tentunya yang jauh dari kemungkinan terkena banjir. Jika kita menanam pohon tanpa memperhatikan kesuburan tanahnya atau kita menanam di lahan yang tandus atau gersang, untuk pohon bisa bertahan hidup pun kecil. Jika tidak, pohon juga akan layu, tidak bisa tumbuh apalagi berbuah.

Begitu pun setelah bibit pohon sudah ditanam, tidak serta merta kita abaikan begitu saja biar pohon tumbuh sendiri. Tidak. Kita harus telaten merawatnya dengan menyiraminya setiap hari agar tanaman tetap segar dan tidak layu.

Selain itu kita juga harus rajin memberi pupuk dan menyiangi rumput-rumput liar yang barangkali ikut tumbuh di sekitar tanaman / pohon. Kita juga harus sering-sering memantau perkembangannya, kalau-kalau ada tangkai atau batangnya yang patah atau tersayat. Jika tanaman itu masih kecil kita perlu melindunginya dengan memasang pagar mengeliling, sebab kalau tidak, dikhawatirkan ada binatang yang merusak atau terinjak oleh kaki-kaki manusia. Kita perlu berkenan meluangkan waktu untuk fokus pada pertumbuhan pohon, agar pohon tersebut tumbuh subur dan berbuah lebat.

Pohon yang terawat dengan baik tentunya akan menghasilkan buah yang bagus pula. Dimakan enak dan jika dijual harganya pun akan mahal. Meskipun pohon sudah kuat, tangkai-tangkainya banyak, daunnya rimbun, akarnya telah menyatu erat dengan bumi, kita sebagai pemilik pohon pasti akan tetap dan bersungguh-sungguh menjaganya dari tangan-tangan jahil yang hendak memetik buah-buahnya dengan tanpa ijin pemiliknya alias ilegal. Kita musti selalu berdoa agar pohon yang kita tanam akan banyak memberi manfaat bagi semua, baik dari akarnya, batangnya, rantingnya,daun dan juga buahnya.

Anak ibarat bibit tanaman ( pohon) dan orangtua sebagai penanamnya ( pemilik pohon). Sebuah gambaran yang teramat jelas dan riil. Pendidikan anak tidak berfaktor hanya dari lingkup rumah saja, akan tetapi lingkungan juga memiliki andil besar dalam pembentukan karakter anak. Kita sebagai orangtua mengajarkan anak tentang perilaku yang baik-baik saja ketika di rumah, akan tetapi anak tidak melulu hidup di lingkup rumah saja. Jika lingkungan di luar rumah tidak baik, misalnya : keluarga tinggal di kawasan hiburan malam atau kompleks anak-anak pemakai narkoba. Kemungkinan lingkungan yang buruk tersebut pelan-pelan akan dapat mempengaruhi otak anak.

Selain di rumah anak juga dididik dari lingkungan. Baik buruknya lingkungan tempat tinggal akan berkontribusi besar dalam proses pendidikan anak. Jika anak hidup di lingkungan yang tingkat kriminalnya tinggi, secara berangsur-angsur, secara tidak sadar perilaku buruk lingkungan akan mewarnai kehidupan anak. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua memiliki tanggung jawab penuh dan sudah sepatutnya untuk mencari lingkungan yang baik, beragama, jauh dari zona tidak nyaman/ buruk yang akan menjadi ancaman buruk bagi perkembangan anak.

Jika anak sudah berada di lingkungan keluarga yang baik, lingkungan luar rumah juga baik, bukan berarti bisa melepas anak sebebas- bebasnya tanpa pemantauan intens dari orangtua. Lingkungan sebagai media anak dalam berperilaku dan belajar. Orangtua tetap sebagai controller terhadap perilaku anak. Orangtua juga berperan sebagai guide anak dengan memberi teladan yang baik ,banyak-banyak mengajarkan kepada anak ilmu agama serta rutin memberinya vitamin rohani untuk kebutuhan spiritualnya supaya anak memiliki jiwa yang kokoh.

Pendidikan anak tidak sekedar ketika anak telah beranjak dewasa, melainkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Pada saat anak masih dalam kandungan orangtua bisa merangsangnya dengan berbagai ragam ilmu atau stimulasi, diantaranya :

1) Sering-sering membacakan kitab suci Alquran bagi yang beragama Islam,dan kitab suci lain sesuai dengan agama masing-masing.

2) Sering mengajak komunikasi baik oleh ibu mau pun ayahnya. Bayi dalam kandungan sangat peka dengan suara-suara yang diperdengarkan kepadanya. Jadi,ayah ibu perdengarkan yang baik-baik saja.

3) Membacakan buku juga baik untuk stumulasi bayi dalam kandungan. Bayi secara spontan akan menyimpan bacaan-bacaan tersebut dalam memori kepalanya. Ini bisa terus diterapkan sampai anak sudah terlahir ke dunia.

4) Banyak-banyak membelai, meskipun masih dalam kandungan namun anak peka atas belaian yang ditujukan kepadanya. Lebih bagus lagi sambil dibisikkan kata-kata positif sehingga kelak ketika anak lahir sudah terbiasa dengan kosa kata. Ini berpengaruh pada proses belajar bicaranya.

**
Apabila anak sudah lahir, tanggung jawab orangtua akan lebih besar dan lebih serius lagi. Anak kecil merupakan makhluk yang paling rentan mencontoh apa yang dia lihat. Baik di dalam atau pun di luar rumah. Dengan begitu mudah anak menyerap apa yang dilihat, kita sebagai orangtua perlu melindunginya dari berbagai hal yang buruk sehingga tidak ditiru oleh anak. Tidak mudah. Orangtua butuh ketelatenan, kelembutan, dan keseriusan, tapi bukan dengan mencengkeram anak, yang membuat anak tidak bisa berfikir mandiri.

Seiring berjalannya waktu anak juga akan mengalami pertumbuhan dan berkembang dari semasa bayi menjadi balita, balita menjadi anak-anak, anak-anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Orangtua yang sangat care dengan pendidikan anak (meliputi: pendidikan agama, pendidikan moral, pendidikan sosial dan pendidikan-pendidikan alam yang barangkali belum pernah diresmikan di materi pendidikan kita) dari anak masih dalam kandungan hingga anak beranjak dewasa, rangkaian kepedulian itu akan menghasilkan anak yang cerdas secara intelegensi dan cerdas pula secara emosi. Orangtua, lingkungan dan masyarakat sangat membutuhkan generasi hebat dan tangguh seperti ini. Seperti pohon tadi, ketika pemiliknya betul-betul merawatnya dengan baik dan intensif maka pohon pun akan tumbuh subur, berbunga-bunga mekar dan menghasilkan buah yang bagus dan lebat pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun