Mohon tunggu...
Mohammad Munir
Mohammad Munir Mohon Tunggu... Administrasi - Goverment Employer

Berusaha berbuat baik setiap saat dan selagi sempat....

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Gila Belanja Jelang Lebaran

12 Mei 2022   23:58 Diperbarui: 12 Mei 2022   23:59 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.merdeka.com/peristiwa/gila-belanja-jelang-lebaran.html

Kedua, fenomena gila belanja juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi  informasi. Tak terhitung  penyedia barang dan jasa yang terakomodir kepentingan bisnisnya oleh teknologi. Transaksi perdagangan online yang semakin trending beberapa tahun terakhir cukup signifikan menggeser perilaku belanja masyarakat. Terbukti bahwa jumlah masyarakat yang tidak ingin ribet mengunjungi pusat perbelanjaan tiap tahun dan beralih ke online naik drastis. Belanja online menjadi alternatif pilihan, terutama oleh kalangan muda yang cenderung menghendaki kemudahan dan harga kompetitif.

Teknologi informasi membuat para pelaku usaha  dengan mudah merambah ke berbagai platform untuk memasarkan barang dan jasa. Nyaris tak ada platform baik media sosial maupun media online lain yang luput dari sasaran iklan. Ribuan jenis reklame yang menawarkan aneka kebutuhan manusia secara masif menempel di mana-mana. Sadar atau tidak, setiap saat masyarakat mesti bergaul dengan  iklan aneka kebutuhan yang tak terhitung jumlahnya beserta segala macam rayuan menggiurkan berupa  kemudahan, diskon, cashback dan hadiah.

Harus disadari bahwa fenomena konsumtif masyarakat menjelang lebaran sudah mentradisi sejak lama. Dampak ikutan dari fenomena ini selalu menjadi kajian sepanjang tahun. Selain dampak positif yang membangkitkan dunia usaha di berbagai bidang misalnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah, seperti tempat kuliner, perajin suovenir, hotel dan restoran serta destinasi wisata, harus juga diwaspadai dampak negatif dari kebiasaan ini.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa perilaku konsumtif ini sesungguhnya lahir dari pemikiran kapitalisme yang saat ini menyusupi kaum muslimin. Dalam kapitalisme, perkara materi adalah hal yang utama. Manusia hidup untuk meraih materi sebanyak-banyaknya.

Semua orang dianjurkan untuk membelanjakan harta semaunya, tanpa ada batasan. Kedudukan seseorang dinilai dari materi yang dia miliki. Semakin banyak barang yang dikonsumsi, semakin tinggi harga diri. Pemikiran seperti ini tentu sangat jauh dari konsep Islam.

Nah, bagaimana baiknya menyikapi tradisi gila belanja menjelang lebaran. Semua berpulang pada masyarakat sendiri. Alangkah baiknya jika kita  tetapkan skala prioritas, bedakan keinginan  dan kebutuhan, jangan mudah tergiur oleh promo dan diskon, yang paling penting meskipun dalam suasana kemenangan  usai puasa ramadhan, tidak semua harus baru.....wallahua’lam bishowab.

Disclaimer : Artikel ini pernah tayang di Harian Radar Jember edisi 26 April 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun